Analisis kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering di Bursa Efek Indonesia

(1)

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN AGRIBISNIS PADA

SAAT INITIAL PUBLIC OFFERING DI

BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

AZRUL REZA RIFQI AMIRUDDIN H34086012

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

AZRUL REZA RIFQI AMIRUDDIN Analisis Kinerja Perusahaan Agribisnis Pada Saat Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA).

Setiap perusahaan termasuk perusahaan agribisnis akan memiliki kinerja yang berbeda pada saat melakukan initial public offering. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan yaitu dengan menganalisa kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan dapat dianalisa dengan menghitung rasio keuangan perusahaan. Rasio keuangan perusahaan yang dapat dihitung dan dianalisa untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Perusahaan agribisnis akan menghadapi tiga kemungkinan saat initial public offering. Pertama out performed, keadaan tersebut terjadi jika harga saham setelah initial public offering lebih baik dari harga perdananya. Kedua under performed, keadaan tersebutterjadi ketika harga saham setelah initial public offering lebih rendah dari harga perdananya. Ketiga balance performance, terjadi jika harga saham setelah melakukan initial public offering tidak mengalami perubahan. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan proses initial public offering perusahaan sektor agribisnis di Bursa Efek Indonesia, (2) menganalisis kinerja perusahaan agribisnis pada saat melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia, dan (3) menganalisis initial return sebagai indikator kinerja saham sektor agribisnis.

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia, Jalan Jenderal Soedirman Kav. 52-53 Jakarta. Waktu penelitian dilakukan selama bulan September hingga Desember 2010. Sampel yang didapat pada penelitian ini berjumlah 11 perusahaan agribisnis yang initial public offering pada tahun 2000 hingga 2008. Penelitian ini dianalisis menggunakan analisis deskriptif.

Perusahaan agribisnis yang melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2000 hingga 2008 berjumlah 11 perusahaan. Perusahaan tersebut antara lain PT Bisi International Tbk, PT Malindo Feedmill Tbk, PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk, PT Gozco Plantations Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, PT Central Proteinaprima Tbk, PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk, PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk, PT FKS Multi Agro Tbk, dan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk.

Proses initial public offering perusahaan agribisnis tidak berbeda dengan

initial public offering perusahaan sektor lainnya. Tahap initial public offering

terdiri dari rencana go public, persiapan menuju go public, pelaksanaan go public, penawaran umum, dan kewajiban emiten setelah go public. Berdasarkan sub sistemnya, perusahaan yang memiliki initial return paling tinggi saat initial public offering pada sub sistem hulu, on-farm dan hilir adalah PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk, PT Central Proteinaprima Tbk dan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk.

Initial return yang diperoleh PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk dipengaruhi oleh

Debt to Assets Ratio dan Debt to Equity Ratio yang rendah. Initial return PT Central Proteinaprima Tbk dipengaruhi oleh ukuran perusahaan yang besar,

Return on Equity yang tinggi, dan umur perusahaan yang sudah tua. Initial return


(3)

ditawarkan ke publik sangat besar. Secara keseluruhan, perusahaan agribisnis yang memiliki initial return yang tertinggi adalah PT Wahana Phonix Mandiri Tbk.

Initial return yang diperoleh perusahaan pada saat melakukan initial public offering dapat menunjukan seberapa besar saham perusahaan diminati oleh investor. Tingginya initial return pada penutupan hari pertama dapat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan sebelum melakukan initial public offering dan penilaian investor tentang prospek perusahaan agribisnis tersebut selanjutnya.


(4)

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN AGRIBISNIS PADA

SAAT INITIAL PUBLIC OFFERING DI

BURSA EFEK INDONESIA

AZRUL REZA RIFQI AMIRUDDIN H34086012

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(5)

Judul Skripsi : Analisis Kinerja Perusahaan Agribisnis Pada Saat Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia

Nama : Azrul Reza Rifqi Amiruddin

NIM : H34086012

Disetujui, Pembimbing,

Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 19690410 199512 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kinerja Perusahaan Agribisnis Pada Saat Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2011

Azrul Reza Rifqi Amiruddin H34086012


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sengkang (Sulawesi Selatan) pada tanggal 1 Pebruari 1987. Penulis adalah anak ke dua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Amiruddin Abu dan Ibunda Hajrah Amiruddin.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 7 Kuningan (Jawa Barat) pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SMP Negeri 4 Kuningan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 2 Kuningan diselesaikan pada tahun 2005.

Setelah lulus SMA, penulis diterima di Program Keahlian Ekowisata, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui jalur reguler dan lulus pada tahun 2008. Setelah lulus dari Program Diploma Institut Pertanian Bogor, penulis melanjutkan pendidikan pada tingkat sarjana. Penulis diterima pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui seleksi penerimaan mahasiswa pada tahun 2008.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Kinerja Perusahaan Agribisnis Pada Saat Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Setiap perusahaan termasuk perusahaan agribisnis akan memiliki kinerja yang berbeda pada saat melakukan initial public offering. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan yaitu dengan menganalisa kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan dapat dianalisa dengan menghitung rasio keuangan perusahaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja saham perusahaan agribisnis pada saat perusahaan tersebut initial public offering

di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, untuk menganalisis initial return sebagai indikator kinerja saham sektor agribisnis. Penulis berharap agar skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Bogor, Januari 2011


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Muhammad Firdaus, PhD dan Arif Karyadi Uswandi, SP selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Juniar Atmakusuma, MS yang telah menjadi dosen evaluator kolokium dan seluruh dosen serta staf Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus.

4. Orangtua dan kakak tercinta untuk setiap dukungan yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

5. Dwiyanto Sastrajendra yang telah menjadi pembahas seminar.

6. Pihak Bursa Efek Indonesia dan pengelola Pojok BEI STIE Kesatuan Bogor atas kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

7. Teman satu bimbingan Alfera Yusiana, teman-teman Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus seperti Hamdani, Afrilyadi E. Wibowo, M. Reza Ilhami, Lillah Wedelia, Hafiz Muadz dan seluruh teman angkatan 5 atas semangat dan bantuan selama penelitian hingga penulisan skripsi selesai, serta terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Bogor, Januari 2011


