V. PENGARUH KEBIJAKAN SUBSIDI BERAS MISKIN DAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI TERHADAP PENGELUARAN
TELEKOMUNIKASI DAN ROKOK RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA
5.1. Pendugaan Parameter Model Sistem Permintaan
Model LA-AIDS merupakan sebuah sistem persamaan yang secara ekonometrik diestimasi dengan metode SUR. Ada beberapa persyaratan dasar
yang harus dimiliki oleh sebuah model permintaan, yaitu symmetri dan homogeinity
, sedangkan sifat fungsi permintaan yang utama yaitu adding up sudah dipenuhi model. Simetri diderivasi dari teori utilitas yang menunjukkan
kekonsistenan konsumen dengan rasionalitas ekonomi dalam mengkonsumsi. Homogenitas menunjukkan kelenturan konsumen dalam melakukan pengaturan
dan pengaturan ulang anggaran biaya konsumsi sesuai dengan perubahan anggaran total biaya konsumsi yang dimilikinya.
Sifat restriksi homogen dan simetri sulit untuk dipenuhi bila terjadi ketidakkonsistenan data. Uji restriksi perlu dilakukan untuk menunjukkan
efektifitas model yang digunakan. Hasil uji restriksi yang signifikan menunjukkan model yang dihasilkan belum memenuhi asumsi restriksi yang dimaksud. Hasil uji
model restriksi dalam penelitian ini dengan model yang tidak direstriksi pada taraf nyata satu persen menunjukkan hasil yang signifikan yang berarti bahwa model
tidak terestriksi berbeda dengan model restriksi. Pembahasan selanjutnya mengggunakan model persamaan permintaan dengan memaksakan impose
restriksi homogen dan simetri. Hal ini didasarkan dengan pertimbangan bahwa asumsi homogen dan simetri merupakan sifat suatu fungsi permintaan.
Berdasarkan hasil pengolahan, seluruh variabel yaitu harga kelompok komoditi, pengeluaran dan jumlah anggota rumah tangga secara serentak dapat
menjelaskan variabel proporsi pengeluaran pada setiap kelompok komoditi yang secara statistik ditunjukkan oleh koefisien determinasi R-sq sistem sebesar
0,5413, yang berarti proporsi total keragaman dari setiap kelompok komoditi dapat dijelaskan oleh variabel penjelas sebesar 54,13 persen. Berdasarkan P-
value , ada 10,26 persen variabel bebas mempunyai pengaruh yang tidak nyata
terhadap variabel proporsi pengeluaran kelompok komoditi. Secara umum,
koefisien hasil estimasi parameter model sistem permintaan 89,74 persen signifikan pada taraf nyata kurang dari sama dengan 10 persen Hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh perubahan harga, pengeluaran, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan KRT dan tipe daerah adalah nyata terhadap proporsi
pengeluaran masing-masing kelompok komoditi pada rumah tangga miskin, seperti terlihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Koefisien Hasil Pendugaan Parameter Model Sistem Permintaan
Kelompok Komoditi
Makanan pokok
Lauk- pauk
Rokok Makanan
lainnya Teleko-
munikasi Pendidikan
Non makanan
lainnya Konstanta
0,1861 0,0450 -0,2401
0,0350 -0,0136
0,0851 0,9026
,0001 ,0001 ,0001
,0001 ,0001
,0001 Harga
- Mak. pokok 0,0175 -0,0052 -0,0068
0,0032 -0,0007
-0,0009 -0,0070 ,0001
,0001 ,0001 0,0044
0,129 0,0014
- Lauk-pauk -0,0052
0,0133 -0,0043 0,0038
-0,0011 -0,0018 -0,0046
,0001 ,0001 ,0001
,0001 ,0001
,0001 - Rokok
-0,0068 -0,0043 0,0036
0,0080 -0,0003
-0,0018 0,0015
,0001 ,0001 ,0001
,0001 0,0008
,0001 - Mak. lainnya
0,0032 0,0038
0,0080 0,0116
0,0008 -0,0027 -0,0246
,0001 ,0001 ,0001
,0001 ,0001
,0001 - Teleko-
-0,0007 -0,0011 -0,0003 0,0008
-0,0030 -0,0001
0,0043 Munikasi
0,0044 ,0001 0,0008
,0001 ,0001
0,0355 - Pendidikan
-0,0009 -0,0018 -0,0018 -0,0027
-0,0001 0,0133 -0,0059
0,129 ,0001 ,0001
,0001 0,0355
,0001 - Non mak.
