Hubungan Penggunaan Lahan dengan Bentuklahan Skala Semidetil

5.5.3. Bentuk Lereng

Parameter bentuk lereng merupakan aspek penting untuk studi banjir, karena genangan banjir bersifat mengisi daerah yang memiliki bentuk lereng cekung terlebih dahulu. Dalam penelitian ini analisis bentuk lereng dilakukan melalui analisis DEM dimana parameter bentuk lereng dibagi menjadi tiga, yaitu bentuk datar, bentuk cekung dan bentuk cembung. Dari hasil analisis bentuk lereng didapatkan bahwa bentuk lereng cembung tidak ditemukan di bentanglahan dataran, sedangkan bentuk lereng lurus cukup mendominasi 80,71 yang tersebar lebih banyak di sub-DAS Cisadane Tengah daripada di sub-DAS Cisadane Hilir dengan luasan berturut-turut 56 dan 24 . Untuk bentuk lereng cekung luasannya mencapai 19,29 yang tersebar di sub- DAS Cisadane Hilir seluas 19,4 dan di sub-DAS Cisadane Tengah seluas 15,6 . Identifikasi bentuk lereng diperoleh melalui data Digital Elevation Model DEM dengan menggunakan fasilitas extension didalam sofware ArcGIS yang hasilnya disajikan pada Tabel 25 dan Gambar 32. Tabel 25 Morfometri bentuk lereng DAS Cisadane No Bentuk Lereng Wilayah DAS Luas Cisadane Hilir Cisadane Tengah Hektar Persen 1. Cembung - - - 2. Lurus 16.796 27.010 43.807 80,71 3. Cekung 5.808 4.661 10.469 19,29 Jumlah 22.604 31.671 54.275 100 Sumber: Hasil klasifikasi data DEM SRTM resolusi 30 m. Tidak dijumpai di daerah penelitian Gambar 32 Peta bentuk lereng morfometri wilayah DAS Cisadane.

5.5.4. Sejarah Kejadian Banjir Frekuensi

Informasi tentang sejarah banjir diperoleh dari hasil wawancara dengan penduduk setempat pada saat pengamatan kejadian banjir pada bulan Desember 2012 hingga Januari 2013. Data sejarah banjir yang diperoleh terdiri atas frekuensi banjir dan wilayah genangan banjir. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, frekuensi banjir dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu frekuensi banjir yang terjadi a setiap tahun, diberi skor 0,50, b antara dua hingga lima tahun, diberi skor 0,33, c di atas lima tahun, diberi skor 0,17, dan d tidak pernah mengalami genangan banjir tidak diberi skor. Hasil pelacakan dan pemetaan sejarah banjir menunjukkan bahwa wilayah yang terlanda banjir untuk frekuensi setiap tahun mencapai 9,64 dari luas bentanglahan dataran, dimana persebarannya meliputi area-area di sub-DAS Cisadane Hilir 8,9 dan sebagian di sub-DAS Cisadane Tengah 0,74 . Untuk frekuensi 2 - 5 tahun meliputi wilayah di sub-DAS Cisadane Tengah 2,12 , sedangkan untuk frekuensi 5 tahun meliputi wilayah yang relatif kecil 0,24 . Untuk wilayah yang tidak terkena banjir dalam hal ini sangat dominan, yaitu mencapai 88 dari luas bentanglahan dataran yang tersebar di sub-DAS Cisadane Hilir dan sub-DAS Cisadane Tengah Tabel 26 dan Gambar 33. Tabel 26 Frekuensi kejadian banjir DAS Cisadane No. Frekuensi Banjir Wilayah DAS Luas Cisadane Hilir Cisadane Tengah Hektar Persen 1. Setiap tahun 4.818 413 5.231 9,64 2. 2–5 tahun - 1.149 1.149 2,12 3. 5 tahun - 132 132 0,24 4 . Tidak tergenang 17.786 29.978 47.764 88,00 Jumlah 22.604 31.671 54.275 100 Sumber: Hasil survei lapang, April 2012 – Januari 2013. Gambar 33 Peta genangan banjir berdasarkan sejarah kejadian banjir wilayah DAS Cisadane yang dipetakan dengan alat GPS.