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 15

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 15

3.1.1 Struktur Modal ... 15

3.1.2 Initial Public Offering ... 16

3.1.3 Manfaat dan Konsekuensi Go Public ... 24

3.1.4 Kinerja Keuangan ... 28

3.1.5 Bursa Efek ... 30

3.1.6 Pengertian Saham... 31

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 33

IV METODOLOGI PENELITIAN ... 36

4.1 Lokasi dan Waktu ... 36

4.2 Data dan Instrumentasi ... 36

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 36

4.4 Metode Pengolahan Data ... 37

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 39

5.1 Sejarah Pasar Modal Indonesia ... 39

5.2 Instrumen Pasar Modal ... 40

5.3 Sektor Perusahaan di Bursa Efek Indonesia... 43

5.4 Profil Perusahaan Agribisnis ... 43

5.4.1 PT Bisi International Tbk ... 43

5.4.2 PT Malindo Feedmill Tbk ... 44

5.4.3 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk ... 44

5.4.4 PT Gozco Plantations Tbk ... 44

5.4.5 PT Sampoerna Agro Tbk ... 45

5.4.6 PT Tunas Baru Lampung Tbk ... 46

5.4.7 PT Central Proteinaprima Tbk ... 46

5.4.8 PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk ... 47

5.4.9 PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk ... 47

5.4.10 PT FKS Multi Agro Tbk ... 48


(11)

VI ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN AGRIBISNIS ... 49

6.1 Gambaran Umum Perusahaan Agribisnis ... 49

6.2 Analisis Kinerja Initial Public Offering Perusahaan Sampel ... 50

6.2.1 PT Bisi International Tbk ... 50

6.2.2 PT Malindo Feedmill Tbk ... 53

6.2.3 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk ... 56

6.2.4 PT Gozco Plantations Tbk ... 59

6.2.5 PT Sampoerna Agro Tbk ... 62

6.2.6 PT Tunas Baru Lampung Tbk ... 65

6.2.7 PT Central Proteinaprima Tbk ... 68

6.2.8 PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk ... 71

6.2.9 PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk ... 73

6.2.10 PT FKS Multi Agro Tbk ... 76

6.2.11 PT Wahana Phonix Mandiri Tbk ... 79

6.3 Kinerja Initial Public Offering Sektor Agribisnis ... 82

6.4 Kinerja Perusahaan Agribisnis setelah Initial Public Offering .... 85

6.4.1 PT Bisi International Tbk ... 85

6.4.2 PT Malindo Feedmill Tbk ... 86

6.4.3 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk ... 88

6.4.4 PT Gozco Plantations Tbk ... 90

6.4.5 PT Sampoerna Agro Tbk ... 91

6.4.6 PT Tunas Baru Lampung Tbk ... 93

6.4.7 PT Central Proteinaprima Tbk ... 95

6.4.8 PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk ... 96

6.4.9 PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk ... 97

6.4.10 PT FKS Multi Agro Tbk ... 99

6.4.11 PT Wahana Phonix Mandiri Tbk ... 101

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

7.1 Kesimpulan ... 103

7.2 Saran ... 104


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Jumlah Emiten dan Indeks Harga Saham

PT Bursa Efek Indonesia Tahun 1997-2009 ... 2

2. Pergerakan Indeks Sejumlah Sektor ... 5

3. Nama Emiten dan Sub Sektor Pertanian ... 6

4. Daftar Emiten Agribisnis yang Initial Public Offering Tahun 2000-2008 ... 37

5. Perusahaan Agribisnis yang melakukan Initial Public Offering Tahun 2000-2008 ... 49

6. Sub Sektor dan Sub Sistem Agribisnis dari Perusahaan Agribisnis ... 50

7. Neraca Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2004-2006 ... 52

8. Kinerja Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2004-2006... 53

9. Neraca Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2003-2005 ... 55

10. Kinerja Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2003-2005 ... 56

11. Neraca Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Tahun 2001-2003 ... 58

12. Kinerja Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Tahun 2001-2003 ... 59

13. Neraca Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2005-2007 ... 61

14. Kinerja Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2005-2007 ... 62

15. Neraca Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2004-2006 ... 63

16. Kinerja Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2004-2006 ... 64

17. Neraca Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 1997-1999 ... 66

18. Kinerja Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 1997-1999 ... 67

19. Neraca Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2003-2005 ... 69

20. Kinerja Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2003-2005 .... 70

21. Neraca Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Tahun 1999-2001 ... 72

22. Kinerja Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Tahun 1999-2001 ... 73

23. Neraca Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Tahun 1997-1999 ... 75


(13)

24. Kinerja Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk

Tahun 1997-1999 ... 76 25. Neraca Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 1999-2001... 78 26. Kinerja Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 1999-2001 ... 79 27. Neraca Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk

Tahun 1998-2000 ... 80 28. Kinerja Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Jadwal Penawaran Umum sesuai dengan Peraturan BAPEPAM

No.IX.A.2………. 24

2. Kerangka Pemikiran Penelitian……… 35

3. Neraca Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun

2007-30 September 2010………. 85

4. Kinerja Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun

2007-30 September 2010………. 86

5. Neraca Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun

2006-30 September 2010………. 87

6. Kinerja Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun

2006-30 September 2010……… 88

7. Neraca Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk

Tahun 2004- 2010………... 89

8. Kinerja Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk

Tahun 2004- 2010………... 90

9. Neraca Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun

2008- 30 Juni 2010………. 90

10. Kinerja Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun

2008- 30 Juni 2010………. 91

11. Neraca Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun

2007- 30 September 2010………... 92

12. Kinerja Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun

2007-30 September 2010……… 93

13. Neraca Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk

Tahun 2000- 30 September 2010……… 94

14. Kinerja Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk

Tahun 2000- 30 September 2010……… 94

15. Neraca Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk

Tahun 2006- 30 September 2010……… 95

16. Kinerja Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk

Tahun 2006- 30 September 2010……… 96

17. Neraca Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk

Tahun 2002- 2005………... 96

18. Kinerja Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk


(15)

19. Neraca Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries

Tbk Tahun 2000- 30 Juni 2010………... 98 20. Kinerja Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk

Tahun 2000- 30 Juni 2010……….. 99

21. Neraca Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun

2002-30 Juni 2010……….. 100

22. Kinerja Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun

2002-30 Juni 2010……….. 100

23. Neraca Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun

2001- 30 Sepember 2010……… 101

24. Kinerja Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Perusahaan Agribisnis yang Melakukan initial Public Offering

Tahun 2000-2008 ... 108 2. Kinerja Perusahaan Agribisnis Pada Saat Initial Public Offering

Tahun 2000-2008 ... 109 3. Harga Penawaran dan Harga Penutupan... 110


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pasar modal dapat menjadi sarana alternatif dalam kegiatan investasi selain menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan. Pasar modal merupakan pasar berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan. Instrumen jangka panjang yang diperdagangkan di pasar modal berupa surat utang, ekuiti, reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya1. Dalam perekonomian modern, pasar modal di suatu negara seringkali dijadikan tolak ukur kemajuan perekonomian negara tersebut.