-0,0070 -0,0046 0,0015
-0,0246 0,0043
-0,0059 0,0363
Lainnya 0,0014
,0001 ,0001 ,0001
,0001 ,0001
Pengeluaran 0,0083
0,0060 0,0480
0,0696 0,0003
-0,0081 -0,1242 ,0001
,0001 ,0001 ,0001
0,2866 ,0001
Ukuran RT 0,0189
0,0025 -0,0129 -0,0560
0,0002 0,0048
0,0425 ,0001
0,0727 ,0001 ,0001
0,6571 ,0001
Dummy -0,0337
0,0022 0,0014
0,0218 0,0022
0,0004 0,0057
Pendidikan ,0001
0,0737 0,223
,0001 ,0001
0,5761
Dummy daerah -0,0375 -0,0018
0,0064 0,0170
0,0003 0,0020
0,0137 ,0001
0,038 ,0001
,0001 0,1915
,0001 Dummy tahun
-0,0061 0,0032
0,0030 -0,0007
0,0015 0,0037 -0,0046
,0001 ,0001 ,0001
0,4014 ,0001
,0001 Ket. : Nilai dalam kurung adalah P- value
Pengaruh nilai pengeluaran terhadap proporsi pengeluaran tiap komoditi hampir semuanya nyata kecuali untuk komoditi telekomunikasi. Koefisien
pengeluaran untuk kelompok komoditi pangan bertanda positif, yang berarti
adanya tambahan proporsi pengeluaran rumah tangga miskin secara signifikan akan diikuti oleh peningkatan permintaan pada semua kelompok komoditi pangan.
Sementara koefisien pengeluaran untuk non pangan bertanda negatif yang berarti adanya tambahan pengeluaran menurunkan permintaan kelompok komoditi
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga miskin akan meningkatkan permintaan pangan bila ada tambahan proporsi pengeluaran.
Pengaruh harga komoditi di Pulau Jawa sebagian besar nyata pada taraf satu persen kecuali harga makanan pokok terhadap permintaan telekomunikasi yang
tidak nyata. Ini berarti perubahan harga berpengaruh terhadap proporsi pengeluaran kelompok komoditi yang dianalisis. Pengaruh harga komoditi ada
yang bertanda positif dan ada juga yang bertanda negatif baik pada harga sendiri maupun pada harga komoditi lain. Pengaruh harga bertanda positif berarti apabila
terjadi kenaikan harga maka akan meningkatkan proporsi pengeluaran komoditi, bila bertanda negatif maka pengaruh kenaikan harga akan menurunkan proporsi
pengeluaran komoditi. Dugaan parameter ukuran rumah tangga baik di perdesaan maupun di
perkotaan di Pulau Jawa hampir semuanya signifikan pada taraf satu persen, yang menunjukkan nyatanya pengaruh perubahan jumlah anggota rumah tangga
terhadap proporsi pengeluaran kelompok komoditi yang dianalisis. Pengaruh perubahan jumlah anggota rumah tangga tidak nyata pada proporsi pengeluaran
telekomunikasi. Jumlah anggota rumah tangga berpengaruh negatif pada proporsi pengeluaran untuk komoditi rokok dan makanan lainnya, yang berarti bahwa
adanya peningkatan jumlah anggota rumah tangga membuat rumah tangga miskin menurunkan proporsi pengeluaran untuk komoditi rokok dan makanan lainnya.
Berdasarkan pendidikan kepala rumah tangga, pengaruhnya terhadap proporsi pengeluaran tiap komoditi hampir semuanya signifikan, kecuali untuk
proporsi pengeluaran untuk rokok dan pendidikan, pengaruh pendidikan KRT terlihat tidak signifikan. Sebagian koefisien pendidikan bertanda positif, yang
berarti perbedaan tingkat pendidikan berpengaruh pada besarnya pengeluaran rumah tangga miskin pada semua kelompok komoditi untuk rumah tangga yang
KRT-nya berpendidikan di atas SD lebih tinggi dibandingkan rumah tangga miskin yang KRT-nya berpendidikan SD ke bawah kecuali makanan pokok yang
lebih rendah proporsi pengeluarannya untuk rumah tangga miskin yang KRT-nya berpendidikan SD ke atas..
Lokasi tempat tinggal yaitu perdesaan dan perkotaan juga mempengaruhi secara signifikan pola pengeluaran rumah tangga miskin kecuali proporsi
pengeluaran komoditi telekomunikasi. Sebagian koefisien tipe daerah tempat tinggal bertanda positif, yang berarti proporsi pengeluaran rumah tangga miskin
untuk komoditi tersebut lebih tinggi pada rumah tangga miskin yang tinggal di perkotaan dibandingkan dengan perdesaan. Proporsi pengeluaran komoditi
makanan pokok dan lauk pauk lebih rendah pada rumah tangga miskin yang tinggal di perkotaan dibandingkan dengan yang tinggal di perdesaan.
5.2. Elastisitas Harga