Struktur Perekonomian Kabupaten Gianyar

Kondisi ini dapat dicermati, bahwa nilai tambah yang dihasilkan suatu sektor dalam struktur perekonomian tidak hanya dipengaruhi kemampuannya dalam membentuk output, tetapi juga dipengaruhi oleh biaya yang keluarkan dalam pembentukan output tersebut. Output suatu sektor yang terbentuk membutuhkan input primer berupa nilai tambah, sehingga suatu sektor yang mempunyai sumbangan besar terhadap pembentukan output akan berkurang kontribusinya terhadap nilai tambah karena dalam proses produksinya membutuhkan lebih banyak input antara. 5.1.2 Keterkaitan antar Sektor 5.1.2.1 Keterkaitan Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung ke Depan Keterkaitan langsung ke belakang atau Direct Backward Linkage DBL menunjukkan total input antara yang dibutuhkan secara langsung suatu sektor untuk menghasilkan output sebesar satu satuan. Sedangkan keterkaitan langsung kedepan atau Direct Forward Linkage DFL menunjukkan total output antara suatu sektor yg digunakan secara langsung untuk memenuhi seluruh permintaan. Keterkaitan langsung ke belakang maupun keterkaitan langsung ke depan dianalisis menggunakan matriks koefisien teknologi. Nilai keterkaitan ini ditunjukkan pada Gambar 9. Ditinjau dari sepuluh besar nilai DBL dan DFL sektor-sektor di Kabupaten Gianyar tahun 2009, untuk sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata, sektor industri tanpa migas memiliki nilai DBL sebesar 0,5934 menempati urutan ke-4, sedangkan nilai DFL-nya sebesar 2,2936 berada di urutan ke-1. Ini berarti sektor industri tanpa migas mampunyai peran lebih penting dalam memenuhi permintaan sektor-sektor lainnya atau mempunyai kemampuan yang kuat mendorong sektor-sektor hilirnya, dibandingkan menyerap input dari sektor lainnya. Lima sektor yang berperanan penting dalam menyediakan input bagi sektor industri tanpa migas adalah: industri tanpa migas, tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, perdagangan besar dan eceran, dan angkutan jalan raya. Lima sektor yang terbanyak menggunakan output sektor industri tanpa migas adalah: bangunan; listrik, gas dan air bersih; perdagangan besar dan eceran; industri tanpa migas; dan restoran. Sektor perdagangan besar dan eceran mempunyai nilai DBL sebesar 0,8794 berada pada urutan ke-1, sedangkan nilai DFL mencapai 0,4244 urutan ke-8. Berarti sektor ini mempunyai kemampuan paling besar dalam menyerap produksi sektor-sektor lainnya atau menarik sektor-sektor dibelakangnya hulu, dibandingkan untuk memenuhi permintaan sektor lainnya. Lima sektor penting penyedia input bagi sektor pedagang besar dan eceran meliputi: industri tanpa migas, bank, komunikasi, jasa perorangan dan rumah tangga, dan bangunan. Lima sektor terbanyak memakai output sektor pedagang besar dan eceran adalah: peternakan dan hasil-hasilnya, restoran, bangunan, industri tanpa migas, dan hotel. Sektor restoran mempunyai nilai DBL sebesar 0,5358 urutan ke-5 dan nilai DFL-nya mencapai 0,2723 urutan ke-10. Lima sektor utama sebagai penyedia input untuk sektor restoran yaitu: industri tanpa migas; peternakan dan hasil-hasilnya; perdagangan besar dan eceran; perikanan; listrik, gas dan air bersih. Lima sektor utama pemakai output sektor restoran adalah: angkutan jalan raya, jasa hiburan dan rekreasi, perdagangan besar dan eceran, hotel, dan jasa penunjang keuangan. Sektor hotel