Proses transaksi komoditi modal berlangsung di sebuah pasar khusus yang disebut dengan bursa efek. Bursa efek berperan sebagai tempat bertemunya pihak yang memiliki dana dengan pihak yang memerlukan dana dan produk yang diperdagangkan di tempat tersebut berupa surat-surat berharga (efek). Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah tempat resmi untuk melakukan perdagangan efek di Indonesia. BEI terbentuk pada tahun 2007 dan merupakan penggabungan dari dua bursa efek di Indonesia, yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

Pasar modal di Indonesia memiliki prospek yang sangat baik dan menjanjikan. Hal tersebut terlihat dari membaiknya nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak tahun 1997 hingga 2009. Meskipun nilai IHSG cenderung berfluktuatif pada tahun 1997 hingga 2009 tapi terjadi trend

peningkatan pada nilai IHSG tersebut. Pada tahun 1997 hingga 2003, nilai IHSG masih berada pada kisaran di bawah 1000 poin dimana nilai IHSG tertinggi terjadi pada tahun 2003 dengan nilai IHSG sebesar 691,895 poin dan terendah pada tahun 2001 dengan nilai IHSG sebesar 392,036 poin. Pada tahun 2004 hingga 2009 nilai IHSG menembus angka di atas 1000 poin dimana nilai IHSG tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan nilai IHSG sebesar 2.745,826 poin dan terendah pada tahun 2004 dengan nilai IHSG sebesar 1.000,233 poin. Secara keseluruhan nilai IHSG tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan nilai 2.745,826 poin dan terendah pada tahun 2001 dengan nilai 392,036 poin. Trend nilai IHSG yang meningkat pada


(18)

2 tahun 1997 hingga 2009 juga diikuti dengan trend peningkatan jumlah perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1997 hingga 2000 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia masih berada di bawah 300 perusahaan sedangkan pada tahun 2001 hingga 2009 jumlah perusahaan berada di atas 300 perusahaan. Jumlah perusahaan terbanyak yang go public terjadi pada tahun 2009 yaitu sebanyak 402 perusahaan sedangkan jumlah perusahaan go public paling sedikit terjadi pada tahun 1999 yaitu sebanyak 277 perusahaan (Tabel 1).

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Emiten dan Indeks Harga Saham Gabungan PT Bursa Efek Indonesia Tahun 1997-2009

Tahun Jumlah Emiten Indeks Harga Saham Gabungan

1997 282 401,712

1998 288 398,038

1999 277 676,919

2000 287 416,321

2001 316 392,036

2002 331 424,945

2003 333 691,895

2004 331 1.000,233

2005 336 1.162,635

2006 344 1.805,523

2007 383 2.745,826

2008 396 1.355,408

2009 402 2.534,356

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010

Jumlah perusahaan yang memperoleh pernyataan efektif untuk menawarkan saham kepada masyarakat umum sampai dengan tahun 2009 sebanyak 402 emiten. Perusahaan tersebut terbagi menjadi sembilan sekt or perusahaan diant aranya pertanian (3,73%), pertambangan (5,72%), industri dasar (13,93%), aneka industri (11,19%), barang konsumsi (8,21%), property (11,44%), infrastruktur (6,97%), keuangan (17,16%), dan perdagangan (21,64%).

Setiap perusahaan yang masih tertutup dapat memutuskan untuk melakukan go public dengan menjual saham perusahaannya kepada masyarakat (investor) melalui pasar modal. Saham yang dijual kepada masyarakat tersebut merupakan saham perdana. Proses dalam penjualan saham pertama kalinya tersebut disebut dengan penawaran umum perdana (initial public offering).

Perusahaan yang melakukan initial public offering secara otomatis akan berubah status perusahaannya menjadi perusahaan terbuka dimana saham perusahaan


(19)

sekarang tidak hanya dimiliki pemilik lama tetapi juga oleh publik (investor). Perusahaan yang melakukan initial public offering akan memperoleh banyak manfaat dengan menjadi perusahaan terbuka salah satunya yaitu memperoleh sumber pendanaan baru. Sumber pendanaan baru tersebut, dapat digunakan perusahaan untuk memperbaiki struktur modal perusahaan, kemudian untuk mempermudah perusahaan dalam melakukan perluasan perusahaan dan untuk mengurangi beban utang perusahaan. Pada perusahaan yang bergerak di sektor agribisnis, penawaran perdana tersebut dapat dimanfaatkan perusahaan untuk melakukan pengembangan teknologi di bidang agribisnis. Dengan pengembangan teknologi tersebut akan meningkatkan produksi perusahaan sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan yang meningkat pula. Selain perusahaan, manfaat penawaran umum tersebut dapat pula dirasakan oleh masyarakat umum (investor) yaitu dengan memiliki kesempatan untuk turut serta dalam kepemilikan saham perusahaan (Febriana, 2004).

Perusahaan agribisnis yang memutuskan melakukan initial public offering

harus membuat suatu prospektus. Prospektus merupakan informasi tertulis yang berhubungan dengan penawaran umum dan bertujuan agar pihak lain membeli efek yang ditawarkan. Dalam prospektus terdapat banyak informasi yang berhubungan dengan keadaan perusahaan yang melakukan penawaran umum. Informasi dalam prospektus dapat membantu investor dalam membuat keputusan yang rasional mengenai resiko dan nilai saham yang ditawarkan perusahaan (Kim et al 1993, diacu dalam Umbara 2008)

Harga saham pada saat initial public offering ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dengan penjamin emisi (underwriter). Peran penjamin emisi pada pasar perdana selain menentukan harga saham juga melaksanakan penjualan saham kepada calon investor. Namun, perusahaan emiten seringkali menentukan harga saham yang dijual pada pasar perdana dengan membuka penawaran harga yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan perusahaan menginginkan pemasukan dana semaksimal mungkin. Sedangkan underwriter

berusaha untuk meminimalkan resiko agar tidak mengalami kerugian akibat tidak terjualnya saham-saham yang ditawarkan. Cara yang dilakukan underwriter untuk mencegah saham-saham emiten tidak laku adalah dengan melakukan perundingan


(20)

4 dengan emiten agar saham yang dijual tidak terlalu tinggi. Investor menginginkan harga saham yang wajar dan berkualitas. Jika harga saham pada pasar perdana lebih rendah dibandingkan dengan harga saham pada pasar sekunder, maka akan terjadi turunnya harga saham (underpricing) (Umbara, 2008). Underpricing

merupakan kejadian yang sering terjadi pada saat suatu perusahaan melakukan

initial public offering. Terjadinya underpricing mengakibatkan perusahaan tidak dapat memperoleh keuntungan karena dana yang diperoleh dari proses initial public offering tidak maksimal dan cenderung dapat merugikan perusahaan.

Penyebab terjadinya underpricing yaitu adanya kondisi asimetri dimana penjamin emisi memiliki informasi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan pihak perusahaan emiten sehingga penjamin emisi menggunakan ketidaktahuan perusahaan emiten tersebut untuk memperkecil resiko. Sebaliknya, jika harga saham pada pasar perdana lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham pada pasar sekunder, maka akan terjadi peningkatan harga saham. Tingginya harga saham yang dapat ditawarkan perusahaan agribisnis pada saat initial public offering mengakibatkan perusahaan tersebut memperoleh keuntungan yang maksimal. Hal tersebut menunjukkan berhasilnya perusahaan agribisnis tersebut dalam melakukan initial public offering.

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 telah mengakibatkan beberapa sektor usaha di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) menjadi terpuruk. Keterpurukan tersebut terjadi pada beberapa sektor diantaranya pertanian, aneka industri, pertambangan, properti dan real estate,

keuangan, dan perdagangan. Perusahaan yang memiliki indeks harga saham paling kecil adalah indeks harga saham pada sektor properti dan real estate.

Indeks harga saham sektor tersebut pada tahun 1998 tercatat sebesar 27,42 poin. Sedangkan perusahaan yang memiliki indeks harga saham tertinggi pada tahun 1998 adalah indeks harga saham pada sektor pertanian. Indeks harga saham sektor pertanian pada tahun 1998 tercatat sebesar 371,82 poin. Pada tahun 2008 ketika terjadi krisis ekonomi global indeks harga saham sektor pertanian, aneka industri, pertambangan, properti dan real estate, keuangan, dan perdagangan mengalami penurunan. Sektor pertambangan merupakan sektor yang mengalami penurunan indeks harga saham paling tinggi jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Pada


(21)

tahun 2008, sektor pertanian memiliki nilai indeks harga saham paling tinggi jika dibandingkan dengan sektor lainnya yaitu sebesar 918,77 poin. Sektor yang paling rendah nilai indeks harga sahamnya yaitu sektor properti dan real estate. Indeks harga saham sektor tersebut pada tahun 2008 sebesar 103,49 poin (Tabel 2). Tabel 2. Pergerakan Indeks Sejumlah Sektor

Tahun

Sektor Pertanian Aneka

Industri

Pertamba ngan

Properti dan Real Estate

Keuangan Perdagan gan

1997 397,16 95,01 173,92 72,00 64,57 69,98

1998 371,82 82,31 152,14 27,42 45,76 61,08

1999 278,52 134,88 182,19 55,81 58,00 202,64

2000 176,18 95,23 129,67 27,86 36,69 130,62

2001 119,05 73,48 118,84 26,97 36,69 111,28

2002 144,36 88,13 94,87 24,33 51,03 107,61

2003 182,83 124,59 332,62 42,11 78,84 142,10

2004 304,66 192,01 491,16 68,22 133,72 171,14

2005 493,45 204,67 604,57 64,12 131,48 196,18

2006 1.218,45 284,12 933,21 122,92 206,57 275,08 2007 2.754,76 477,35 3.270,09 251,82 260,57 392,24

2008 918,77 214,94 877,68 103,49 176,33 148,33

2009 1.753,09 601,47 2.203,48 146,80 301,42 275,76 Sumber: Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

Penelitian yang dilakukan oleh Saptono (2005), diacu dalam Ongkowijoyo (2008) yang menguji tentang peranan sektor agribisnis termasuk di dalamnya sektor pertanian di Bursa Efek Jakarta pada masa krisis moneter membuktikan bahwa selama masa krisis dan pemulihan (recovery), kinerja saham-saham agribisnis menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan pasar saham secara umum. Kinerja saham-saham tersebut relatif stabil dan tidak terjadi perbedaan yang signifikan baik pada masa pra krisis, krisis sampai dengan masa pemulihan. Pada tahun 2009 tercatat 15 perusahaan yang termasuk kedalam sektor pertanian dan terbagi menjadi beberapa sub sektor diantaranya tanaman pangan, perkebunan, peternakan perikanan dan lainnya (Tabel 3).


(22)

6 Tabel 3. Nama Emiten dan Sub Sektor Sektor Petanian

No Sub Sektor Nama Emiten

1 Tanaman pangan Bisi International Tbk 2 Perkebunan Astra Agro Lestari Tbk

Bakrie Sumatra Plantations Tbk BW Plantation Tbk

Gozco Plantations Tbk PP London Sumatera Tbk Sampoerna Agro Tbk SMART Tbk

Tunas Baru Lampung Tbk

3 Peternakan Cipendawa Tbk

Multibreeder Adirama Ind. Tbk 4 Perikanan Central Proteinaprima Tbk

Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Inti Agri Resources Tbk

5 Lainnya Bumi Teknokultura Unggul Tbk Sumber: IDX Statistics, 2009

1.2 Perumusan Masalah

Pasar modal di Indonesia menunjukan pertumbuhan yang positif setiap tahunnya. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya nilai Indeks Harga Saham Gabungan dan banyaknya perusahaan tertutup yang go public dengan melakukan

initial public offering di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang melakukan initial public offering dibagi ke dalam sepuluh sektor perusahaan sesuai dengan bidang usahanya. Meskipun secara keseluruhan nilai Indeks Harga Saham Gabungan bergerak naik dan jumlah perusahaan yang melakukan go public mengalami peningkatan dalam jumlah tetapi hal tersebut tidak diikuti dengan pergerakan indeks harga saham yang positif di sejumlah sektor. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki indeks harga saham yang relatif stabil dan hanya mengalami sedikit penurunan pada saat terjadi krisis moneter Indonesia tahun 1998 akan tetapi pada saat krisis global tahun 2008 mengalami penurunan yang tajam dan kembali menguat pada tahun 2009. Hal tersebut terjadi karena perusahaan yang mengandalkan ekspor mengalami pelemahan ekspor, baik harga maupun permintaan. Salah satu komoditi yang mengalami penurunan ekspor tersebut adalah minyak sawit mentah (CPO)2.

2

Alisjahbana AS. 23 Oktober 2008. Menyikapi Krisis Global. http://news.okezone.com/read/2008/10/23/58/156695/menyikapi-krisis-global [23 Januari 2011]


(23)

Perusahaan agribisnis khususnya di sektor pertanian yang telah melakukan

initial public offering di Bursa Efek Indonesia jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan sektor yang lainnya. Hal tersebut mengakibatkan saham sektor tersebut belum mampu berperan lebih dalam membantu pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Indeks harga saham pada sektor pertanian saat ini masih ditopang oleh perusahaan pada sub sektor perkebunan terutama oleh perusahaan penghasil minyak sawit mentah. Hal tersebut mengakibatkan saham perusahaan pada sub sektor tersebut lebih diminati oleh investor karena dapat memberikan keuntungan yang besar.

Kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering berbeda. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan yaitu dengan menganalisa kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan dapat dianalisa dengan menghitung rasio keuangan perusahaan. Rasio keuangan perusahaan yang dapat dihitung dan dianalisa untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Pada saat

initial public offering, perusahaan agribisnis akan memperoleh initial return. Initial return tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur kinerja initial public offering perusahaan. Initial return merupakan return hari pertama perusahaan setelah initial public offering. Setiap perusahaan termasuk perusahaan agribisnis akan memiliki initial return yang berbeda pada saat melakukan initial public offering. Perusahaan-perusahaan tersebut akan menghadapi tiga kemungkinan, yaitu out performed, balance performed, dan under performed3. Keadaan out performed terjadi jika harga saham setelah initial public offering lebih baik dari harga perdananya. Hal tersebut terjadi pada PT Astra Agro Lestari Tbk dimana harga saham perdana perusahaan tersebut ditawarkan sebesar Rp 1.150 per lembar saham dan pada saat penutupan hari pertama naik menjadi Rp 1.850 per lembar saham. Kenaikan tersebut menunjukan perusahaan memperoleh initial return

sebesar 60,8%. Keadaan out performed lebih sering terjadi pada perusahaan yang baru melakukan initial public offering dan pada umumnya harga saham yang menghasilkan return tinggi hanya terjadi pada tahun pertama perusahaan

3

Wahyudi S. 9 Juni 2003. Pengukuran Return Saham IPO. http://www.suaramerdeka.com/harian/0306/09/eko9.htm [6 Januari 2011]


(24)

8 melakukan initial public offering, tetapi makin lama return tersebut akan mulai berkurang.

Keadaan sebaliknya yaitu under performed, keadaan tersebutterjadi ketika harga saham setelah initial public offering lebih rendah dari harga perdananya. Hal tersebut terjadi pada PT Indofarma Tbk dimana harga saham perdana perusahaan tersebut ditawarkan sebesar Rp 250 dan pada saat penutupan harga saham turun menjadi Rp 230. Penurunan tersebut menunjukan perusahaan menghasilkan initial return yang bernilai negatif yaitu sebesar -8%. Nilai initial return perusahaan yang bernilai negatif tersebut berpengaruh terhadap kinerja harga saham PT Indofarma Tbk yang terus megalami penurunan setelah initial public offering. Perusahaan yang berada pada keadaan under performed akan mengalami masa sulit pada awal go public karena harga saham sangat sulit untuk naik melewati harga initial public offering.

Keadaan yang jarang terjadi pada perusahaan yang Initial Public Offering

di Bursa Efek Indonesia yaitu balance performance. Balance performed terjadi jika harga saham setelah melakukan initial public offering tidak mengalami perubahan. Kondisi balance performed hanya terjadi pada hari-hari awal perusahaan setelah initial public offering dan setelah itu akan terjadi kenaikan atau penurunan harga saham. Hal tersebut terjadi pada PT Bank Central Asia Tbk dimana harga Initial Public Offering perusahaan tersebut tidak mengalami perubahaan pada hari pertama penawaran.

Berdasarkan uraian diatas, timbul pertanyaan mengenai analisis kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering di bursa efek indonesia. Pertanyaan yang menjadi perumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan

Berdasarkan uraian perumusan permasalahan, tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Mendeskripsikan proses initial public offering perusahaan sektor agribisnis di Bursa Efek Indonesia.


(25)

2) Menganalisis kinerja perusahaan agribisnis pada saat melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia.

3) Menganalisis initial return sebagai indikator kinerja saham sektor agribisnis. 1.4 Manfaat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1) Bagi perusahaan agribisnis, sebagai tambahan informasi tentang faktor-faktor yang menentukan kinerja initial public offering saham sektor agribisnis di bursa efek Indonesia sehingga harga initial public offering perusahaan agribisnis tidak jatuh.

2) Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan pembelian saham pada perusahaan sektor agribisnis.

3) Bagi penelitian lanjutan, sebagai referensi untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang menentukan kinerja initial public offering saham sektor agribisnis di Bursa Efek Indonesia.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Setiap perusahaan memerlukan modal untuk menjalankan proses operasional perusahaannya tidak terkecuali perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis. Namun, setiap perusahaan termasuk perusahaan sektor agribisnis sering mengalami masalah dalam memperoleh modal tersebut sehingga pemilik perusahaan tidak mampu untuk mengembangkan perusahaannya baik dari sisi sumberdaya maupun teknologi. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh oleh perusahaan agribisnis untuk memperoleh sumber modal selain mengandalkan hasil produksi perusahaan yaitu dengan cara menjual surat berharga perusahaan kepada investor salah satunya yaitu menjual saham di pasar modal. Perusahaan agribisnis yang akan menjual sahamnya kepada investor umum harus merubah status perusahaannya terlebih dahulu dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka (go public). Perusahaan agribisnis yang telah go public akan terbantu dalam memperoleh sumber pendanaan baru sehingga pemilik perusahaan dapat lebih mengembangkan perusahaannya dari berbagai aspek seperti pengembangan teknologi dan sumber daya. Pada perusahaan agribisnis pengembangan teknologi dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan hasil produksi perusahaan sehingga perusahaan agribisnis tersebut dapat meningkatkan keuntungannya dan memperluas jangkauan usahanya.

Setiap perusahaan yang baru pertama kali melakukan go public akan melalui proses yang disebut dengan penawaran umum perdana (initial public offering) di pasar modal. Pada proses tersebut perusahaan menawarkan saham perdananya kepada investor. Jumlah saham yang ditawarkan perusahaan kepada publik disesuaikan berdasarkan kesepakatan pimpinan di perusahaan tersebut, sedangkan untuk harga saham yang ditawarkan pada saat initial public offering

diperoleh dari kesepakatan antara perusahaan dan penjamin emisi. Perusahaan agribisnis yang melakukan initial public offering akan mendapatkan return dari aktivitasnya tersebut. Initial public offering return merupakan salah satu daya tarik pada setiap pasar modal karena initial public offering memiliki porsi terbesar dalam investasi, rata-rata tingkat pengembalian cukup tinggi dan keuntungan yang diperoleh perusahaan berupa initial return tersebut tidak terkena pajak. Meskipun


(27)

memiliki risiko kerugian. Kerugian terjadi pada saat harga pada saat penawaran perdana mengalami penurunan dimana harga penutupan pada hari pertama initial public offering lebih rendah jika dibandingkan dengan harga penarwarannya kepada publik. Hal tersebut dapat berdampak pada turunnya nilai initial return

dari perusahaan sehingga kejadian tersebut menunjukan kinerja initial public offering dari perusahaan agribisnis tersebut rendah. Penyebab terjadinya penurunan tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan.

