Hal ini terjadi di tiap propinsi namun besaran persentase pengeluarannya berbeda. Khusus Propinsi DKI Jakarta persentase pengeluaran untuk makanan hampir
seimbang dengan persentase pengeluaran non makanan. Tabel 4.3. Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan untuk Makanan dan Bukan
Makanan Menurut Propinsi di Pulau Jawa Tahun 2008-2010. Persentase Pengeluaran per kapita sebulan
Propinsi Makanan
Non Makanan 2008
2009 2010
2008 2009
2010 DKI Jakarta
53,01 54,58
53,74 46,99
45,42 46,26
Jawa Barat 65,84
64,80 66,03
34,16 35,20
33,97 Jawa Tengah
64,48 63,69
63,80 35,52
36,31 36,20
DI Yogyakarta 59,73
60,70 60,66
40,27 39,30
39,34 Jawa Timur
65,19 64,03
64,38 34,81
35,97 35,62
Banten 66,23
66,80 65,42
33,77 33,20
34,58 Jawa
64,62 63,87
64,23 35,38
36,13 35,77
Sumber : Susenas Panel Modul Konsumsi 2008-2010 diolah
4.2. Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin
Konsumi makanan terdiri konsumsi pangan dan rokok. Konsumsi makanan terbagi menjadi 14 kelompok konsumsi komoditi yaitu padi-padian, umbi-umbian,
ikan, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-bumbuan, konsumsi lainnya,
makanan jadi, tembakau dan sirih. Tabel 4.4. menunjukkan persentase pengeluaran untuk komoditi makanan yang paling tinggi dialokasikan untuk
pengeluaran kelompok komoditi padi-padian ± 21, pengeluaran tertinggi kedua untuk konsumsi komoditi makanan jadi ±10, kemudian komoditi
sayuran ±6, tembakau dan sirih ±5, bahan minuman dan kacang-kacangan ±4.
Secara umum pada periode ini, konsumsi untuk padi-padian cenderung tidak berubah. Konsumsi umbi-umbian dan makanan jadi cenderung menurun
sementara konsumsi kelompok komoditi ikan, daging, sayur-sayuran, kacang- kacangan dan bahan minuman cenderung mengalami sedikit peningkatan.
Pada periode 2008-2010, persentase pengeluaran makanan pada rumah tangga miskin menurut propinsi di Pulau Jawa didominasi oleh persentase
pengeluaran untuk padi-padian dan makanan jadi, hanya komposisi persentase
pengeluaran yang sangat berbeda pada propinsi DKI Jakarta dimana persentase pengeluaran untuk makanan jadi hampir dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan
persentase pengeluaran untuk padi-padian, kondisi ini sangat berbeda dengan propinsi lainnya di Pulau Jawa Lampiran 1.
Tabel 4.4. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Rumah tangga Miskin Menurut Kelompok Makanan di Pulau Jawa, 2008-2010
Kelompok Makanan 2008
2009 2010
- Padi-padian 22,00
20,82 21,21
- Umbi-umbian 0,75
0,62 0,62
- Ikan 2,92
2,97 3,47
- Daging 0,64
0,67 0,77
- Telur dan susu 2,03
2,29 2,23
- Sayur-sayuran 5,84
5,87 6,03
- Kacang-kacangan 3,38
3,66 4,16
- Buah-buahan 1,53
1,31 1,34
- Minyak dan lemak 3,59
3,20 3,57
- Bahan minuman 3,20
3,15 4,26
- Bumbu-bumbuan 1,73
1,62 1,83
- Konsumsi lainnya 1,68
1,72 1,63
- Makanan jadi 10,41
10,85 8,49
- Tembakau dan sirih 4,92
5,10 4,79
Jumlah makanan 64,62
63,87 64,23
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional Panel Modul Konsumsi 2008, 2009, 2010 diolah.
Persentase pengeluaran kelompok makanan pada rumah tangga miskin baik di perdesaan maupun di perkotaan juga memiliki pola yang sama. Persentase
pengeluaran padi-padian, makanan jadi dan kelompok komoditi sayuran merupakan konsumsi terbesar pada rumah tangga miskin baik di perdesaan
maupun di perkotaan. Hal ini dimungkinkan masih relatif mudahnya mencari dan mendapatkan sayuran sebagai alternatif pilihan pengganti lauk pauk Lampiran 2.
4.3. Pangsa Pengeluaran Bukan Pangan Rumah Tangga Miskin