Curah Hujan Tahunan DAS Cisadane Rata-rata Curah Hujan CH Maksimum Harian DAS Cisadane

Gambar 17 Grafik rata-rata debit minimum, maksimum, dan bulanan Sungai Cihoe anak sungai Cisadane. Gambar 18 Grafik rata-rata debit minimum, maksimum, dan bulanan Sungai Cibeuteng anak sungai Cisadane. Gambar 19 Grafik rata-rata debit minimum, maksimum, dan bulanan Sungai Citeurep anak sungai Cisadane. Gambar 20 Grafik rata-rata debit minimum, maksimum, dan bulanan Sungai Cigamea anak sungai Cisadane. Gambar 21 Grafik rata-rata debit minimum, maksimum, dan bulanan Sungai Cisadane Empang. Gambar 22 Grafik rata-rata debit minimum, maksimum, dan bulanan Sungai Cijati anak sungai Cisadane. Gambar 23 Grafik rata-rata debit minimum, maksimum dan bulanan Sungai Cianten anak sungai Cisadane. Gambar 24 Grafik rata-rata debit minimum, maksimum dan bulanan Sungai Cisauk anak sungai Cisadane.

4.5. Geologi

Berdasarkan Peta Geologi lembar Bogor Effendi 1986 dan lembar Jakarta Turkandi 1992 geologi daerah penelitian secara umum dapat dikelompokan menjadi tiga satuan litologi, yaitu :

4.4.1. Endapan Permukaan Kuarter

- Satuan Batu Pasir Tufan dan KonglomeratKipas Aluvium Qav - Aluvium Qa

4.4.2. Batuan Sedimen Tersier

- Formasi Bojongmanik Tmb - Formasi Genteng Tpg - Formasi Serpong Tpss

4.4.3. Batuan Gunungapi atau Batuan Vulkanik dan Terobosan Kuarter

- Tuff Banten QTvb - Endapan Gunung Api Muda Qva - Andesit Sudamanik Qvas Untuk uraian dari masing-masing satuan litologi, luasan, tipe batuan, dan Peta Geologi DAS Cisadane disajikan pada Lampiran 12, 13 dan 14.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. PenutupanPenggunaan Lahan

Hasil analisis Citra Landsat ETM 7 + menunjukkan bahwa di dalam DAS Cisadane terdapat berbagai jenis penutupanpenggunaan lahan yang dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi persawahan, lahan terbangun, kebun campuran perkebunan, tegalanladangtanah terbuka, semak-belukar dan rumput, hutan, tambak-rawa, dan tubuh air. Menurut hasil klasifikasi tersebut jenis penggunaan lahan yang dominan di DAS Cisadane adalah persawahan dan lahan terbangun dengan luas berturut-turut sebesar 20,89 dan 20,28 dari luas total DAS Cisadane, sedangkan jenis penggunaan lahan yang paling kecil luasanya adalah tubuh air Tabel 17. Gambar 25 menunjukkan persebaran tipe- tipe penutupanpenggunaan lahan yang ada di dalam DAS Cisadane. Tabel 19 Penutupanpenggunaan lahan aktual dan luasnya dalam setiap sub-DAS di DAS Cisadane No Penutupanpeng gunaan Lahan Nama sub-DAS Luas Cianten Cisadane Hilir Cisadane Hulu Cisadane Tengah ha 1. Hutan 7.619 - 9.594 8 17. 221 10,98 2. Kebun campuran- perkebunan 5.585 133 4.352 16.273 26.343 16,79 3. Lahan terbangun 2.168 7.886 7.963 13.797 31.815 20,28 4. Persawahan 3.292 9.863 5.712 13.906 32.773 20,89 5. Semak-belukar dan rumput 17.555 430 303 1.266 19.554 12,46 6. Tambak-rawa - 346 - - 346 2,21 7. Tegalanladang tanah terbuka 5.385 52 18.16 1.386 24.983 15,92 8. Tubuh air 19 93 42 579 733 0,47 Jumlah 41.624 21.918 46.126 47.215 156.883 100 Sumber: Hasil interpretasi Citra Landsat 2011. Dari Tabel 19 terlihat bahwa penggunaan lahan yang dominan pada setiap sub-DAS berbeda-beda. Sebagai contoh, semak belukar dan rumput merupakan jenis penggunaan lahan yang dominan di sub-DAS Cianten, persawahan dominan di sub-DAS Cisadane Hilir, hutan dominan di sub-DAS Cisadane Hulu, sedangkan kebun campuran dan perkebunan dominan di sub-DAS Cisadane Tengah. Persebaran penggunaan lahan dominan tersebut di atas tampak terkait erat dengan kondisi geomorfologi dari setiap sub-DAS; sebagai contoh sub-DAS Cisadane Hulu mempunyai morfologi pegunungan sehingga dengan morfologi tersebut dan kemampuan lahannya, sub-DAS ini lebih didominasi oleh hutan; sub- DAS Cisadane Tengah dan sub-DAS Cianten yang mempunyai morfologi berbukit dan dataran bergelombang lebih didominasi oleh kebun campuran- perkebunan dan semakbelukar-rumput, sedangkan Sub-DAS Cisadane Hilir yang mempunyai morfologi dataran lebih didominasi oleh persawahan dan lahan terbangun. Dari angka-angka luasan penggunaan lahan tersebut di atas, yang cukup menarik untuk dicermati adalah luas penggunaan lahan hutan. Hal ini disebabkan luas tutupan hutan di DAS Cisadane hanya berkisar 17.221 ha atau sekitar 11 dari total luas DAS Cisadane Tabel 19, padahal menurut UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang maupun UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan luasan tutupan hutan tersebut setidaknya mencapai 30 dari total luas DAS. Dengan demikian luas hutan di DAS Cisadane belum memenuhi ketentuan dari kedua UU tersebut. Kenyataan ini secara teoritis memberikan suatu indikasi bahwa ekologi DAS Cisadane perlu mendapat perhatian yang lebih baik terutama terkait dengan zona resapan air dan aliran permukaan. Di sisi lain, pertambahan jumlah penduduk di dalam wilayah DAS diperkirakan juga akan meningkat yang umumnya akan memberikan tekanan terhadap DAS itu sendiri. Tekanan utama pada dasarnya adalah kebutuhan masyarakat terhadap lahan, sehingga peluang konversi lahan di dalam DAS menjadi cukup besar. Oleh karena itu jika tidak segera dilakukan upaya antisipasi penanggulangannya, baik secara formal maupun informal, maka ekologi DAS Cisadane diperkirakan akan terus mengalami degradasi. Dengan gambaran di atas, maka mudah dimengerti bahwa jika curah hujan jatuh di dalam DAS Cisadane dan tidak dapat diserap secara optimal oleh tanah ground water maka air hujan yang jatuh tersebut akan lebih banyak