Topik mengenai kinerja initial public offering diangkat dalam penelitian Durukan (2002), Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006). Ketiga penelitian tersebut menetapkan bahwa initial return yang diperoleh perusahaan pada hari pertama initial public offering sebagai tolak ukur dalam menentukan kinerja initial public offering. Initial return tersebut merupakan persentase dari selisih harga saham pada penutupan hari pertama dengan harga penawaran perdana. Perusahaan yang memiliki initial return yang bernilai positif menunjukan perusahaan tersebut berhasil dalam melakukan initial public offering

dengan banyaknya jumlah saham yang dibeli oleh investor, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai initial return negatif menunjukan perusahaan tersebut gagal dalam melakukan initial public offering karena harga saham turun karena hanya sedikit saham yang dapat dijual kepada investor. Perusahaan yang sukses dalam melakukan initial public offering menandakan kinerja dari perusahaan tersebut sangat baik dalam menawarkan saham perdana perusahaan tersebut kepada publik karena harga saham pada penutupan di hari pertama initial public offering lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga penawaran perdana. Pada kondisi tersebut perusahaan memperoleh keuntungan maksimal sehingga dengan keuntungan tersebut perusahaan dapat lebih mengembankan usahanya. Kondisi sebaliknya, perusahaan yang gagal melakukan initial public offering menandakan kinerja dari perusahaan tersebut kurang baik dalam melakukan penawaran saham perdana sehingga perusahaan tidak dapat meraih keuntungan yang diharapakan. Pada kondisi tersebut harga saham pada penutupan di hari pertama initial public offering lebih rendah jika dibandingkan dengan harga penawaran. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya investor yang membeli saham perusahaan tersebut.


(28)

12 Selain initial return terdapat juga istilah return yang dapat dijadikan sebagai pengukur kinerja saham suatu perusahaan. Return dan initial return

memiliki pengertian yang sama yaitu keuntungan yang diperoleh perusahaan setelah melakukan perdagangan. Istilah initial return muncul pada saat perusahaan baru telah melakukan initial public offering. Sedangkan return

merupakan pengembalian pada perusahaan yang melakukan perdagangan di bursa efek dan merupakan perusahaan lama. Return diperoleh dari selisih harga saham penutupan pada periode saat ini dengan harga saham penutupan pada periode sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Zumaili (2005) menggunakan return

dalam menetukan kinerja suatu perusahaan agribisnis peternakan pada periode Januari 2003-Desember 2003. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa terdapat perusahaan peternakan yang memperoleh return negatif. Hal tersebut menunjukan bahwa kinerja keuangan perusahaan tersebut masih rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2002), Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006) menggunakan beberapa variabel yang sama untuk mengetahui variabel apa yang menentukan kinerja dari initial return dari suatu perusahaan. Beberapa variabel yang sama tersebut diantaranya ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan rasio utang. Variabel yang sama ditemukan pada penelitian yang dilakukan Iman (2008) dalam menetukan kinerja saham pada perusahaan agribisnis sektor peternakan. Variabel ukuran perusahaan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi calon investor dalam membeli saham suatu perusahaan. Perusahaan yang besar biasanya telah banyak dikenal oleh calon investor sehingga calon investor dapat lebih mudah dalam memperoleh informasi mengenai kondisi perusahaan. Selain itu, perusahaan besar juga memiliki prospek kedepan yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan dengan ukuran kecil. Variabel umur perusahaan menunjukkan sudah berapa lama perusahaan tersebut telah beroperasi. Perusahaan yang telah berdiri sejak lama telah memiliki banyak pengalaman bersaing di pasar. Umur perusahaan yang lama tersebut juga menunjukan kemampuan bertahan perusahaan yang tinggi di pasar. Kemampuan perusahaan bertahan lama di pasar tersebut dapat meningkatkan kepercayaan calon investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Variabel rasio utangmerupakan perbandingan antara jumlah kewajiban perusahaan dengan


(29)

jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan. Bagi calon investor, informasi mengenai rasio utang tersebutdapat memberikan gambaran mengenai besarnya penggunaan kewajiban yang digunakan perusahaan untuk membiayai aktiva yang dimiliki perusahaan. Nilai rasio utang yang tinggi menunjukkan semakin besar penggunaan kewajiban untuk membiayai aktiva perusahaan sehingga perusahaan memiliki risiko gagal yang besar dalam mengembalikan pinjaman. Selain variabel-variabel tersebut, Durukan (2002) dan Juma’atin (2006) juga mengukur variabel offering price. Variabel offering price merupakan porsi saham yang akan diberikan perusahaan kepada publik. Semakin besar porsi saham yang ditawarkan perusahaan kepada publik akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan memperoleh keuntungan pada saat melakukan initial public offering.

Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006) juga mengukur Return on Asset sebagai indikator penentu kinerja initial return

perusahaan. Return on Asset merupakan ukuran profitabilitas perusahaan yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva perusahaan. Return on Asset perusahaan yang tinggi menunjukkan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan dari segi penggunaan asset.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2002), Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006), analisis data yang digunakan untuk mengetahui keterkaitan antar initial return dan variabel-variabel penentu kinerja perusahaan pada saat initial public offering yaitu dengan menggunakan analsis regresi berganda. Analisis regresi berganda tersebut digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel independent (variabel bebas) terhadap variabel dependent (terikat). Pada ketiga penelitan tersebut, variabel

dependent yaitu initial return sedangkan variabel independent terdiri dari ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan rasio utang. Meskipun menggunakan metode analisis yang sama dan memiliki beberapa variabel yang sama tetapi hasil yang diperoleh dari ketiga penelitian tersebut menunjukan hasil yang berbeda. Pada penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2002) dan Juma’atin (2006) diperoleh bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return.


(30)

14 dimana terdapat pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap initial return.

Variabel dependent lainnya yaitu umur perusahaan Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006) pada penelitiannya tidak menemukan pengaruh yang signifikan antara umur perusahaan dengan initial return. Pada penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2002), Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006) diperoleh hasil yang sama yaitu variabel rasio utang perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap initial return. Variabel offering price yang diteliti Durukan (2002) dan Juma’atin (2006) menghasilkan hasil yang berbeda dimana pada penelitian Durukan (2002) offering price berpengaruh signifikan terhadap initial return sedangkan penelitian Juma’atin (2006) menunjukan hasil yang sebaliknya. Sedangkan Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006) yang meneliti variabel Return on Asset tidak menemukan pengaruh signifikan antara initial return dan Return on Asset.

Perbedaan hasil yang diperoleh dari ketiga penelitian tersebut dapat terjadi karena ketiga penelitian tersebut berlokasi di negara yang berbeda, dimana setiap negara memiliki kebijakan, aturan dan kondisi perekonomian yang berbeda. Penelitian yang dilakukan Durukan (2002) berlokasi di Istambul Stock Exchange,

Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) berlokasi di Thailand Stock Exchange sedangkan Juma’atin (2006) dan Iman (2008) di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia). Selain itu periode pengambilan sampel juga dapat mempengaruhi hasil akhir dari penelitian.

Berdasarkan studi yang dilakukan Durukan (2002), Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005), Zumaili (2005), Juma’atin (2006) dan Iman (2008) terdapat perbedaan kajian dan periode penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kajian yang dilakukan peneliti yaitu mengenai kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, periode waktu sampel yang digunakan peneliti yaitu selama sembilan tahun. Penggunaan periode sampel penelitian yang panjang diharapkan mampu menggambarkan bagaimana kinerja saham perusahaan sektor agribisnis pada saat initial public offering.