mempunyai nilai DBL dan DFL masing-masing sebesar 0,3741 urutan ke-11 dan 1,0943 urutan ke-2. Kondisi ini menunjukkan sektor hotel memiliki peranan hampir sama dalam struktur perekonomian di Kabupaten Gianyar tahun 2009 dengan sektor industri tanpa migas. Sektor industri tanpa migas, peternakan dan hasil-hasilnya, perdagangan besar dan eceran, perikanan, dan tanaman bahan makanan merupakan lima sektor-sektor utama penyedia input untuk sektor hotel. Sektor jasa sosial kemasyarakatan, jasa perusahaan, bank, pemerintahan umum, dan jasa penunjang angkutan merupakan lima besar sektor- sektor pemakai output-nya. Kemudian untuk sektor-sektor pertanian, hanya sektor peternakan dan hasil- hasilnya yang mampu mencapai sepuluh besar. Dimana nilai DBL-nya 0,6029 berada diurutan ke-3 dan nilai DFL-nya 0,5373 berada diurutan ke-4. Dilihat keterkaitannya dengan sektor lainnya, sektor peternakan dan hasil-hasilnya, perdagangan besar dan eceran, industri tanpa migas, angkutan jalan raya, jasa perorangan dan rumah tangga, sebagai lima sektor utama penyedia input untuk sektor peternakan dan hasil-hasilnya, sedangkan lima sektor utama pemakai output-nya adalah sektor peternakan dan hasil-hasilnya, restoran, hotel, industri tanpa migas, dan tanaman bahan makanan. Gambar 9 Keterkaitan Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Kekuatan keterkaitan langsung antar sektor baik ke belakang maupun ke depan sangat bervariasi. Semakin besar keterkaitan antar sektor dan semakin banyak sektor-sektor perekonomian saling berkaitan, menunjukkan semakin kuat struktur perekonomian yang dibangun. Sehingga dalam konteks 0.4121 0.0002 0.0225 0.0000 0.1609 0.1193 0.2026 0.0944 0.5543 0.4285 0.2208 0.4515 1.0943 0.2723 0.4244 0.4498 0.2276 2.2936 0.0979 0.1346 0.0284 0.5373 0.0966 0.2297 0.2642 0.2642 0.2642 0.2642 0.2109 0.4444 0.1951 0.4444 0.2691 0.3650 0.3827 0.3850 0.3741 0.5358 0.8794 0.6458 0.3857 0.5934 0.0998 0.3050 0.1369 0.6029 0.1557 0.0855 0.0000 1.0000 2.0000 3.0000 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Sosial Kemasyarakatan Pemerintahan Umum Jasa Perusahaan Lembaga Keuangan tanpa Bank Sewa Bangunan Jasa Penunjang Keuangan Bank Komunikasi Jasa Penunjang Angkutan Angkutan Jalan Raya Hotel Restoran Perdagangan Besar dan Eceran Bangunan Listrik, gas dan air bersih Industri Tanpa Migas Penggalian Perikanan Kehutanan Peternakan dan Hasil‐hasilnya Tanaman Perkebunan Tanaman Bahan Makanan DBL DFL pengembangan wilayah, keterpaduan antar sektor-sektor perekonomian menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan, yaitu melakui peningkatan keterkaitan yang ada. Perekonomian Kabupaten Gianyar yang dibangun pada tiga sektor unggulan yaitu pertanian, industri kerajinan, dan pariwisata Bappeda Kab. Gianyar 2008a. Dilihat dari angka keterkaitan langsung antar sektor-sektor perekonomiannya, mempunyai potensi yang sangat besar berkembang lebih baik, bila mampu membangun keterpaduan dan mensinergikan antar sektor-sektor perekonomian yang dimiliki. Hal ini bisa dilakukan melalui jalinan kerjasama kemitraan dan koordinasi antar komponen masyarakat maupun antar stakeholders masyarakat, pemerintah, dan swasta. 