Elastisitas Pengeluaran Elastisitas Harga

hubungan ini juga sama pada rumah tangga miskin berdasarkan pendidikan kepala rumah tangganya Lampiran 7.

5.3.3 Elastisitas Pengeluaran

Berdasarkan hasil pengolahan, didapatkan nilai elastisitas pengeluaran komoditi pendidikan dan komoditi non makanan lainnya berada diantara nol dan satu yang berarti barang tersebut merupakan barang normal. Sementara nilai elastisitas pengeluaran dari komoditi makanan pokok, lauk pauk, rokok, makanan lainnya dan telekomunikasi lebih besar dari satu yang berarti bahwa barang tersebut merupakan barang mewah. Tabel 5.5. Elastisitas Pengeluaran Beberapa Komoditi Pada Rumah Tangga Miskin di Pulau Jawa Tahun 2008-2010 Kelompok Komoditi Total Wilayah Pendidikan KRT Kota Desa ≤ SD SD Makanan pokok 1,037 1,042 1,035 1,036 1,044 Lauk-pauk 1,069 1,070 1,069 1,069 1,069 Rokok 2,129 2,052 2,181 2,123 2,170 Makanan lainnya 1,240 1,236 1,242 1,240 1,235 Telekomunikasi 1,067 1,052 1,083 1,076 1,039 Pendidikan 0,718 0,751 0,694 0,701 0,796 Non makanan lainnya 0,615 0,630 0,606 0,612 0,634 Sumber : BPS, Susenas Panel Raw data, diolah Pola elastisitas pengeluaran di Pulau Jawa baik perdesaan maupun perkotaan secara umum dapat dikatakan tidak berbeda, hanya besaran nilainya saja yang berbeda. Respon permintaan rumah tangga miskin pada kelompok komoditi makanan pokok, lauk pauk, rokok, makanan lainnya dan telekomunikasi meningkat dengan persentase yang lebih tinggi terhadap perubahan tambahan proporsi pengeluarannya. Apabila ada tambahan proporsi pengeluaran sebesar satu persen maka alokasi pengeluaran untuk komoditi ini meningkat lebih besar dari satu persen. Bahkan untuk komoditas rokok bila ada penambahan proporsi pengeluaran maka rumah tangga miskin akan meningkatkan alokasi pengeluaran untuk rokok sebesar dua persen. Tabel 5.5 memperlihatkan respon permintaan rumah tangga miskin pada kelompok komoditi pendidikan dan komoditi non makanan lainnya meningkat dengan persentase lebih rendah terhadap perubahan tambahan proporsi pengeluarannya. Bila ada tambahan proporsi pengeluaran sebesar satu persen maka alokasi pengeluaran untuk alokasi pendidikan dan komoditi non makanan lainnya meningkat sebesar 0,7 persen dan 0,6 persen. Elastisitas pengeluaran untuk komoditi rokok, makanan lainnya dan telekomunikasi lebih tinggi di perdesaan dibandingkan perkotaan. Hal ini mengindikasikan bahwa rumah tangga miskin di perdesaan mengalokasikan lebih banyak untuk tambahan persentase konsumsi rokok, makanan lainnya dan telekomunikasi apabila ada tambahan proporsi pengeluaran. Bila dilihat berdasarkan tingkat pendidikan kepala rumah tangga elastisitas pengeluaran untuk komoditi makanan pokok, rokok, pendidikan dan non makanan lainnya lebih tinggi pada rumah tangga miskin yang kepala rumah tangganya berpendidikan SD ke atas. Elastisitas pengeluaran untuk komoditi makanan lainnya dan telekomunikasi lebih tinggi pada rumah tangga miskin yang pendidikannya kurang dari SD. Tren elastisitas pengeluaran selama periode 2008-2009 pada