(31)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Struktur Modal

Teori struktur modal berkenaan dengan bagaimana modal dialokasikan dalam aktivitas riil perusahaan, dengan cara menentukan struktur modal antara modal utang dan modal sendiri. Biasanya berkaitan dengan proyek proposal suatu investasi perusahaan dan tugas manajemen keuangan adalah menentukan struktur modal optimal untuk menunjang kegiatan investasi perusahaan (Harmono, 2009).

Menurut Van Horne (1980) diacu dalam Harmono (2009) asumsi yang dibutuhkan untuk menganalisis teori struktur modal adalah:

1) Tidak ada pajak pendapatan, dan asumsi ini pada akhirnya dalam aplikasi dapat diabaikan.

2) Perubahan rasio utang terhadap modal disebabkan oleh penerbitan surat utang yang digunakan untuk membeli saham, dan sebaliknya menerbitkan saham untuk membayar utang dan tidak ada biaya transaksi.

3) Perusahaan menetapkan kebijakan dividen sebesar 100 persen dari laba dibagikan sebagai dividen.

4) Tingkat subjektivitas probabilitas prediksi para investor di pasar terhadap tingkat laba operasi perusahaan yang akan datang adalah sama.

5) Tingkat laba operasi perusahaan diprediksi konstan. Nilai prediksi distribusi probabilitas laba operasi prediksi selama periode yang akan datang sama dengan nilai laba operasi sekarang.

Berdasarkan asumsi tersebut dapat ditentukan persamaan berikut (Harmono, 2009):

ki

ke

Dimana:

Ki = biaya utang


(32)

16 Tingkat rate of return yang dikehendaki para investor adalah laba diprediksi konstan dan laba 100 persen dibagikan sebagai dividen, bisa dihitung melalui rumus dividend pay out ratio, yaitu laba atau harga saham, kemudian rasio laba atau harga saham dapat merefleksikan tarif keuntungan pasar yang menyamakan nilai sekarang prediksi dividen yang akan datang dengan nilai sekarang harga pasar saham. Namun, tarif keuntungan pasar (discount rate of market) pasar ini tidak serta merta dapat digeneralisir sebagai besarnya biaya modal. Dasar pertimbangan yang terakhir adalah:

ko

Dalam hal ini, V= B+S, dan Ko adalah kapitalisasi biaya modal perusahaan

secara keseluruhan. Dengan demikian dapat diperoleh rata-rata tertimbang biaya modal (Weight Average Cost of Capital/WACC) yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

ko

3.1.2 Initial Public Offering

Pasar Perdana merupakan tempat diperdagangkannya efek (surat berharga) untuk pertama kalinya, sebelum dicatatkan di Bursa Efek. Di Pasar tersebut terjadi penawaran saham dan efek lainnya antara pihak penjamin emisi (underwriter) melalui perantara pedagang efek (broker-dealer) yang bertindak sebagai agen penjual saham kepada investor. Proses transaksi tersebut disebut dengan penawaran umum perdana (Initial Public Offering). Initial Public Offering terjadi ketika saham perusahaan dijual kepada masyarakat umum untuk pertama kali, dengan harapan bahwa pasar akan berkembang (Ritter, 1998; Samsul, 2006). Menurut Samsul (2006) initial public offering membutuhkan beberapa tahapan, diantaranya:

1) Rencana go public

Rencana go public membutuhkan waktu yang cukup berkaitan dengan kondisi internal perusahaan seperti:

a) Rapat umum pemegang saham, dewan direksi, dan dewan komisaris Rapat gabungan ini membahas alasan go public, jumlah dana yang dibutuhkan, dan penerbitan saham atau obligasi. Perusahaan berniat


(33)

untuk go public karena meningkatkan kapasitas produksi dengan menambah mesin baru sebagai perluasan, inovasi produk baru dalam upaya diversifikasi, membayar utang untuk memperbaiki struktur modal dan memperluas jaringan pemasaran.

Jumlah dana yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan kebutuhan sebenarnya dan bukan menarik dana sebesar-besarnya dari masyarakat. Kebutuhan dana harus realistis karena akan dicantumkan dalam buku Prospektus yang dibagikan kepada para calon investor. Penggunaan dana yang diperoleh dari emisi efek wajib dilaporkan kepada Bapepam sehingga calon emiten harus bertindak jujur. Penggunaan dana juga akan dicantumkan dalam laporan keuangan yang telah diaudit, sehingga masyarakat investor akan mengetahuinya dan apabila terjadi penyimpangan, organisasi masyarakat investor akan mempertanyakannya. Apabila calon emiten mengalami kesulitan menghitung dana yang dibutuhkan maka mereka dapat meminta bantuan jasa financial advicer, kantor konsultan manajemen keuangan, atau konsultan go public.

b) Kesiapan mental personel

Personel dari semua lapisan manajemen harus siap secara mental menghadapi perubahan atau kejadian yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Sebelum go public perusahaan tidak pernah dikritik oleh wartawan tetapi setelah go public kritikan tajam dapat saja muncul dalam berita surat kabar. Banyak kewajiban yang harus dilaksanakan oleh emiten setelah perusahaan go public, seperti kewajiban melaporkan secara rutin dan insidentil atas suatu peristiwa penting yang apabila tidak dilaksanakan emiten akan terkena sanksi denda atau sanksi pidana.

c) Perbaikan organisasi

Organisasi perusahaan yang ada sebelum go public harus disesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di pasar modal. Misalnya kewajiban mengelola perusahaan secara baik atau disebut good corporate governance yang tercermin dari kewajiban mengangkat komisaris independen, kewajiban membentuk komite audit, dan


(34)

18 kewajiban mengangkat corporate secretary. Prosedur pengangkatan komisaris independen dan corporate secretary sera kualifikasi persyaraan personel telah diatur oleh Bapepam atau bursa efek, demikian juga dengan pembentukan komite audit.

Komisaris independen adalah anggota komisaris yang tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan anggota komisaris lainnya, anggota dewan direksi dan pemegang saham pengendali. Komisaris independen berjumlah proporsional dengan jumlah saham yang dimiliki oleh non pemegang saham pengendali. Ketentuannya adalah jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya harus 30 persen dari seluruh anggota komisaris.

Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan tercatat, yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris untuk membantu melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam mengelola perusahaan tercatat. Keanggotaan komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang, dimana seorang diantaranya merupakan komisaris independen tercatat yang merangkap sekaligus menjadi ketua komite audit, sedangkan dua anggota lain merupakan pihak eksternal yang independen dan salah satu diantaranya harus memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan atau keuangan. Sedangkan Sekertaris perusahaan adalah direktur atau pejabat perusahaan tercatat yang melaksanakan fungsi sekertaris sesuai dengan tercantum dalam peraturan Bapepam nomor IX.I.4 tentang pembentukan sekertaris perusahaan.

d) Perbaikan sistem informasi

Perbaikan sistem meliputi keberadaan sistem akuntansi keuangan yang mengacu pada Standard Akuntansi Keuangan dan Ikatan Akuntan Indonesia, sistem laporan tahunan yang memasukan standard tambahan dari bursa efek seperti hasil kerja dari komite audit dan sistem akuntansi manajemen yang dapat menghitung laba ekonomis yang akan digunakan sebagai dasar menentukan jumlah dividen tunai yang harus dibagikan.