5.1.2.2 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang atau Direct Indirect Backward Linkage DIBL adalah pengaruh yang disebabkan oleh kenaikan per unit permintaan akhir satu unit sektor tertentu terhadap sektor lain yang menyediakan input untuk sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan atau Direct Indirect Forward Linkage DIFL adalah pengaruh yang disebabkan oleh kenaikan per unit permintaan akhir suatu sektor terhadap sektor yang menggunakan output sektor tersebut secara langsung dan tidak langsung. Keterkaitan langsung dan tidak langsung dianalisis menggunakan kebalikan matriks Leontif. Nilai keterkaitan ini bisa dilihat dalam Gambar 10. Dilihat dari sepuluh besar nilai DIBL maupun DIFL, sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata di Kabupaten Gianyar tahun 2009. Sektor industri tanpa migas mempunyai nilai IDBL sebesar 2,0388 menempati urutan ke-5. Lima besar sektor yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor industri tanpa migas adalah: industri tanpa migas, tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, perdagangan besar dan eceran, dan angkutan jalan raya. Sedangkan nilai DIFL-nya menempati urutan ke-1 dengan nilai 5,5492. Lima sektor utama yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor industri tanpa migas yaitu: industri tanpa migas; bangunan; perdagangan besar dan eceran; listrik, gas dan air bersih; dan restoran. Sektor perdagangan besar dan eceran memiliki nilai DIBL sebesar 2,5560 menduduki urutan pertama, dimana ada lima sektor terbesar yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor perdagangan besar dan eceran adalah: perdagangan besar dan eceran, industri tanpa migas, bank, komunikasi, dan hotel. Nilai DIFL sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 1,9283 yang berada pada urutan ke-4. Lima sektor penting yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor perdagangan besar dan eceran adalah: perdagangan besar dan eceran, peternakan dan hasil-hasilnya, restoran, bangunan, dan industri tanpa migas. Sektor restoran menduduki urutan ke-4 dengan nilai DIBL sebesar 2,0759. Lima sektor utama yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor restoran adalah: restoran, industri tanpa migas, peternakan dan hasil- hasilnya, perdagangan besar dan eceran, dan perikanan. Nilai DIFL-nya mencapai 1,4674 urutan ke-11, dengan lima sektor penting yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor restoran adalah: restoran, angkutan jalan raya, perdagangan besar dan eceran, jasa hiburan dan rekreasi, dan hotel. Sektor hotel mencapai nilai DIBL sebesar 1,7154 urutan ke-9, dimana lima sektor yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor hotel adalah: hotel, industri tanpa migas, peternakan dan hasil-hasilnya, perdagangan besar dan eceran, dan tanaman bahan makanan. Nilai DIFL-nya sebesar 2,5164 dan berada pada urutan ke-2, dengan lima sektor utama yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor hotel yaitu: hotel, jasa sosial kemasyarakatan, jasa perusahaan, bank, dan pemerintahan umum. Untuk sektor-sektor pertanian yang mencapai sepuluh besar nilai DIBL maupun DIFL, sektor tanaman bahan makanan dengan nilai DIBL terkecil 1,1535 berada pada urutan ke-24 dari 24 sektor yang ada. Lima sektor yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor tanaman bahan makanan adalah: tanaman bahan makanan, industri tanpa migas, angkutan jalan raya, perdagangan besar dan eceran, jasa perorangan dan rumah tangga. Dilihat dari nilai DIFL, sektor tanaman bahan makanan berada pada urutan ke-7 