Tabel 34 Matriks keterkaitan antara penggunaan lahan dan pola ruang di bentanglahan dataran DAS Cisadane ha
No Pola Ruang
Hutan Kebun
Campuran- Perkebunan
Lahan Terbangun
Persawahan Semak-
belukar dan Rumput
Tambak- Rawa
Tegalan Ladang
Tanah Terbuka
Tubuh Air
Jumlah
1 Kawasan Bandara
- -
1.705 205
1 -
2 24
1.937 2
Kawasan Hutan -
55 26
65 38
725 -
910 3
Kawasan Industri -
442 2.182
1.369 148
362 79
19 4.601
4 Kawasan Militer
- 6
43 -
73 -
- 123
5 Kawasan Pendidikan
- 4
16 -
- -
- -
21 6
Kawasan Penunjang Bandara -
5 288
292 20
- 6
13 624
7 Kawasan Perdagangan dan Jasa
- 40
2.605 293
223 -
64 34
3.259 8
Kawasan Perkebunan -
5 -
9 -
- -
1 15
9 Kawasan Permukiman
0.0 5.369
9.997 6.827
907 1.521
297 142
25.060 10
Kawasan Pertanian -
60 502
6.004 178
267 11
52 7.074
11 Kawasan Pertanian Lahan Basah
0.0 1.718
1.396 4.169
38 -
626 86
8.032 12
Kawasan Peruntukan Pariwisata -
- 29
- -
- -
3 31
13 Kawasan Puspitek
1.0 161
204 21
16 -
35 -
438 14
Kawasan Tambak -
1 8
3 71
683 -
29 795
15 Kawasan Tanaman Tahunan
- -
13 167
- -
1 182
16 Pelayanan Umum
- -
51 1
- -
2 -
55 17
Pemakaman -
9 4
3 -
- -
- 15
18 Sempadan Rel Kereta Api
- 28
85 10
1 -
- -
124 19
Sempadan SungaiDanau -
121 61
40 30
- 2
59 313
20 SungaiDanau
- 84
166 77
50 -
10 252
638 21
TamanLapangan Olah Raga -
5 8
11 5
- -
- 28
Jumlah 1.1
8.113 19.387
19.566 1.801
3.557 1.133
716 54.275
Sumber : hasil analisis pola ruang RTRW, 2009 dan penggunaan lahan
Kota Bogor, Kab. Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang.
8 7
5.8.2. Hubungan Bahaya Banjir dan Pola Ruang
Hasil analisis keterkaitan antara bahaya banjir dengan pola ruang pada bentanglahan dataran menunjukkan bahwa area bahaya banjir kelas aman-rendah
mencakup wilayah terluas dimana pada wilayah kelas bahaya ini umumnya
dialokasikan untuk kawasan pemukiman dan pertanian lahan basah dengan persentase luas berturut-turut 18.260 ha dan 7.118 ha atau 33,64 dan 13,12 .
Adapun untuk kelas bahaya sedang, terletak pada daerah yang umumnya dialokasikan untuk kawasan pemukiman dan pertanian dengan luas berturut-turut
6.179 ha 11,38 dan 3.714 ha 6,84 . Adapun untuk kelas bahaya tinggi, secara dominan terletak pada daerah yang dialokasikan untuk kawasan pertanian
dan pemukiman dengan luas berturut-turut 679 ha 1,25 dan 503 ha 0,93 Tabel 35.
Tabel 35 Matrik keterkaitan antara kelas bahaya banjir dengan pola ruang di bentanglahan dataran
Sumber : hasil analisis pola ruang RTRW, 2009 dan bahaya banjir
Kota Bogor, Kab. Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang.
.
