IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA
Data pola konsumsi rumah tangga miskin didapatkan dari data pengeluaran Susenas Panel Modul Konsumsi yang terdiri atas dua kelompok, yaitu data
pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Rumah tangga dikategorikan miskin apabila pengeluaran per kapita per bulan berada dibawah garis kemiskinan
propinsi yang telah ditetapkan BPS Tabel 4.1. Tabel 4.1. Garis Kemiskinan Menurut Propinsi di Pulau Jawa tahun 2008, 2009
dan 2010 Rupiah
Propinsi Kota
Desa 2008
2009 2010
2008 2009
2010 DKI Jakarta
290.268 316.936
331.169 -
- -
Jawa Barat 190.824
203.751 212.210
155.367 175.193
185.335 Jawa Tengah
184.704 196.478
205.606 152.531
169.312 179.982
DI Yogyakarta 208.655
228.236 240.282
169.934 182.706
195.406 Jawa Timur
183.408 202.624
213.383 155.432
174.628 185.879
Banten 197.328
212.310 220.771
156.494 178.238
188.741 Indonesia
204.896 222.123
232.988 161.831
179.835 192.354
Sumber: BPS, Data dan Informasi Kemiskinan 2008 - 2010
Berdasarkan garis kemiskinan tersebut di atas didapatkan jumlah sampel rumah tangga miskin di Pulau Jawa yaitu sebanyak 3955 sampel rumah tangga
miskin pada tahun 2008, tahun 2009 sebanyak 3580 sampel dan pada tahun 2010 sebanyak 3313 sampel. Dari sampel tersebut dilakukan analisis pola konsumsi
rumah tangga miskin. Jumlah penduduk miskin di perdesaan lebih banyak daripada perkotaan.
Secara nasional, penduduk miskin di perdesaan berjumlah hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penduduk miskin di perkotaan. Jumlah penduduk miskin di
Indonesia hampir 60 persen tinggal di Pulau Jawa.
4.1. Pangsa Pengeluaran Total Rumah Tangga Miskin
Secara garis besar kebutuhan konsumsi barang dan jasa pada rumah tangga terdiri dari dua kelompok yaitu kebutuhan pangan dan bukan pangan. Pada tingkat
pendapatan tertentu, rumah tangga akan mengalokasi pendapatannya guna memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan. Teorema Engel menyatakan untuk
rumah tangga yang berpendapatan rendahmiskin pengeluaran untuk pangan khususnya kebutuhan pokok sangat tinggi. Rumah tangga miskin akan
mendahulukan pemenuhan kebutuhan pangan sehingga sebagian besar pendapatannya akan digunakan untuk membeli makanan. Demikian pula yang
terjadi pada rumah tangga miskin di Pulau Jawa. Pada periode 2008-2010 persentase pengeluaran untuk makanan pada rumah tangga miskin di Pulau Jawa
lebih dari 60 persen atau hampir dua kali lipat dari pengeluaran bukan makanan Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan untuk Makanan dan Bukan Makanan Menurut Tipe Wilayah di Pulau Jawa Tahun 2008-2010.
Persentase Pengeluaran per kapita sebulan Tipe Wilayah
Makanan Non Makanan
2008 2009
2010 2008
2009 2010
- Perkotaan 62,35
62,10 62,57
37,65 37,90
37,43 - Perdesaan
66,22 65,12
65,77 33,78
34,88 34,23
Sumber : Susenas Panel Modul Konsumsi 2008-2010 diolah
Pola konsumsi rumah tangga miskin di perkotaan dan perdesaan menjelaskan bahwa teorema Engel juga berlaku bagi rumah tangga berpendapatan
rendahmiskin baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan. Tabel 4.2 menunjukkan alokasi pengeluaran terbesar untuk komoditi makanan mencapai
lebih dari 60 persen dengan persentase pengeluaran makanan yang lebih besar pada rumah tangga miskin di perdesaan dibandingkan dengan rumah tangga
miskin di perkotaan. Secara umum, selama periode 2008-2010, pola konsumsi makanan pada
rumah tangga miskin di perdesaan cenderung mengalami sedikit penurunan. Hal sebaliknya terjadi pada daerah perkotaan dimana terjadi sedikit peningkatan pada
konsumsi makanan. Pola konsumsi bukan makanan di perdesaan cenderung meningkat walau
peningkatannya relatif kecil. Konsumsi bukan makanan pada wilayah perkotaan cenderung sedikit mengalami penurunan.
Tabel 4.3. menunjukkan pola konsumsi makanan dan bukan makanan pada rumah tangga miskin di tiap propinsi di Pulau Jawa. Persentase pengeluaran untuk
konsumsi makanan lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi bukan makanan.
Hal ini terjadi di tiap propinsi namun besaran persentase pengeluarannya berbeda. Khusus Propinsi DKI Jakarta persentase pengeluaran untuk makanan hampir
seimbang dengan persentase pengeluaran non makanan. Tabel 4.3. Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan untuk Makanan dan Bukan
Makanan Menurut Propinsi di Pulau Jawa Tahun 2008-2010. Persentase Pengeluaran per kapita sebulan
Propinsi Makanan
Non Makanan 2008
2009 2010
2008 2009
2010 DKI Jakarta
53,01 54,58
53,74 46,99
45,42 46,26
Jawa Barat 65,84
64,80 66,03
34,16 35,20
33,97 Jawa Tengah
64,48 63,69
63,80 35,52
36,31 36,20
DI Yogyakarta 59,73
60,70 60,66
40,27 39,30
39,34 Jawa Timur
65,19 64,03
64,38 34,81
35,97 35,62
Banten 66,23
66,80 65,42
33,77 33,20
34,58 Jawa
64,62 63,87
64,23 35,38
36,13 35,77
Sumber : Susenas Panel Modul Konsumsi 2008-2010 diolah
4.2. Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin