Persentase pengeluaran bukan makanan pada rumah tangga miskin di daerah perdesaan dan perkotaan tidak berbeda. Persentase pengeluaran terbesar untuk
kelompok komoditi perumahan dan fasilitas perumahan serta kelompok komoditi barang dan jasa Lampiran 2.
4.4. Pola Konsumsi Rumah Tangga Miskin
Informasi mengenai
struktur pengeluaran
rumah tangga
dapat mengindikasikan seberapa penting pengeluaran kelompok komoditi terhadap
struktur pengeluaran rumah tangga. Rata-rata pengeluaran untuk tiap kelompok komoditi Pulau Jawa, perkotaan dan perdesaan dapat dilihat Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Persentase Pengeluaran Rumah Tangga Miskin Sebulan untuk Makanan dan Bukan Makanan Menurut Tipe Wilayah di Pulau Jawa
Tahun 2008-2010.
Persentase Rata-rata Pengeluaran RTM Sebulan Kelompok Komoditi
Perkotaan Perdesaan
2008 2009
2010 2008
2009 2010
Makanan pokok 19,99
18,76 19,33
24,70 23,36
23,77 Lauk pauk
8,18 8,88
8,97 8,38
8,82 9,06
Rokok 4,92
5,17 4,98
4,02 4,59
4,78 Makanan lainnya
29,26 29,30
29,29 29,12
28,35 28,16
Jumlah Makanan 62,35
62,10 62,57
66,22 65,12
65,77 Telekomunikasi
0,41 0,67
0,87 0,22
0,43 0,61
Pendidikan 3,23
3,63 4,06
2,57 3,19
3,30 Non makanan lainnya
34,01 33,59
32,50 30,98
31,26 30,32
Jumlah Bukan Makanan 37,65
37,90 37,43
33,78 34,88
34,23 Total Pengeluaran
100,00 100,00
100,00 100,00
100,00 100,00
Rata-rata 000 rupiah 753
812 858
561 649
698
Sumber : Susenas Panel Modul Konsumsi 2008-2010 Diolah
Rata-rata total pengeluaran rumah tangga miskin per tahun di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor
ketersediaan fasilitas dan kemudahan mengakses sehingga penduduk miskin di perkotaan lebih tinggi rata-rata pengeluarannya. Hasil yang sama juga didapatkan
pada studi sebelumnya yang dilakukan oleh Ariningsih 2004 dan Kahar 2010. Secara statistik rata-rata pengeluaran rumah tangga miskin untuk semua komoditi
memiliki perbedaan yang nyata yang ditunjukkan oleh hasil uji rata-rata dan keragaman antara perdesaan dan perkotaan Lampiran 3.
Persentase pengeluaran terbesar pada rumah tangga miskin adalah untuk konsumsi komoditi pangan yang besarnya di atas 60 persen. Pola yang sama
terjadi pada rumah tangga miskin di perdesaan dan perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa teorema Engel berlaku pada rumah tangga miskin baik di
kota maupun di desa. Interpretasi dari temuan ini adalah apabila terjadi kenaikan harga pangan maka rumah tangga miskin akan terkena dampak yang besar karena
sebagian besar proporsi pengeluarannya untuk konsumsi pangan. Selama periode 2008-2010, persentase pengeluaran untuk pangan di
perdesaan cenderung mengalami penurunan sementara persentase pengeluaran untuk pangan di perkotaan cenderung meningkat. Hasil yang sama pada studi
sebelumnya yang dilakukan oleh Nurfarma 2005 di Sumatra Barat. Persentase pengeluaran untuk makanan pokok lebih tinggi di perdesaan
dibandingkan dengan perkotaan. Ini menunjukkan bahwa rumah tangga miskin di perdesaan lebih cenderung mengalokasikan pendapatannya guna memenuhi
kebutuhan makanan pokok. Persentase pengeluaran untuk lauk pauk, rokok dan makanan lainnya hampir
sama antara perdesaan dan perkotaan. Persentase pengeluaran untuk makanan lainnya sekitar 28-30 persen, persentase pengeluaran untuk lauk pauk sekitar 8-10
persen, persentase pengeluaran untuk rokok sekitar 5 persen. Selama periode 2008-2010, persentase pengeluaran untuk makanan pokok
baik di perdesaan maupun di perkotaan cenderung mengalami penurunan. Persentase pengeluaran untuk lauk pauk, rokok, dan makanan lainnya cenderung
mengalami peningkatan baik di perdesaan maupun di perkotaan. Persentase pengeluaran rumah tangga miskin untuk bukan makanan lebih
tinggi di perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan. Hal ini lebih disebabkan adanya kemudahan mengakses dalam memenuhi kebutuhan bukan pangan dan
jasa pada rumah tangga miskin di perkotaan. Persentase pengeluaran pada rumah tangga miskin untuk telekomunikasi
sangat kecil yaitu dibawah satu persen baik di perdesaan maupun di perkotaan. Persentase pengeluaran untuk pendidikan juga cukup kecil persentasenya bila
dibandingkan dengan persentase pengeluaran rumah tangga miskin untuk rokok.
Persentase pengeluaran untuk non makanan lainnya cukup besar sekitar 30-34 persen.
Selama periode 2008-2010, terjadi peningkatan konsumsi rumah tangga miskin terhadap pengeluaran untuk bukan makanan di perdesaan dan penurunan
konsumsi bukan makanan di perkotaan. Persentase pengeluaran untuk konsumsi telekomunikasi dan pendidikan mengalami peningkatan, sementara persentase
pengeluaran rumah tangga miskin untuk kelompok komoditi non makanan lainnya sedikit menurun baik di perdesaan maupun di perkotaan.
4.5. Pangsa Pengeluaran Telekomunikasi Rumah tangga Miskin