Output multiplier Multiplier Effect

Sektor ini adalah salah satu sektor penyangga perekonomian Kabupaten Gianyar karena dijadikan sebagai sumber-sumber pertumbuhan. Kondisi ini sangat memungkinkan, terutama dengan keberadaan art shop maupun perdagangan lainnya sebagai penunjang industri kepariwisataan. Sektor penyangga lainnya adalah: sektor pertanian, sektor industri pengolahan, hotel dan restoran, serta jasa-jasa BPS Bappeda Kab. Gianyar 2010b. Dari sektor-sektor ini, jasa hiburan dan rekreasi sebagai bagian dari jasa- jasa dan terutama sektor pertanian pada komponen tanaman bahan makanan, memiliki dampak multiplier yang cukup rendah. Disamping itu nilai keterkaitannya juga rendah dan sektor yang berkaitan juga sedikit. Kebelakang sektor tanaman bahan makanan berkaitan dengan 14 sektor, yaitu: 7 industri tanpa migas, 1 tanaman bahan makanan, 13 angkutan jalan raya, 10 perdagangan besar dan eceran, 24 jasa perorangan dan rumah tangga, 3 peternakan dan hasil-hasilnya, 19 lembaga keuangan tanpa bank, 9 bangunan, 11 restoran, 22 jasa sosial kemasyarakatan, 14 jasa penunjang angkutan, 18 sewa bangunan, 16 bank, dan 4 kehutanan. Kedepan sektor tanaman bahan makanan berkaitan dengan 8 sektor, yaitu: 7 industri tanpa migas, 23 jasa hiburan dan rekreasi, 12 hotel, 11 restoran, 1 tanaman bahan makanan, 3 peternakan dan hasil-hasilnya, 22 jasa sosial kemasyarakatan, dan 5 perikanan. Sebagai sektor riil, pertanian telah terdesak oleh perkembangan sektor- sektor lainnya, dimana salah satunya adalah akibat perkembangan sektor pariwisata. Faktor lain yang terjadi adalah menurunnya produktivitas pertanian akibat tingginya biaya produksi pertanian dibandingkan harga jualnya. Banyak para petani beralih pada usaha lain yang lebih menguntungkan dan karena adanya desakan ekonomi, memicu terjadi alih funsi lahan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan keterkaitan antar sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Gianyar. Semakin kuat keterkaitan antar sektor dan semakin banyak sektor-sektor yang terkait, maka akan berdampak pada meningkatnya perekonomian wilayah, baik menyangkut total output, nilai tambah, maupun pendapatan masyarakat.

