Pangsa Pengeluaran Telekomunikasi Rumah tangga Miskin

Persentase pengeluaran untuk non makanan lainnya cukup besar sekitar 30-34 persen. Selama periode 2008-2010, terjadi peningkatan konsumsi rumah tangga miskin terhadap pengeluaran untuk bukan makanan di perdesaan dan penurunan konsumsi bukan makanan di perkotaan. Persentase pengeluaran untuk konsumsi telekomunikasi dan pendidikan mengalami peningkatan, sementara persentase pengeluaran rumah tangga miskin untuk kelompok komoditi non makanan lainnya sedikit menurun baik di perdesaan maupun di perkotaan.

4.5. Pangsa Pengeluaran Telekomunikasi Rumah tangga Miskin

Pengeluaran telekomunikasi termasuk ke dalam kelompok komoditi perumahan dan fasilitas perumahan. Persentase pengeluaran per kapita sebulan rumah tangga miskin untuk kelompok perumahan dan fasilitas rumah tangga paling tinggi dalam kelompok komoditi bukan pangan Tabel 4.5. Kelompok ini terdiri dari komoditi sewa rumah, pemelliharan, listrik, air dan bahan bakar untuk memasak serta pos dan telekomunikasi. Rincian persentase pengeluaran untuk kelompok perumahan dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan Rumah Tangga Miskin untuk Kelompok Barang Perumahan dan Fasilitas Perumahan di Pulau Jawa, 2008-2010 Kelompok Barang 2008 2009 2010 Perumahan dan fasilitas perumahan - Sewa, kontrak, perkiraan sewa rumah 7,14 7,46 7,76 - Pemeliharaan rumah dan perbaikan ringan 0,33 0,25 0,22 - Rekening listrik, air dan bahan bakar 7,55 8,08 8,04 - Rekening telepon, pulsa HP, wartel, pos 0,30 0,53 0,73 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional Panel Modul Konsumsi 2008, 2009, 2010 diolah Persentase pengeluaran untuk komoditi sewa rumah, listrik, air dan bahan bakar serta komoditi telekomunikasi yang terdiri dari rekening telepon, pulsa HP, wartel dan benda pos cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan yang cukup besar terjadi pada komoditi sewa rumah dan telekomunikasi. Peningkatan persentase pengeluaran rumah tangga miskin untuk pos dan telekomunikasi terjadi di perdesaan dan perkotaan. Persentase pengeluaran untuk pos dan telekomunikasi di perdesaan meningkat hampir tiga kali lipat dari 0,22 persen pada tahun 2008 menjadi 0,61 persen pada tahun 2010 dan di perkotaan meningkat dua kali lipat dari 0,41 persen pada tahun 2008 menjadi 0,87 persen pada tahun 2010. Pada Tabel 4.8. terlihat bahwa peningkatan pengeluaran rumah tangga miskin untuk telekomunikasi terjadi hampir di seluruh propinsi di Pulau Jawa baik itu perdesaan maupun perkotaan hanya persentase peningkatannya saja yang berbeda. Tabel 4.8. Persentase Pengeluaran per Kapita Rumah Tangga Miskin untuk Komoditi Telekomunikasi Menurut Tipe Wilayah dan Propinsi di Pulau Jawa. 2008-2010 Persentase Pengeluaran Telekomunikasi per kapita sebulan Propinsi Perkotaan Perdesaan 2008 2009 2010 2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 7 DKI Jakarta 0,91 1,33 1,11 - - - Jawa Barat 0,20 0,44 0,78 0,09 0,19 0,33 Jawa Tengah 0,39 0,63 0,83 0,26 0,52 0,72 DI Yogyakarta 0,70 1,11 1,02 0,54 0,79 1,08 Jawa Timur 0,49 0,76 0,95 0,26 0,52 0,70 Banten 0,31 0,66 0,86 0,05 0,13 0,24 Jawa 0,41 0,67 0,87 0,22 0,43 0,61 Sumber : Susenas Panel Modul Konsumsi 2008-2010 Diolah Pengeluaran rumah tangga miskin untuk kelompok komoditi telekomunikasi juga secara rata-rata berbeda nyata antara perdesaan dan perkotaan. Rata-rata pengeluaran telekomunikasi rumah tangga miskin di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan yang di perdesaan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi terhadap telekomunikasi rumah tangga miskin di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan. Fenomena ini menunjukkan bahwa rumah tangga miskin baik di perdesaan maupun di perkotaan telah mampu mengkonsumsi komoditi telekomunikasi yang pada awalnya merupakan barang mewah.

4.6. Pangsa Pengeluaran Rokok Rumah tangga Miskin