Tabel 5.6. Terlihat adanya peningkatan elastisitas pengeluaran pada kelompok komoditi makanan pokok baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Elastisitas pengeluaran pada kelompok komoditi lauk-pauk secara umum mengalami penurunan pada periode 2008-2010 baik di perdesaan maupun di perkotaan. Elastisitas pengeluaran untuk rokok cenderung menurun baik di perdesaan maupun di perkotaan namun besaran elastisitasnya masih tinggi. Elastisitas pengeluaran untuk komoditi makanan lainnya cenderung meningkat pada periode 2008-2010. Tren elastisitas pengeluaran untuk komoditi telekomunikasi terus mengalami penurunan baik di perdesaan maupun di perkotaan pada periode 2008- 2010. Tren elastisitas pengeluaran untuk pendidikan meningkat dalam periode ini baik di perdesaan maupun di perkotaan. Elastisitas pengeluaran untuk kelompok komoditi non makanan lainnya juga mengalami penurunan pada periode 2008- 2010 baik di perdesaan dan di perkotaan. Tabel 5.6. Tren Elastisitas Pengeluaran Beberapa Komoditi pada Rumah tangga Miskin Berdasarkan Pendidikan KRT di Perkotaan dan Perdesaan di Pulau Jawa Tahun 2008-2010 Kelompok Komoditi Pendidikan KRT ≤ SD Pendidikan KRT SD 2008 2009 2010 2008- 2010 2008 2009 2010 2008- 2010 Perkotaan Mak. Pokok 1,039 1,042 1,040 1,040 1,047 1,051 1,048 1,049 Lauk-pauk 1,074 1,069 1,068 1,070 1,073 1,069 1,065 1,069 Rokok 2,061 2,010 2,056 2,043 2,137 2,075 2,061 2,090 Mak. Lainnya 1,238 1,237 1,235 1,237 1,232 1,235 1,234 1,233 Telekomunikasi 1,108 1,060 1,042 1,060 1,046 1,033 1,029 1,035 Pendidikan 0,697 0,731 0,762 0,733 0,776 0,815 0,807 0,801 Non Mak. lainnya 0,631 0,630 0,616 0,625 0,651 0,649 0,634 0,645 Perdesaan Mak. Pokok 1,033 1,035 1,035 1,035 1,038 1,039 1,039 1,038 Lauk-pauk 1,072 1,069 1,066 1,069 1,070 1,068 1,067 1,069 Rokok 2,282 2,126 2,095 2,170 2,567 2,230 2,156 2,318 Mak. Lainnya 1,239 1,245 1,245 1,243 1,234 1,243 1,235 1,238 Telekomunikasi 1,165 1,083 1,056 1,088 1,078 1,043 1,033 1,048 Pendidikan 0,629 0,705 0,708 0,682 0,750 0,798 0,815 0,787 Non Mak. lainnya 0,605 0,611 0,599 0,605 0,623 0,619 0,592 0,614 Perkotaan+Perdesaan Mak. Pokok 1,035 1,037 1,037 1,036 1,043 1,045 1,044 1,044 Lauk-pauk 1,073 1,069 1,067 1,069 1,072 1,068 1,066 1,069 Rokok 2,205 2,085 2,080 2,123 2,282 2,131 2,093 2,170 Mak. Lainnya 1,238 1,242 1,241 1,240 1,233 1,238 1,234 1,235 Telekomunikasi 1,141 1,074 1,049 1,076 1,056 1,036 1,030 1,039 Pendidikan 0,653 0,714 0,733 0,701 0,766 0,809 0,810 0,796 Non Mak. lainnya 0,613 0,617 0,606 0,612 0,640 0,638 0,621 0,634 Sumber : BPS, Susenas Panel Raw data, diolah Elastisitas pengeluaran pada rumah tangga miskin periode 2008-2009 dapat disimpulkan bahwa ada kecenderungan peningkatan alokasi pengeluaran untuk konsumsi makanan pokok dan pendidikan terhadap adanya tambahan proporsi pengeluaran. Hal ini dapat terjadi karena rumah tangga miskin mendapatkan subsidi berupa beras miskin dan dana bantuan operasional sekolah yang langsung bisa dikonsumsi oleh rumah tangga miskin.

5.4. Elastisitas Ukuran Rumah Tangga