1,7714, dengan lima sektor utama yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor tanaman bahan makanan, yaitu: sektor tanaman bahan makanan, industri tanpa migas, jasa hiburan dan rekreasi, bangunan, dan restoran. Gambar 10 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Sektor peternakan dan hasil-hasilnya dengan nilai DIBL 2,3597 berada pada urutan ke-2, dimana sektor: peternakan dan hasil-hasilnya, industri tanpa 1.6487 1.0004 1.0352 1.0000 1.2364 1.1897 1.3098 1.1335 1.8973 1.7107 1.3872 1.9125 2.5164 1.4674 1.9283 1.6820 1.4418 5.5492 1.1910 1.3062 1.0638 2.0659 1.3769 1.7714 1.4978 1.4791 1.4563 1.4760 1.3628 1.7212 1.3737 1.7102 1.4635 1.6763 1.7161 1.7154 1.7154 2.0759 2.5560 2.2343 1.7446 2.0388 1.2032 1.5456 1.2595 2.3597 1.2868 1.1535 0.0000 2.0000 4.0000 6.0000 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Sosial Kemasyarakatan Pemerintahan Umum Jasa Perusahaan Lembaga Keuangan tanpa Bank Sewa Bangunan Jasa Penunjang Keuangan Bank Komunikasi Jasa Penunjang Angkutan Angkutan Jalan Raya Hotel Restoran Perdagangan Besar dan Eceran Bangunan Listrik, gas dan air bersih Industri Tanpa Migas Penggalian Perikanan Kehutanan Peternakan dan Hasil‐hasilnya Tanaman Perkebunan Tanaman Bahan Makanan DIBL DIFL migas, perdagangan besar dan eceran, angkutan jalan raya, dan bank, merupakan lima sektor yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor peternakan dan hasil-hasilnya. Untuk nilai DIFL-nya mencapai 2,0659 urutan ke-3 dengan lima sektor utama yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor peternakan dan hasil-hasilnya, yaitu sektor: peternakan dan hasil-hasilnya, restoran, hotel, angkutan jalan raya, dan jasa sosial kemasyarakatan. Berdasarkan nilai DIBL dan nilai DIFL sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata dan sektor-sektor pertanian di Kabupaten Gianyar tahun 2009, menunjukkan bahwa kenaikan permintaan akhir sektor pariwisata lebih dominan dibandingkan sektor pertanian dalam memberikan dampak kenaikan total output pada masing-masing sektor perekonomian di Kabupaten Gianyar. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa peranan sektor pariwisata lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian dalam perekonomian di Kabupaten Gianyar

5.1.3 Indeks Daya Penyebaran dan Indek Daya Kepekaan

Untuk mengetahui sektor-sektor mana saja yang mempunyai kemampuan untuk memacu pertumbuhan sektor-sektor hulu danatau hilirnya, baik melalui keterkaitan input mekanisme pasar input maupun melalui keterkaitan output mekanisme pasar output dapat dianalisis menggunakan daya penyebaran dan derajat kepekaan. Daya penyebaran merupakan jumlah dampak yang ditimbulkan akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap output seluruh sektor ekonomi, sedangkan derajat kepekaan merupakan jumlah dampak yang menimbulkan perubahan permintaan akhir suatu sektor akibat perubahan seluruh sektor ekonomi. Daya penyebaran dan derajat kepekaan belum dapat dipakai untuk membandingkan dampak yang terjadi pada setiap sektor, karena adanya perbedaan sifat dari permintaan akhir masing-masing sektor. Untuk itu perlu dilakukan normalisasi, yaitu dengan cara membagi rata-rata dampak pada suatu sektor dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Sehingga diperoleh Indeks Daya Penyebaran IDP dan Indeks Derajat Kepekaan IDK. Nilai IDP lebih besar dari satu