Latar Belakang The Tourism Potential And Its Integration In Area Development Of Payangan Agropolitan, Gianyar Regency, Bali Province

lain, ada indikasi bahwa sektor pertanian dan sektor pariwisata masih terlihat jalan sendiri-sendiri, masih kurangnya keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan potensi yang ada, dan belum optimalnya serapan produksi pertanian oleh sektor pariwisata. Di sisi lain perkembangan pariwisata yang ada jangan sampai mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan secara berlebihan, dimana sektor pariwisata yang berkembang mendesak sektor pertanian yang ada. Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan yang lebih baik yaitu dengan mengembangkan antar sektor yang ada secara terpadu dengan mempertimbangkan segala aspek, termasuk dari segi wisatawan sendiri sebagai pengunjung dan pengguna jasa. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini belum terpadunya pengembangan sektor pariwisata dengan sektor lainnya, belum diketahuinya potensi obyek wisata secara komprehensif, belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan, dan belum adanya rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor lainnya saat ini. 2. Mengetahui obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan. 3. Mengetahui persepsi wisatawan atas faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan. 4. Merumuskan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar dalam upaya mensinergikan kepariwisataan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pertanian sebagai sektor utama dalam kegiatan perekonomian masyarakat merupakan penyumbang PDRB paling besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Kondisi ini tentunya perlu tetap dipertahankan dan ditingkatkan produktifitasnya. Seiring dengan berkembangnya sektor pertanian, sektor pariwisata juga ikut berkembang. Sektor pariwisata yang berkembang mendapatkan manfaat dari alam dan lingkungan pertanian sebagai salah satu obyek daya tarik wisata. Hal yang perlu dijaga disini adalah jangan sampai perkembangan pariwisata yang ada malah menimbulkan eksploitasi alam dan lingkungan secara berlebihan, hingga mengancam perkembangan sektor pertanian yang ada. Pengembangan secara bersamaan kedua sektor ini sangat penting dilakukan, yaitu dengan memadukannya, dimana antara kedua sektor dibuat hubungan yang saling menguntungkan. Kegiatan pertanian tetap bisa dijaga kelestariannya dan produk-produk pertanian bisa memenuhi kebutuhan pariwisata. Untuk pengembangan secara terpadu tersebut dibutuhkan komitmen yang kuat dari stakeholders masyarakat, swasta, dan pemerintah, sehingga peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Bagan alir kerangka pemikiran tertera pada Gambar 1. Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Stakeholders Kawasan Agropolitan Payangan Potensi obyek wisata Peningkatan kesejahteraan masyarakat Pengembangan secara terpadu II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata dan Potensi Obyek Wisata

Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Wisata merupakan kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata Anonim 1990. Obyek dan daya tarik wisata dapat berwujud masyarakat maju, keadaan alam, serta flora dan fauna. Pariwisata sebagai salah satu kegiatan perjalanan manusia memiliki tujuan untuk berekreasi. Pariwisata sebagai suatu aktifitas telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat. Perkembangan pariwisata semakin pesat seiring dengan perkembangan sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan politik. Menurut Putra 2008 membangun pariwisata memerlukan perencanaan yang matang, karena pariwisata disatu sisi merupakan suatu industri yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi dan di sisi lain bisa menimbulkan dampak negatif bila tidak dikelola dengan baik. Oleh sebab itu, menurut Sitorus 2004 peruntukan suatu lokasi untuk rekreasi perlu sebelumnya dievaluasi kesesuaiannya. Potensi obyek wisata merupakan segala sesuatu yang bila dikelola dengan baik akan menimbulkan suatu daya tarik wisata. Menurut Suryasih 2008 pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata ODTW harus memperhatikan komponen 4A Attraction, Accessibility, Amenities, Ancillary yang saling tergantung antara satu dengan yang lainnya, dimana suatu obyek wisata dikatakan menarik bila ditunjang adanya atraksi, aksesibilitas memadai, dilengkapi berbagai fasilitas yang dibutuhkan wisatawan, dan dikelola oleh pengelola yang profesional. Disamping itu, suatu ODTW yang ideal harus memenuhi tiga syarat dasar yaitu: something to see, something to do, dan something to buy. Syarat lain yang tidak kalah penting suatu ODTW adalah unik, spesifik, dan ditunjang oleh 7K Keamanan, Ketertiban, Kesejukan, Keramahtamahan, Kebersihan, Keindahan, dan Kenangan. Berdasarkan konsep pembangunan pariwisata yang berkelanjutan Sustainable Development Tourism pengelolaan suatu ODTW sebaiknya mempertimbangkan : 1. Penentuan zona zoning yaitu dengan menonjolkan obyek sentral sebagai tujuan utama disusul produk pendukung lainnya. 2. Dilakukan secara bertahap. 3. Mengacu pada konservasi alam dan budaya. 4. Berbasis pada masyarakat lokal community based tourism dimana suatu ODTW harus menguntungkan secara ekonomi, sosial, dan budaya. 5. Program pendidikan bagi masyarakat dan pekerja pariwisata untuk pelayanan yang profesional. 6. Adanya pertukaran informasi antara masyarakat dan wisatawan terkait sosial budaya masing-masing. 7. Adanya evaluasi terhadap dampak positif dan negatif pariwisata Suryasih, 2008. Keberhasilan pengelolaan suatu ODTW bisa dilihat berdasarkan tolok ukur antara lain : meningkatnya kunjungan wisatawan, lama tinggal lenght of stay, dan kunjungan berulang-ulang repeaters guest Suryasih 2008. Spillane 1991 menyatakan bahwa kemajuan pengembangan industri pariwisata sangat ditunjang oleh berbagai usaha yang dikelola secara terpadu antara lain : 1 promosi untuk memperkenalkan obyek wisata, 2 transportasi yang lancar, 3 kemudahan imigrasi atau birokrasi, 4 akomodasi yang menjamin penginapan yang nyaman, 5 pemandu wisata yang cakap, 6 penawaran barang dan jasa dengan mutu terjamin dan harga yang wajar, 7 pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik, 8 kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup. Mathieson dan Wall 1992 menyatakan peningkatan permintaan pariwisata disebabkan oleh : 1 pengembangan dan peningkatan agen perjalanan dan tour operation, 2 pengembangan dari alat-alat baru untuk menjual produk pariwisata, 3 pertumbuhan persewaan perjalanan udara.

2.2 Pengembangan Kawasan Agropolitan

Pengembangan kawasan agropolitan adalah konsep pengembangan wilayah yang berbasis pertanian bertujuan untuk mempercepat pembangunan diperdesaan. Konsep ini lahir dilatarbelakangi oleh terjadinya ketimpangan pembangunan antara perdesaan dengan perkotaan Rustiadi dan Hadi 2006, dan upaya membangun kemandirian perdesaan berdasarkan potensi yang dimiliki Sitorus 2010. Wilayah perdesaan sebagai pusat kegiatan pertanian produktivitasnya terus menurun dan kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi mengalami beban berlebihan dengan terjadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah-masalah sosial, dimana keduanya memiliki hubungan yang saling melemahkan. Hubungan ini secara agregat wilayah keseluruhan akan berdampak pada penurunan produktivitas wilayah Rustiadi dan Hadi 2006. Agropolitan sebagi konsep yang berbasis pada pengembangan sistem kewilayahan memfasilitasi perkembangan kawasan perdesaan sehingga terjalin hubungan yang saling memperkuat antara perdesaan dengan perkotaan Rustiadi et al. 2005. Pengembangan kawasan agropolitan adalah konsep pengembangan wilayah yang berbasis pertanian bertujuan untuk mempercepat pembangunan di perdesaan. Untuk mencapai tujuan tersebut beberapa usaha yang perlu dilakukan yaitu dengan cara memperkenalkan unsur-unsur gaya hidup kota yang telah diselaraskan dengan kondisi di perdesaan, memperluas hubungan sosial ekonomi dan politik, meningkatkan hubungan sosial masyarakat, menyeimbangkan pendapatan antar desa-kota dengan membuka lebih banyak lapangan kerja, dan menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya Friedmann dan Douglass 1976. Menurut Rustiadi dan Dardak 2008 pengembangan agropolitan merupakan pendekatan pengembangan kawasan pertanian perdesaan sebagai pusat pelayanan baru yang memiliki cakupan terbatas untuk pelayanan kebutuhan pertanian, dimana memungkinkan masyarakat sekitarnya mendapatkan pelayanan sarana produksi, jasa distribusi, maupun pelayanan sosial ekonomi sehingga masyarakat setempat tidak perlu lagi ke kota untuk mendapatkannya. Dalam pengembangan agropolitan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1. Pusat-pusat kegiatan utama