5.5.5. Kelas Bahaya Banjir

Penilaian bahaya banjir dilakukan melalui analisis parameter-parameter bahaya banjir seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Pada penelitian ini penilaian dilakukan dengan pendekatan MCE multi-criteria evaluation dan dengan metode OWA ordered weighted averaging. Hasil penilaian disajikan pada Tabel 27 yang menunjukkan bahwa kelas bahaya banjir yang paling dominan berada pada kelas aman hingga rendah, yaitu meliputi wilayah sub-DAS Cisadane Tengah 46,44 dan sub-DAS Cisadane Hilir 21,96 . Kelas bahaya sedang terdapat pada wilayah sub-DAS Cisadane Hilir dan sub-DAS Cisadane Tengah dengan luas berturut-turut 19,09 dan 9,59 , sedangkan kelas bahaya tinggi secara dominan terdapat pada sub-DAS Cisadane Hilir 2,68 dan sebagian kecil berada di sub-DAS Cisadane Tengah 0,25 Gambar 34 - 36. Keterkaitan antara debit puncak dengan bahaya banjir terlihat pada hasil analisis yang menunjukkan bahwa wilayah Cisadane Hilir memperoleh debit puncak tertinggi jika dibandingkan dengan wilayah Cisadane Hulu-Cianten dan wilayah Cisadane Tengah. Hal ini sesungguhnya lebih dipengaruhi oleh besarnya nilai intensitas hujan, koefisien aliran permukaan, dan luas wilayah DAS. Dengan kondisi tersebut sangatlah wajar jika pada wilayah Cisadane Hilir terdapat kelas bahaya tinggi lebih luas daripada wilayah Cisadane Tengah di wilayah bentanglahan dataran. Tabel 27 Kelas bahaya banjir pada daerah aluvial DAS Cisadane No Kelas Bahaya Banjir Wilayah DAS Luas Cisadane Hilir Cisadane Tengah Hektar Persen 1. Rendah-Aman 11.918 25.206 37.124 68,40 2. Sedang 10.360 5.204 15.564 28,68 3. Tinggi 1.452 137 1.587 2,92 Jumlah 23.730 30.609 54.275 100 Sumber: Hasil analisis morfogenesis bentuklahankerentanan banjir, elevasi lahan, elevasi bentuk lereng dan sejarah banjir. Gambar 34 Peta bahaya banjir pada bentanglahan dataran wilayah DAS Cisadane. a. Permukiman di Desa Pluit Jaya, Kecamatan Jati Uwung, Kota Tangerang saat tidak banjir titik ini termasuk ke dalam wilayah bahaya banjir kelas tinggi b. Permukiman Desa Tanjungburung Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang saat tidak banjir, termasuk ke dalam wilayah bahaya banjir kelas tinggi Gambar 35 Kondisi permukiman di Kecamatan Jati Uwung dan Teluk Naga saat tidak banjir DAS Cisadane. a. Kondisi banjir pada Desember 2012 di Desa Telukbayur Kecamatan Batuceper , Kota Tangerang, termasuk ke dalam wilayah kelas bahaya banjir sedang b. Kondisi banjir di Pondok Arum Desa Pabuaran Kecamatan Pabuaran, Desember 2012, Kota Tangerang, termasuk ke dalam wilayah kelas bahaya banjir sedang c. Kondisi banjir di Desa Pluit Jaya, Kecamatan Jati Uwung, Kota Tangerang, Januari 2013, termasuk ke dalam wilayah kelas bahaya banjir tinggi d. Kondisi banjir di kompleks Villa Mutiara Pluit, Kecamatan Jati Uwung, Januari 2013, termasuk ke dalam wilayah kelas bahaya banjir tinggi