menunjukkan bahwa daya penyebaran suatu sektor berada di atas rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi, dengan kata lain sektor tersebut mempunyai kemampuan untuk merangsang pertumbuhan sektor-sektor hulunya. Sebaliknya, nilai IDP kurang dari satu menunjukkan sektor tersebut kurang mampu menarik sektor-sektor penyedia input untuk sektor tersebut. Demikian juga untuk IDK, nilai lebih besar dari satu menunjukkan bahwa derajat kepekaan suatu sektor lebih tinggi dari rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi, dimana sektor tersebut mempunyai kemampuan mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya sebagai pemakai output sektor tersebut. Sedangkan untuk nilai IDK kurang dari satu berlaku sebaliknya. Dari Gambar 11, bisa dilihat nilai IDP dan IDK dari masing-masing sektor perekonomian di Kabupaten Gianyar tahun 2009. Untuk sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata, seperti industri tanpa migas, nilai IDP dan IDK-nya masing-masing 1,2287 dan 3,3444. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri tanpa migas memiliki daya penyebaran dan daya kepekaan di atas rata-rata seluruh sektor ekonomi. Dengan kata lain sektor industri tanpa migas mempunyai kemampuan relatif permintaan akhir dalam merangsang pertumbuhan produksi total seluruh sektor perekonomian, maupun dalam memenuhi permintaan akhir keseluruhan sektor perekonomian. Demikian halnya dengan sektor perdagangan besar dan eceran dengan nilai IDP sebesar 1,5405 dan nilai IDK sebesar 1,1622, serta sektor hotel dengan nilai IDP dan IDK masing-masing sebesar 1,0338 dan 1,5166. Dimana sektor perdagangan besar dan eceran maupun sektor hotel, memiliki kemampuan yang hampir sama dengan sektor industri tanpa migas, memiliki daya penyebaran dan daya kepekaan di atas rata-rata seluruh sektor ekonomi. Untuk sektor restoran, dengan nilai IDP lebih dari satu 1,2511 atau di atas rata-rata, mengindikasikan sektor ini mampu dalam meningkatkan pertumbuhan sektor-sektor hulunya. Namun kurang mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya, karena mempunyai nilai IDK di bawah rata- rata yaitu sebesar 0,8844. Berbeda halnya dengan sektor jasa hiburan dan rekreasi, nilai IDP 0,8914 maupun IDK 0,6029 sektor ini masih dibawah rata-rata yaitu kurang dari satu. Berdasarkan nilai IDP dan IDK yang dimilikinya sektor jasa hiburan dan rekreasi dikelompokkan sebagai sektor yang kurang mampu memacu pertumbuhan sektor-sektor hulu maupun hilirnya. Gambar 11 Nilai Indeks Daya Penyebaran dan Nilai Indeks Daya Kepekaan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Untuk sektor-sektor pertanian, hanya sektor peternakan dan hasil-hasilnya yang mempunyai nilai IDP 1,4221 dan IDK 1,2451 di atas rata-rata seluruh sektor ekonomi. Sektor tanaman bahan makanan, dengan nilai IDP kurang dari 0.9936 0.6029 0.6239 0.6027 0.7452 0.7170 0.7894 0.6832 1.1435 1.0310 0.8361 1.1527 1.5166 0.8844 1.1622 1.0137 0.8690 3.3444 0.7178 0.7872 0.6411 1.2451 0.8298 1.0676 0.9027 0.8914 0.8777 0.8896 0.8213 1.0373 0.8279 1.0307 0.8821 1.0103 1.0343 1.0338 1.0338 1.2511 1.5405 1.3466 1.0515 1.2287 0.7251 0.9315 0.7591 1.4221 0.7755 0.6952 0.0000 1.0000 2.0000 3.0000 4.0000 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Sosial Kemasyarakatan Pemerintahan Umum Jasa Perusahaan Lembaga Keuangan tanpa Bank Sewa Bangunan Jasa Penunjang Keuangan Bank