5.2 Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan

Kecamatan Payangan sebagai pengembangan Kawasan Agropolitan, yang juga telah berkembang sebagai daerah tujuan wisata, memiliki obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan. Dari hasil pengamatan observasi yang dilakukan, terdapat beberapa obyek wisata potensial, antara lain: Desa Pakraman Pausan di Desa Buahan Kaja; Nyepi Kasa di Desa Buahan; Agrowisata di Desa Kerta dan Desa Buahan Kaja; Sarkofagus di Desa Bukian dan Desa Kerta; Pemandangan Alam dan Persawahan di Desa Puhu, Desa Kelusa, Desa Bresela; Aci Keburan di Desa Kelusa; Gua Alam Taman Magenda, AlasHutan Tiyingan di Desa Bukian; Sungai Ayung di Desa Melinggih Kelod, Desa Melinggih. Aksesibilitas menuju obyek-obyek tersebut telah tersedia dan sebagian besar terletak dekat dengan jalan. Keberadaan obyek-obyek wisata di Kecamatan Payangan cukup beragam. Berdasarkan keunikan, kekhasan, dan pertimbangan dengan tokoh masyarakat setempat, ditentukan 6 enam obyek wisata yang berpotensi dikembangkan di Kecamatan Payangan antara lain : 1. Agrowisata Payangan Agrowisata Payangan dikembangkan di dua desa yaitu Desa Kerta dan Desa Buahan Kaja. Kedua desa ini merupakan penghujung Utara dari Kecamatan Payangan dengan wisata alamnya. Wisatawan bisa melintas ditengah-tengah persawahan melalui jalur tracking yang ada, di Desa Buahan Kaja ada dua buah trowongan air yang bisa dilintasi sebagai wisata tracking yaitu Terowongan Sidodadi Singoperang dan Dwi Eka Bhuwana Pemkab Gianyar 2010. Didukung dengan berkembangnya model pertanian organik dan pertanian terintegrasi, yang menyajikan daya tarik tersendiri sebagai wisata edukatif. Daya tarik lainnya untuk Desa Kerta berupa hamparan perkebunan kopi, perkebunan jeruk, dan kawasan perkebunan bunga. Disini sudah sering dikunjungi sebagai media pengenalan alam terutama dari rombongan sekolah-sekolah. Dibalik pemandangan alam Desa Kerta yang masih alami, kawasan berhutan dan suasana kental bernuansa sosial budaya masyarakat pedesaan, disajikan suatu atraksi yang menarik dan cukup menantang yang bisa dicoba yaitu atraksi out bond dan buggyquad semacam kendaraan ATV all-terrain vehicle. Kendaraan ini biasanya diberangkatkan dalam suatu grup untuk menjelajahi kawasan pertanian, perkebunan, dan melintasi perkampungan. Gambar 15 View Kawasan Perkebunan Bunga di Agrowisata Payangan 2. Sungai Ayung Sungai Ayung merupakan sungai bersejarah yang memiliki pemandangan alam yang memikat. Dharma 2007 mengemukakan, Sungai Ayung terbentuk dari pertemuan tiga anak sungai yang cukup besar yaitu Tukad Bangkung yang berhulu di daerah Plaga, Tukad Mengani yang berhulu di daerah Catur dan Tukad Siap yang berhulu di daerah Kintamani. Mengalir sepanjang kurang lebih 68,5 km diantara Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Badung serta bermuara di pantai Padang Galak Sanur. Sebagai sungai terpanjang di Bali, Sungai Ayung banyak dimanfaatkan untuk keperluan irigasi dan sumber air bersih. Keindahan lembah Sungai Ayung dengan variasi alirannya menimbulkan daya tarik tersendiri dalam pengembangan wisata, dimana sungai ini telah lama menjadi tempat rafting terbaik dan terfavorit di Bali. Banyak operator rafting yang berkembang sepanjang aliran Sungai Ayung, baik di Kabupaten Badung maupun di Kabupaten Gianyar. Pelaksanaan rafting di Kabupaten Gianyar, start point di lakukan di Desa Melinggih dan Desa Melinggih Kelod dan finish point di daerah Ubud. Gambar 16 Kegiatan Rafting di Sungai Ayung 3. Nyepi Kasa Perayaan Hari Raya Nyepi di Bali dilaksanakan oleh umat Hindu setiap satu tahun sekali. Perayaan ini jatuh pada penanggal pisan tanggal satu sasih kedasa bulan ke-sepuluh dalam penanggalan Hindu atau tepatnya sehari sesudah tilem kesanga sebagai hari pergantian tahun baru Caka. Tradisi yang cukup berbeda dilaksanakan di Desa Pakraman Buahan, yaitu adanya perayaan Nyepi Kasa. Perayaan Nyepi Kasa merupakan tradisi khas yang hanya dilaksanakan masyarakat di Desa Pakraman Buahan secara turun temurun. Pelaksanaan Nyepi Kasa hampir sama dengan pelaksanaan Nyepi Kesanga yang dilakukan masyarakat Bali pada umumnya. Sehari sebelum pelaksanaan Nyepi Kasa yaitu pada pelaksanaan tawur agung, menggunakan anak sapi sebagai hewan korban