Pola Konsumsi Rumah tangga

menjadi sebesar 31,02 juta orang 11,10 juta orang di perkotaan dan 19,93 juta orang di perdesaan. Tabel 2.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Daerah, 2004-2010 Tahun Jumlah Penduduk Miskin Juta Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa 2004 11,40 24,80 36,10 12,13 20,11 16,66 2005 12,40 22,70 35,10 11,68 19,98 15,97 2006 14,49 24,81 39,30 13,47 21,81 17,75 2007 13,56 23,61 37,17 12,52 20,37 16,58 2008 12,77 22,19 34,96 11,65 18,93 15,42 2009 11,91 20,62 32,53 10,72 17,35 14,15 2010 11,10 19,93 31,02 9,87 16,56 13,33 Sumber : Berita Resmi Statistik 2010

2.2. Pola Konsumsi Rumah tangga

Rumah tangga didefinisikan sebagai seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau bangunan sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Rumah tangga umumnya terdiri dari bapak, ibu, dan anak disebut sebagai rumah tangga biasa. Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga BPS 2009b. Setiap anggota rumah tangga membutuhkan pangan setiap hari. Setiap anggota rumah tangga juga membutuhkan dan menggunakan berbagai jenis barang lainnya selain pangan atau dengan kata lain setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi berbagai jenis barang dan jasa agar tetap dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini mendorong terjadinya permintaan dan penawaran akan suatu barang sehingga tercipta aktivitas ekonomi. Besarnya permintaankonsumsi pada dasarnya dibatasi oleh kemampuan untuk mengkonsumsi atau membeli barangjasa tersebut. Kemampuan tersebut sangat ditentukan terutama oleh pendapatan dari rumah tangga dan harga barang yang dikehendaki. Apabila jumlah pendapatan yang dapat dibelanjakan berubah maka jumlah barang yang diminta juga akan berubah. Demikian pula halnya bila harga barang yang dikehendaki berubah. Hal ini menjadi kendala bagi rumah tangga dalam mengkonsumsi suatu barang. Keterbatasan pendapatan yang dimiliki antar rumah tangga membuat tingkat konsumsi akan suatu barang berbeda-beda pula, sehingga membentuk pola konsumsi yang berbeda antar rumah tangga. Pada negara berkembang pengeluaran untuk pangan lebih besar dibandingkan pengeluaran untuk bukan pangan. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendapatan yang rendah sehingga pemenuhan kebutuhan makanan menjadi prioritas utama. Pada kurun waktu dari tahun 2002-2010 di Indonesia, rata-rata pengeluaran untuk konsumsi makanan terutama bahan pokok lebih tinggi dari konsumsi non makanan. Komoditi beras mendominasi besaran konsumsi makanan, sedangkan untuk konsumsi non makanan khususnya komoditi barang dan jasa seperti perumahan dan pendidikan masih menempati prioritas yang utama BPS 2010.

2.3. Variabel Sosial Demografi