Komunikasi Jasa Penunjang Angkutan Angkutan Jalan Raya Hotel Restoran Perdagangan Besar dan Eceran Bangunan Listrik, gas dan air bersih Industri Tanpa Migas Penggalian Perikanan Kehutanan Peternakan dan Hasil‐hasilnya Tanaman Perkebunan Tanaman Bahan Makanan IDP IDK satu 0,6952 atau di bawah rata-rata, mengindikasikan sektor ini kurang mampu dalam meningkatkan pertumbuhan sektor-sektor hulunya. Namun mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya, karena mempunyai nilai IDK di atas rata-rata yaitu sebesar 1,0676. Sedangkan sektor tanaman perkebunan IDP 0,7755; IDK 0,8298, kehutananIDP 0,7591; IDK 0,6411, dan perikananIDP 0,9315; IDK 0,7872 adalah sektor-sektor sektor yang kurang mampu memacu pertumbuhan sektor-sektor hulu maupun hilirnya. Secara garis besar, sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Gianyar tahun 2009 dapat dikelompokkan berdasarkan Indeks Daya Penyebaran IDP dan Indeks Derajat Kepekaan, seperti ditunjukkan dalam Tabel 30. Tabel 30 Pengelompokan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Berdasarkan Nilai IDP dan IDK IDP 1 IDP 1 3. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1. Tanaman Bahan Makanan 7. Industri Tanpa Migas 16. Bank 9. Bangunan IDK 1 10. Perdagangan Besar dan Eceran 12. Hotel 13. Angkutan Jalan Raya 15. Komunikasi 8. Listrik, gas dan air bersih 2. Tanaman Perkebunan 11. Restoran 4. Kehutanan IDK 1 14. Jasa Penunjang Angkutan 5. Perikanan 17. Jasa Penunjang Keuangan 6. Penggalian 19. Lembaga Keuangan tanpa Bank 18. Sewa Bangunan 20. Jasa Perusahaan 21. Pemerintahan Umum 22. Jasa Sosial Kemasyarakatan 23. Jasa Hiburan dan Rekreasi 24. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Sumber : Hasil Analisis 2011 Empat Kuadran Pengelompokan sektor-sektor ekonomi berdasarkan nilai IDP dan IDK Daryanto dan Hafizrianda 2010; Woroutami 2010 : ‐ Kuadran I adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP dan IDK di atas rata-rata ‐ Kuadran II adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP di bawah rata-rata, tetapi IDK di atas rata-rata ‐ Kuadran III adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP di atas rata-rata, tetapi IDK di bawah rata-rata ‐ Kuadran IV adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP dan IDK di bawah rata-rata.

5.1.4 Multiplier Effect

Berdasarkan perlakuan terhadap sektor rumah tangga, multiplier atau angka pengganda dibagi menjadi dua jenis yaitu multiplier Tipe I dan multiplier Tipe II. Multiplier Tipe I dihitung berdasarkan inverse matriks Leontief atau matriks I-A -1 , dimana sektor rumah tangga diperlakukan secara exogenous. Pada multiplier Tipe II sektor rumah tangga dimasukkan dalam matriks saling ketergantungan endogeneous atau disebut model tertutup close model, sehingga multiplier Tipe II, tidak hanya menghitung dampak langsung dan tidak langsung, tetapi termasuk juga dampak dari induksi, yaitu dampak dari perubahan pola konsumsi rumah tangga akibat peningkatan pendapatan terhadap kinerja sistem perekonomian wilayah. Multiplier effect menyatakan kelipatan dampak secara langsung dan tidak langsung peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap total kegiatan ekonomi wilayah. Berdasarkan Tabel I-O Kabupaten Gianyar tahun 2009, dilakukan analisis multiplier effect Type I, yang meliputi: output multiplier, total value added multiplier, dan income multiplier.

