Pariwisata dan Potensi Obyek Wisata
berdasarkan the seven steps of planning. Hasil penelitian menunjukkan: 1 Kelurahan Tingkir Lor memiliki potensi untuk dibangun dan dikembangkan
sebagai lokasi agrowisata berwawasan lingkungan, sekaligus mengembangkan Desa Wisata Tingkir yang pada saat ini masih belum dapat disebut sebagai tempat
tujuan wisata. 2 Masyarakat mendukung pembangunan obyek wisata di Desa Wisata Tingkir dengan konsep agrowisata berwawasan lingkungan. 3
Berdasarkan pendekatan the seven steps of planning, maka model pembangunan agrowisata berwawasan lingkungan di Desa Wisata Tingkir adalah dengan
mengembangkan budidaya agro sebagai obyek atraksi. Aryanto 2010 dalam tesisnya yang berjudul “Strategi Pengembangan
Pariwisata Alam di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan” melakukan penelitian dengan menganalisis potensi penawaran dan permintaan wisata di TNBBS,
menganalisis kebijakan pengelolaan TNBBS dan kebijakan kepariwisataan daerah serta merumuskan strategi pengembangan pariwisata alam di TNBBS. Penelitian
ini dilakukan di Sukaraja Atas dan Kubuperahu dengan menggunakan metode survei dan analisis deskriptif, analisis terhadap kebijakan, analisis daerah
operasional obyek wisata alam dan atraksi, dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TNBBS khususnya obyek wisata alam dari Sukaraja Atas
dan Kubuperahu memiliki potensi berkembangnya sumber daya wisata alam yang besar. Permintaan untuk wisata alam di Sukaraja Atas dan Kubuperahu masih
relatif rendah, tetapi kedua lokasi memiliki potensi permintaan yang menguntungkan. Obyek wisata alam dan atraksi dari kedua lokasi Sukaraja Atas
dan Kubuperahu pada kategori sedang. Berdasarkan analisis SWOT, juga dirumuskan beberapa strategi untuk pengembangan pariwisata alam di Sukaraja
Atas dan Kubuperahu. Yang et al. 2009 dalam penelitiannya yang berjudul “Agro-tourism
enterprises as a form of multi-functional urban agriculture for peri-urban development in China” menyatakan bahwa daerah pinggiran kota yang cepat
tumbuh di China berada di bawah tekanan besar dari tuntutan lahan ekspansi perkotaan, mengakibatkan hilangnya tanah yang subur, kerusakan lingkungan dan
pengucilan sosial masyarakat desa. Pada perkembangan terbaru, terbangun perusahaan-perusahaan agrowisata di daerah pinggiran kota sebagai bentuk
pertanian kota komersial, menawarkan cara untuk mempromosikan pembangunan perkotaan dengan pedesaan yang terintegrasi dan dapat menangkal beberapa
dampak negatif dari urbanisasi. Hasil penelitian ini menganalisis kinerja perusahaan agrowisata skala besar, Xiedao Green Resort di Beijing, selama
periode 2004-2008. Model bisnis yang menggabungkan produksi pertanian dan jasa pariwisata serta membina hubungan permintaan-penawaran antara daerah
perkotaan dan pedesaan. Perusahaan ini menawarkan cara untuk meningkatkan kualitas produk pertanian dan jasa, sedangkan pengembangan beberapa fungsi
agrowisata yang memiliki manfaat yang lebih luas secara ekonomi, lingkungan dan sosial, menciptakan peluang untuk pembangunan kota-desa terpadu dan
berkelanjutan. Vipriyanti 1996 dalam tesisnya yang berjudul “Dampak Pengembangan
Agrowisata Terhadap Ekonomi dan Kelembagaan Masyarakat di Kabupaten Karangasem, Bali” menganalisis dampak pengembangan agrowisata terhadap
ekonomi dan kelembagaan masyarakat karangasem, pola permintaan wisatawan terhadap kawasan wisata agro, serta peubah wilayah yang mempengaruhi prospek
perkembangan wilayah tersebut. Hasil penelitiannya menunjukkan peran pertanian cukup penting dalam perekonomian wilayah Karangasem. Nilai
keterkaitan sektor agrowisata baik langsung maupun tidak langsung terhadap sektor lainnya sangat tinggi. Hasil analisis kelembagaan menunjukkan bahwa
pengembangan agrowisata cenderung mempengaruhi dinamika kelembagaan menjadi lebih baik di daerah pengembangan tersebut.
III METODOLOGI PENELITIAN