3.3.1.1. Koreksi Geometrik
Koreksi geometrik dilakukan terhadap citra dengan menggunakan peta topografi sebagai acuan untuk melakukan koreksi geometrik. Proses tersebut
menggunakan ground control point GCP atau titik-titik ikat yang mudah ditentukan seperti percabangan sungai atau perpotongan jalan. Ketelitian terhadap
proses koreksi geometrik ini ditunjukkan oleh nilai Root Mean Square Error RMS-error, dimana akurasi yang baik ditunjukkan oleh nilai RMS-error yang
sangat kecil atau mendekati nol. Perhitungan RMS-Error diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
………………….. 1
Keterangan : X dan Y = koordinat citra asli input
x dan y = Koordinat citra keluaran output
3.3.1.2. Penentuan Daerah Contoh Training Site
Pengambilan daerah contoh sangat penting, terutama untuk klasifikasi terbimbing, agar hasil yang diperoleh mendekati kenyataan di lapangan. Hal ini
dikarenakan kualitas klasifikasi penutupan lahan sangat ditentukan oleh ketelitian dan kecermatan penentuan daerah contoh.
3.3.1.3. Klasifikasi Citra
Klasifikasi citra dilakukan secara digital dengan pendekatan klasifikasi terbimbing dan memakai metode klasifikasi kemiripan maksimum Maximum
Likelihood Clasification atau MLC. Klasifikasi ini bertujuan untuk mendapatkan jenis-jenis penutupan lahan di daerah penelitian dari citra Landsat ETM 7
+
tahun 2011.
Hasil dari klasifikasi tutupan lahan selanjutnya dilakukan melalui proses tumpang susun overlay dengan peta status kawasan hutan untuk mengetahui
berapa luas cadangan tutupan hutan, apakah sudah sesuai dengan yang dicadangkan pada peta status kawasan hutan atau belum.
Untuk pemetaan bentuklahan landform dilakukan melalui interpretasi citra dari citra SRTM dan Landsat ETM 7
+
secara visual dengan memanfaatkan metode klasifikasi bentuklahan menurut Verstappen 1983. Data SRTM diolah untuk
memperoleh bentuk digital elevation model DEM sehingga dapat memudahkan atau membantu dalam proses interpretasi bentuklahan. DEM dihasilkan dari
perangkat lunak ArcGis dengan metode TIN Triagulated Irregular Network menggunakan extension 3D analyst.
3.3.2. Perhitungan Debit Puncak Sungai Cisadane
Debit sungai, terutama debit puncak, merupakan faktor yang penting dalam analisis banjir. Dalam penelitian ini debit sungai digunakan untuk membantu
analisis karakteristik sub DAS yang terkait dengan banjir di daerah penelitian yang dikaitkan dengan kondisi morfologi bentuklahan.
Dalam penelitian ini penghitungan debit sungai menggunakan metode rasional Persamaan 2, sedangkan tahapan perhitungan diilustrasikan pada
Gambar 2.
Q = 0.00278C.I.A ………………………………….2
dimana, C = Koefisien aliran permukaan
Q = Debit puncak m
3
dtk
-1
I = Intensitas hujan mmjam A = Luas DAS m
2
Gambar 2 Diagram alir tahapan menghitung Qp dengan Metode Rasional.
Peta Topografi Data hujan
Harian maksimum Peta
Penggunaan lahan
Morfometr
i
Slope SungaiS Panjang SungaiS
Luas DASA Waktu
Konsentrasi TC Intensitas
Hujan I Debit Puncak Banjir Qp
Qp = 0,00278CIA Koefisien
Aliran C Hujan Rancangan
Mononobe Gumbel’s
type I