5.1.4.1 Output multiplier

Nilai output multiplier seperti ditunjukkan pada Gambar 12, sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata, seperti: perdagangan besar dan eceran, restoran, industri tanpa migas, hotel, serta jasa hiburan dan rekreasi, masing-masing secara berurutan menduduki peringkat ke: 1, 4, 5, 9, dan 15. Sektor perdagangan besar dan eceran memiliki nilai output multiplier tertinggi 2,5560. Artinya, bila permintaan akhir sektor perdagangan besar dan eceran meningkat 1 milyar rupiah, maka dampak pada total output seluruh sektor perekonomian wilayah Kabupaten Gianyar akan meningkat sebesar 2,5560 milyar rupiah. Pada sektor-sektor pertanian, hanya sektor peternakan dan hasil-hasilnya bisa mencapai sepuluh besar nilai output multiplier yaitu berada pada peringkat ke-2. Selanjutnya, sektor perikanan peringkat ke-13, tanaman perkebunan peringkat ke-21, kehutanan peringkat ke-22, dan sektor tanaman bahan makanan berada pada posisi terakhir peringkat ke-24 dengan nilai output multiplier sebesar 1,1535 setelah sektor penggalian. Untuk mampu meningkatkan posisi tawar, sektor-sektor pertanian harus mampu mengimbanginya dengan dilakukannya peningkatan kuantitas, mutu produksi dan tata kelola yang baik melalui peningkatan keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Gambar 12 Nilai Output multiplier Tipe I Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 1.4978 1.4791 1.4563 1.4760 1.3628 1.7212 1.3737 1.7102 1.4635 1.6763 1.7161 1.7154 1.7154 2.0759 2.5560 2.2343 1.7446 2.0388 1.2032 1.5456 1.2595 2.3597 1.2868 1.1535 0.0000 1.0000 2.0000 3.0000 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Sosial Kemasyarakatan Pemerintahan Umum Jasa Perusahaan Lembaga Keuangan tanpa Bank Sewa Bangunan Jasa Penunjang Keuangan Bank Komunikasi Jasa Penunjang Angkutan Angkutan Jalan Raya Hotel Restoran Perdagangan Besar dan Eceran Bangunan Listrik, gas dan air bersih Industri Tanpa Migas Penggalian Perikanan Kehutanan Peternakan dan Hasil‐hasilnya Tanaman Perkebunan Tanaman Bahan Makanan Tercapainya keterpaduan antar sektor perekonomian diharapkan mampu memberikan pengaruh terhadap pembentukan total output. Melalui skenario peningkatan final demand pada tabel Input-Output Kabupaten Gianyar tahun 2009 terhadap konsumsi rumah tangga sebesar 10, meningkatkan total output sebesar 1,79 atau sebesar Rp 341.281,91 juta. Lima besar sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi, adalah: peternakan dan hasil-hasilnya 4,11; perikanan 3,81; listrik, gas, dan air bersih 3,07; tanaman bahan makanan 3,05; dan sewa bangunan 2,94. Skenario peningkatan final demand melalui belanja pemerintah sebesar 10, mampu meningkatkan total output sebesar Rp 64.020,95 juta 0,34. Sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah pemerintahan umum 9,44, selanjutnya sektor jasa perorangan dan rumah tangga 0,56, jasa sosial kemasyarakatan 0,54, hotel 0,41, dan bangunan 0,19. Skenario peningkatan final demand melalui pembentukan modal tetap bruto investasi sebesar 10, meningkatkan total output sebesar Rp 141.440,10 juta 0,74. Lima besar sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi, adalah: bangunan 4,80, penggalian 3,61, kehutanan 1,84, industri tanpa migas 1,38, dan jasa penunjang keuangan 1,27. Skenario peningkatan final demand melalui ekspor barang dan jasa sebesar 10, mampu meningkatkan total output sebesar Rp 1.338.074,26 juta 7,01. Lima besar sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi, adalah: jasa hiburan dan rekreasi 9,99, hotel 8,70, angkutan jalan raya 8,13, perdagangan besar dan eceran 8,09, dan jasa perusahaan 7,86. Skenario yang dilakukan menunjukkan, bahwa kenaikan ekspor memberikan peningkatan tertinggi terhadap pembentukan total output. Bila dicermati, tingginya kenaikan ekspor masih didominasi oleh sektor-sektor sekunder dan tersier, sedangkan sektor-sektor primer sebagai tumpuan perekonomian masyarakat, seperti pertanian dan industri kerajinan industri tanpa migas peningkatannya masih cukup rendah. Kondisi ini juga memberikan gambaran, bahwa kegiatan ekspor secara langsung oleh pihak produsen masih tergolong rendah. Kenaikan terhadap konsumsi rumah tangga posisi kedua, memberikan pembentukan total output cukup besar pada sektor-sektor primer.