Elastisitas Harga Silang Elastisitas Harga

Besaran nilai elastisitas harga sendiri untuk komoditi pendidikan baik di daerah perkotaan maupun perdesaan terus mengalami peningkatan pada periode 2008-2010. Adanya subsidi BOS yang berarti adanya penurunan harga yang terjadi pada pendidikan direspon dengan meningkatnya permintaan terhadap pendidikan, dan persentase peningkatannya lebih besar di perkotaan dibandingkan di perdesaan. Ini menunjukkan masih kurangnya kesadaran pentingnya pendidikan pada rumah tangga miskin di perdesaan.

5.3.2. Elastisitas Harga Silang

Pada Tabel 5.4 disajikan elastisitas harga silang beberapa kelompok komoditi yang dikonsumsi rumah tangga miskin di Pulau Jawa. Nilai elastisitas harga silang ada yang bertanda negatif dan ada yang bertanda positif, yang menyatakan dua bentuk hubungan yang terjadi antara kelompok komoditi, yaitu substitusi pengganti dan komplementer pelengkap. Nilai elastisitas harga silang hampir semuanya kurang dari satu kecuali elastisitas harga silang komoditi non makanan lainnya terhadap komoditi telekomunikasi yang lebih besar dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa satu persen perubahan harga suatu barang diiringi oleh perubahan persentase permintaan barang lain kurang dari satu persen atau besarnya persentase perubahan harga suatu barang diikuti oleh perubahan permintaan barang lain namun tidak sebesar perubahan persentase harganya. Dilihat dari tandanya, bentuk hubungan komplementer terjadi antara kelompok komoditi makanan pokok dengan semua kelompok komoditi pangan, rokok dan telekomunikasi. Kenaikan harga makanan pokok mengakibatkan turunnya permintaan rumah tangga miskin terhadap semua komoditi pangan, rokok dan telekomunikasi. Rumah tangga miskin mengurangi alokasi pengeluaran terutama komoditi rokok dan telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan makanan pokok. Komoditi makanan pokok berhubungan substitusi dengan komoditi pendidikan dan komoditi non makanan lainnya. Apabila terjadi kenaikan harga makanan pokok maka rumah tangga miskin meningkatkan konsumsi pendidikan dan non makanan lainnya. Komoditi lauk-pauk berhubungan komplementer dengan semua komoditi kecuali komoditi non makanan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan lauk pauk apabila terjadi kenaikan harga lauk pauk, rumah tangga miskin mengurangi permintaannya terutama pada komoditi rokok dan telekomunikasi dengan persentase perubahan permintaan lebih besar dibandingkan komoditi lainnya. Hubungan substitusi terjadi antara komoditi lauk pauk dengan komoditi non makanan lainnya. Apabila terjadi peningkatan harga lauk pauk maka rumah tangga miskin akan mengalihkan konsumsinya pada komoditi non makanan lainnya. Komoditi rokok berhubungan komplementer dengan komoditi makanan pokok, lauk pauk, telekomunikasi dan pendidikan. Untuk memenuhi kebutuhan rokok maka rumah tangga miskin mengurangi konsumsi komoditi telekomunikasi dan lauk pauk lebih banyak dibandingkan komoditi lainnya. Komoditi rokok berhubungan substitusi dengan komoditi makanan lainnya dan komoditi non makanan lainnya. Bila terjadi kenaikan harga rokok maka rumah tangga miskin akan meningkatkan konsumsi makanan lainnya dan non makanan lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Busch 2004 yang menyatakan bahwa kenaikan harga rokok meningkatkan konsumsi makanan dan perumahan, dalam penelitian ini pengeluaran untuk perumahan termasuk dalam kelompok komoditi non makanan lainnya. Komoditi telekomunikasi berhubungan komplementer dengan komoditi makanan pokok, lauk pauk, rokok dan pendidikan dan berhubungan substitusi dengan komoditi makanan lainnya dan non makanan lainnya. Apabila terjadi kenaikan harga telekomunikasi direspon rumah tangga miskin dengan menurunkan permintaan terhadap komoditi lauk pauk dan rokok lebih besar dibandingkan komoditi lainnya. Komoditi pendidikan berhubungan komplementer dengan semua komoditi. Kenaikan harga pada komoditi pendidikan menurunkan permintaan rumah tangga miskin terhadap komoditi rokok dan telekomunikasi lebih besar dibandingkan komoditi lainnya. Tabel 5.4. Elastisitas Harga Silang Beberapa Komoditi Pada Rumah Tangga Miskin berdasarkan Tipe Wilayah di Pulau Jawa Tahun 2008-2010 Kelompok Komoditi Harga Mak. Pokok Lauk- pauk Rokok Mak. Lain- nya Teleko- munika si Pendidik -an Non Mak. lainnya Perkotaan Mak. Pokok -0,921 -0,030 -0,036 0,003 -0,004 -0,006 -0,049 Lauk-pauk -0,075 -0,852 -0,054 0,024 -0,013 -0,023 -0,077 Rokok -0,358 -0,186 -0,969 -0,135 -0,012 -0,073 -0,319 Mak. Lainnya -0,037 -0,007 0,016 -1,030 0,001 -0,017 -0,162 Telekomunikasi -0,140 -0,204 -0,052 0,131 -1,548 -0,022 0,786 Pendidikan 0,021 -0,035 -0,044 -0,010 -0,002 -0,581 -0,100 Non Mak. lainnya 0,053 0,018 0,021 0,036 0,015 -0,006 -0,768 Perdesaan Mak. Pokok -0,935 -0,025 -0,030 0,003 -0,003 -0,005 -0,040 Lauk-pauk -0,076 -0,854 -0,052 0,024 -0,013 -0,023 -0,074 Rokok -0,450 -0,210 -0,959 -0,143 -0,011 -0,075 -0,334 Mak. Lainnya -0,047 -0,008 0,018 -1,029 0,002 -0,016 -0,162 Telekomunikasi -0,226 -0,325 -0,083 0,209 -1,871 -0,035 1,249 Pendidikan 0,038 -0,042 -0,055 -0,015 -0,003 -0,487 -0,129 Non Mak. lainnya 0,072 0,020 0,021 0,035 0,015 -0,008 -0,761 Perkotaan+Perdesaan Mak. Pokok -0,931 -0,026 -0,032 0,003 -0,003 -0,005 -0,043 Lauk-pauk -0,076 -0,854 -0,053 0,024 -0,013 -0,023 -0,075 Rokok -0,413 -0,200 -0,963 -0,140 -0,011 -0,074 -0,328 Mak. Lainnya -0,043 -0,008 0,017 -1,030 0,002 -0,016 -0,162 Telekomunikasi -0,182 -0,263 -0,067 0,169 -1,705 -0,028 1,011 Pendidikan 0,031 -0,039 -0,050 -0,013 -0,003 -0,526 -0,117 Non Mak. lainnya 0,065 0,019 0,021 0,036 0,015 -0,007 -0,763 Sumber : BPS, Susenas Panel Raw data, diolah Komoditi non makanan lainnya berhubungan komplementer dengan semua komoditi kecuali telekomunikasi. Apabila terjadi kenaikan harga pada komoditi non makanan lainnya, rumah tangga miskin akan mengurangi konsumsi rokok, makanan lainnya dan pendidikan lebih banyak dibandingkan pengurangan konsumsi makanan pokok dan lauk pauk. Hubungan substitusi terjadi antara komoditi non makanan lainnya dengan komoditi telekomunikasi. Apabila terjadi kenaikan harga komoditi makanan lainnya, rumah tangga miskin mengalihkan konsumsinya ke komoditi telekomunikasi sehingga terjadi peningkatan konsumsi telekomunikasi. Hal yang sama terjadi baik di perdesaan maupun perkotaan. Pola hubungan ini juga sama pada rumah tangga miskin berdasarkan pendidikan kepala rumah tangganya Lampiran 7.

5.3.3 Elastisitas Pengeluaran