Pola Ruang Kelas Bahaya Banjir
ha Kelas Bahaya Banjir
Persen Rendah-
Aman Sedang Tinggi Jumlah
Rendah- Aman
Sedang Tinggi Jumlah
Kawasan Bandara 1.482
431 -
1.912 2,73
0,79 -
3,52 Kawasan Hutan
611 320
24 954
1,13 0,59
0,04 1,76
Kawasan Industri 2.929
1.559 231
4.720 540
2,87 0,43
8,70 Kawasan Militer
108 13
- 121
0,20 0,02
- 0,22
Kawasan Pendidikan 21
- -
21 0,04
- -
0,04 Kawasan Penunjang Bandara
231 335
50 616
0,43 0,62
0,09 1,14
Kawasan Perdagangan dan Jasa 2.035
1.178 4
3.218 3,75
2,17 0,01
5,93 Kawasan Perkebunan
12 4
- 15
0,02 0,01
- 0,03
Kawasan Permukiman 18.260
6.179 503
24.941 33,64
11,38 0,93
45,95 Kawasan Pertanian
2.848 3.714
679 7.241
5,25 6,84
1,25 13,34
Kawasan Pertanian Lahan Basah 7.118
805 -
7.923 13,12
1,48 -
14,60 Kawasan Peruntukan Pariwisata
5 26
- 31
0,01 0,05
- 0,06
Kawasan Puspitek 394
30 -
425 0,73
0,06 -
0,78 Kawasan Tambak
165 553
87 805
0,30 1,02
0,16 1,48
Kawasan Tanaman Tahunan 151
28 -
179 0,28
0,05 -
0,33 Pelayanan Umum
35 19
- 54
0,06 0,04
- 0,10
Pemakaman 15
- 15
0,03 0,00
- 0,03
Sempadan Rel Kereta Api 112
10 -
122 0,21
0,02 -
0,22 Sempadan SungaiDanau
154 150
- 304
0,28 0,28
- 0,56
SungaiDanau 254
368 7
629 0,47
0,68 0,01
1,16 TamanLapangan Olah Raga
26 2
- 28
0,05 0,00
- 0,05
Jumlah 36.965
15.725 1.585
54.275 68,11
28,97 2,92
100
Pada bentanglahan dataran sesungguhnya telah dialokasikan suatu area untuk kawasan hutan meskipun hanya hanya mempunyai luas total 1,76 dari
luas bentanglahan dataran. Kawasan hutan tersebut tersebar baik pada wilayah yang aman dari bahaya banjir, maupun pada area yang mempunyai tingkat bahaya
sedang hingga tinggi dengan luas berturut-turut 1,13 , 0,59 , dan 0,04 . Rendahnya luasan kawasan hutan pada bentanglahan dataran dimungkinkan ikut
mendukung terjadinya banjir di bentanglahan ini karena kurangmya daerah resapan. Adapun alokasi ruang terbuka hijau yang seharusnya terdapat pada
berbagai fasilitas dan infrastruktur publik tidak terlihat juga pada alokasi pola ruang wilayah.
Hasil analisis keruangan overlay antara peta bahaya banjir dan peta pola ruang secara keseluruhan memperlihatkan bahwa alokasi ruang untuk kawasan
permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan industri, kawasan penunjang bandara, dan pelayanan umum, yang terliput oleh kelas bahaya banjir
tinggi dan sedang berturut-turut 15.725 ha dan 1.585 ha atau 28,97 dan 2,92 . Hal ini menyiratkan bahwa perencanaan pemanfaatan pola ruang belum banyak
mempertimbangkan aspek-aspek kebencanaan banjir, sehingga untuk waktu ke depan sangat diperlukan suatu solusi, baik berupa revisi pola ruang atau pun
peningkatan upaya-upaya penanggulangan bahaya banjir pada kawasan-kawasan perekonomian dan permukiman yang berada di dalam kelas bahaya sedang dan
tinggi.
5.8.3. Hubungan Risiko Banjir dan Pola Ruang
Hasil analisis keterkaitan antara kelas risiko banjir dengan pola ruang menunjukkan bahwa kelas risiko aman-rendah menempati luasan 19.434 ha atau
35,81 dari luas bentanglahan dataran, dimana dalam pola ruang didominasi oleh kawasan pemukiman. Untuk kelas risiko sedang mencapai luasan 8.418 ha yang
didominasi oleh kawasan pemukiman dan pertanian dengan luas berturut-turut 9,08 dan 6,43 , dan untuk kelas risiko tinggi memiliki luasan sebesar 1.393 ha
yang didominasi oleh kawasan pertanian 1,49 dan kawasan pemukiman 1,08 Tabel 36.
Tabel 36 Matrik keterkaitan antara kelas risiko banjir dan pola ruang di bentanglahan dataran
Sumber : hasil analisis pola ruang RTRW, 2009 dan risiko banjir
Kota Bogor, Kab. Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang.
Dari hasil analisis di atas terlihat bahwa perencanaan pola ruang juga belum sepenuhnya mempertimbangkan aspek risiko banjir. Hal tersebut terindikasi dari
adanya kawasan pemukiman dalam pola ruang yang berada dalam liputan kelas risiko banjir sedang hingga tinggi dengan luas sekitar 10 dari luas bentanglahan
dataran. Selain itu, terdapat pula kawasan perekonomian, seperti kawasan perdagangan dan jasa serta kawasan bandara dan kawasan penunjang bandara
yang terletak pada kelas risiko banjir sedang hingga tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa alokasi ruang yang bebas dari risiko banjir belum dapat dicapai untuk
daerah penelitian, sehingga upaya-upaya penurunan risiko perlu senantiasa dilakukan ke depan melalui berbagai instrumen dan upaya penanganan yang
melibatkan pemangku kepentingan dan secara sistemik. Untuk menanggulangi risiko banjir di daerah penelitian, maka pemantauan
pemanfaatan ruang seperti yang telah direncanakan dalam RTRW perlu dilakukan
Pola Ruang Kelas Risiko Banjir ha