Sistem Informasi Geografis . Evaluasi Multi Kriteria

Tabel 2 Skor penilaian parameter morfologi bentuklahan elevasi lahan Bobot 25 No Variabel Skor 1. 0 – 2 meter 0,43 2. 2 – 2,5 meter 0,29 3. 2,5 – 3 meter 0,14 4. 3 meter 0,14 Jumlah 1.00 Keterangan : 0 dari dasar sungai sampai ketinggian 10 meter Tabel 3 Skor penilaian parameter morfologi bentuklahan bentuk lereng Bobot 25 No Variabel Skor 1. Cekung 0,67 2. Lurus datar 0,33 3. Cembung 0,00 Jumlah 1.00 Tabel 4 Skor penilaian untuk parameter sejarah kejadian banjir frekuensi Bobot 25 No Variabel Skor 1. Setiap tahuntergenang 0,50 2. 2 - 5 tahuntergenang 0,33 3. 5 tahuntergenang 0,17 Jumlah 1.00 Gambar 3 Skema penentuan tahapan bahaya banjir. Penilaian Bahaya Banjir Sejarah Kejadian frekuensi Morfogenesis Bentuklahan Bentuklahan Rentan Banjir Parameter Bahaya Banjir Morfologi Bentuklahan - Setiap tahuntergenang - 2 - 5 tahuntergenang - 5 tahuntergenang Bentuk Lereng: - Cekung - Datar - Cebung Elevasi Lahan - Delta - Dataran Banjir dan Terras Aluvial - Dataran Banjir Tidak Aktif - Dataran Fluvio Marine - Dataran Rawa - Dataran Aluvial - Dataran Urugan - Gisik Pantai - Beting Gisik Untuk mengetahui besarnya nilai dari setiap komponen yang berpeluang terancam banjir maka dilakukan perkalian antara bobot dan skor, karena pada dasarnya bahaya merupakan fungsi dari bobot dan skor. Penjumlahan dari nilai- nilai yang diperoleh dari setiap komponen tersebut menggambarkan besarnya bahaya banjir. Dengan demikian bahaya dapat diformulasikan sebagai berikut : H = ∑ f W S = ……………………………….3 dimana ; H = AncamanBahaya f = Fungsi W 1 …… n = Bobot S = Skor Pada penelitian ini tingkat bahaya banjir dikelompokkan menjadi tiga kelas bahaya, yaitu bahaya tinggi, sedang, dan rendah-aman. Untuk mendapatkan kelas bahaya, terlebih dahulu ditentukan nilai interval antar kelas. Kelas interval ini akan didasarkan pada perhitugan nilai bahaya tertinggi dikurangi nilai bahaya terendah dibagi dengan jumlah kelas yang diinginkan. Penentuan kelas interval bahaya banjir ditentukan menurut persamaan sebagai berikut : Nilai 0,67 merupakan nilai tertinggi dan 0,08 merupakan nilai terendah, sedangkan angka 3 merupakan jumlah kelas yang diinginkan. Pembagian kelas bahaya banjir selanjutnya dapat ditetapkan sebagai berikut Tabel 5. Tabel 5 Kelas bahaya banjir No Kelas Bahaya Banjir Nilai 1. Aman-Rendah ≤ 0,28 2. Sedang 0,28 – 0.48 3. Tinggi ≥ 0,48

3.3.3.2. Kerentanan Elemen Risiko

Kerentanan vulnerability adalah suatu kondisi atau kemampuan suatu elemen risiko untuk merespon terhadap proses alam yang dapat menimbulkan bencana. Manusia dan obyek-obyek di sekitarnya merupakan contoh-contoh elemen risiko. Dalam penelitian ini parameter kerentanan dibedakan menjadi kerentanan demografi, kerentanan sosial ekonomi, dan kerentanan sarana dan prasarana. Berdasarkan parameter tersebut dan data sekunder tersedia dari Badan Pusat Statistik BPS yang digunakan dalam penelitian ini, maka untuk memetakan kerentanan diperlukan peta batas administrasi wilayah kabupatenkecamatandesa dan data penggunaan lahan, khususnya lahan permukiman lahan terbangun serta sarana prasarana. Pembobotan untuk parameter kerentanan dalam hal ini dibedakan berdasarkan pada kemampuan dari setiap elemen risiko untuk meresponmengatasi bencana atau besarnya kerugian yang akan diderita. Dalam hal ini aspek demografi mempunyai bobot yang besar karena terdapat unsur jiwa manusia yang layak diberi prioritas. Bobot yang agak besar berikutnya adalah parameter sarana dan prasarana dikarenakan mempunyai nilai kegunaan yang tinggi untuk kebutuhan kehidupan sosial ekonomi masyarakat, sehingga rusaknya sarana dan prasarana dapat melumpuhkan dinamika sosial ekonomi masyarakat yang sedang berjalan. Adapun bobot untuk parameter sosial ekonomi dianggap mempunyai bobot yang seimbang pendidikan dan penghasilan karena menyangkut pemahaman masyarakat terhadap kebencanaan dan kemampuan penanggulangannya. Bobot dan skor untuk parameter kerentanan disajikan pada Tabel 6, 7, 8 dan 9 dimana besarnya bobot dan skor tersebut ditentukan berdasarkan pertimbangkan logis. Gambar 4 menyajikan skema penentuan komponen kerentanan elemen risiko, sedangkan metode penentuan kelas kerentanan dilakukan mirip dengan cara penentuan kelas bahaya banjir. Formulasi tingkat kerentanan adalah sebagai berikut : V = ∑ f W S = …………………………………4 dimana ; V = Kerentanan f = Fungsi W 1 …n = Bobot S = Skor Tabel 6 Skor penilaian untuk kerentanan demografiumur penduduk Bobot 0,43 No Umur Skor 1. Bayi-anak-anak 0 – 12 Tahun 0,40 2. Remaja – dewasa ≥ 12 – 60 Tahun 0,20 3. Dewasa – tua ≥ 60 Tahun 0,40 Jumlah 1.00 Tabel 7 Skor penilaian untuk kerentanan sosialtingkat pendidikan Bobot 0,14 No Tingkat Pendidikan Skor 1. Rendah SD 0,50 2. Sedang SD – SMP 0,33 3. Tinggi ≥ SMA 0,17 Jumlah 1.00 Tabel 8 Skor penilaian untuk kerentanan ekonomipenghasilan Bobot 0,14 No Penghasilan Skor 1. Rendah 1 juta 0,50 2. Sedang 1 – 2 juta 0,33 3. Tinggi ≥ 2 juta 0,17 Jumlah 1.00 Tabel 9 Skor penilaian kerentanan sarana dan prasarana Bobot 0,29 No Sarana dan Prasarana Skor 1. Jalan 0,33 2. Sekolah, masjid, gereja 0,17 3. Perkantoran 0,17 4. Pusat Komersial 0,33 Jumlah 1.00 Gambar 4 Skema penentuan parameter untuk kerentanan banjir. Kelas kerentanan akan dibagi ke dalam tiga kategori juga seperti halnya kelas bahaya, yaitu rendah, sedang, dan tinggi, sehingga besarnya kelas interval kerentanan dapat ditetapkan sebagai berikut berdasarkan Tabel 8, 9, 10 dan 11. Penilaian Kerentanan Elemen Risiko Pendidikan Peta Administrasi Infrastruktur Umur Data Skunder Penghasilan Peta Penggunaan Lahan