(35)

e) Perbaikan aspek hukum

Pada umumnya emiten berasal dari perusahaan keluarga walaupun berbadan hukum perseroan terbatas. Perusahaan keluarga semacam ini desebut dengan perseroan terbatas tertutup. Go public berarti perseroan tertutup tersebut harus berubah menjadi perusahaan terbuka. Dalam perseroan terbuka tersebut tersangkut kepentingan masyarakat umum yang harus dilindungi maka status kepemilikan asset tetap harus jelas. Sebelum go public perusahaan harus mengubah kepemilikan asset dari atas nama keluarga menjadi atas nama perusahaan.

f) Perbaikan struktur permodalan g) Persiapan dokumen

Sebelum persiapan menuju go public dimulai, yaitu penunjukan lembaga penunjang dan lembaga profesi, semua dokumen yang dibutuhkan oleh lembaga tersebut harus disediakan. Pihak yang terlibat dalam proses go public ini adalah: penjamin emisi, akuntan publik, notaris konsultan hukum dan perusahaan penilai serta pihak yang berkompeten lainnya. Dokumen yang dibutuhkan antara lain: laporan keuangan yang telah diaudit, proyeksi laporan keuangan, bukti kepemilikan aktivatetap dan aktiva bergerak, anggaran dasar perseroan, perjanjian notariil atau yang di bawah tangan, polis asuransi, peraturan perusahaan, pajak-pajak, perkara pengadilan dan lainnya. Sementara dokumen riil yang dibutuhkan tercantum dalam peraturan pencatatan bursa efek yang selalu diperbaharui.

2) Persiapan Menuju Go public

Persiapan menuju go public meliputi penunjukkan lembaga penunjang dan lembaga profesi, uji tuntas (due diligence) dengan penjamin pelaksana emisi/profesi, pernyataan pendaftaran ke Bapepam, dan Public expose.

a) Penunjukan lembaga penunjang dan lembaga profesi

Setelah rencana go public diselesaikan maka calon emiten akan menunjuk perusahaan penjamin emisi efek, akuntan publik, notaris, konsultan hukum, dan perusahaan penilai yang terdaftar di Bapepam. Emiten akan melakukan pembicaraan dengan setiap lembaga profesi dan


(36)

20 pembicaraan tersebut akan menghasilkan kelengkapan dokumen yang dibutuhkan dalam proses berikutnya.

Penjamin emisi akan bertidak sebagai coordinator dalam kegiatan menentukan komitmen sesuai kondisi pasar, rapat-rapat teknis, pernyataan pendaftaran kepada Bapepam, public expose, persiapan prospectus dan penawaran resmi. Calon emiten tidak dapat menjual sendiri sahamnya kepada masyarakat secara langsung tetapi diserahkan kepada penjamin emisi.

b) Due Diligence Meeting

Untuk memperoleh gambaran awal mengenai kekuatan pasar, emiten memerlukan due diligence meeting yang dikoordinasikan oleh

underwriter, yaitu pertemuan antara emiten, underwriter, dan lembaga profesi lainnya di satu sisi dengan para pialang dan para analis keuangan serta investor kelembagaan di sisi lainnya. Pada kesempatan tersebut pialang akan menanyakan keadaan keuangan perusahaan dan prospek serta tujuan penggunaan dana hasil emisi tersebut. Calon emiten harus hati-hati dalam menjelaskan prospek perusahaannya karena para investor dapat mengklaim apabila terjadi perbedaan negatif yang besar pada saat realisasinya.

c) Pernyataan pendaftaran kepada Bapepam

Pernyataan pendaftaran adalah dokumen yang wajib disampaikan kepada Bapepam oleh emiten dalam rangka penawaran umum atau perusahaan publik. Emiten mengajukan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam, kemudian menunggu tanggapan dari Bapepam. Apabila Bapepam meminta data tambahan, emiten wajib memenuhinya. Bapepam akan mengeluarkan pernyataan efektif atas pernyataan pendaftaran setelah emiten memenuhi permintaan data tambahan tersebut. Apabila dalam waktu tertentu, misalnya 45 hari setelah tanggal pernyataan pendaftaran diajukan atau setelah tanggal penyerahan data tambahan dimaksud berlalu dan Bapepam belum memberikan pernyataan efektif, berarti pernyataan efektif tersebut berlaku secara otomatis.


(37)

d) Public Expose dan Road Show

Setelah pernyataan efektif berlaku, sering kali diadakan persiapan untuk melakukan public expose dan road show. Public expose dan road show

bukan merupakan suatu kewajiban formal, tetapi merupakan upaya sendiri oleh emiten yang menjual saham dengan nilai kapitalisasi sangat besar sehingga perlu mengundang calon investor. Agar calon investor memenuhi undangan mereka, calon emiten akan memberikan hadiah sebelum memasuki ruangan.

3) Pelaksanaan Go Public

Kegiatan pelaksanaan go public meliputi: a) Penyerahan dokumen ke Bapepam b) Tanggapan Bapepam

c) Perbaikan dokumen pernyataan pendaftaran d) Mini expose di Bapepam

e) Penentuan harga perdana

f) Sindikasi dan perjanjian penjaminan emisi 4) Penawaran Umum

Penawaran umum atau sering pula disebut Go Public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh Undang-Undang Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya.

Penawaran umum mencakup kegiatan-kegiatan berikut:

a) Periode pasar perdana yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal oleh penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk

b) Penjatahan saham yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah efek yang tersedia

c) Pencatatan efek di bursa, yaitu saat efek tersebut mulai diperdagangkan di bursa.

Proses Penawaran Umum saham dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan berikut:


(38)

22 a) Tahap Persiapan

Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses Penawaran Umum. Pada tahap yang paling awal perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka penawaran umum saham. Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi serta lembaga dan profesi penunjang pasar yaitu:

i) Penjamin emisi (underwriter), merupakan pihak yang paling banyak keterlibatannya dalam membantu emiten dalam rangka penerbitan saham. Kegiatan yang dilakukan penjamin emisi antara lain: menyiapkan berbagai dokumen, membantu menyiapkan prospektus, dan memberikan penjaminan atas penerbitan.

ii) Akuntan publik (Auditor Independen), bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten.

iii) Penilai untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut;

iv) Konsultan hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion).

v) Notaris untuk membuat akta-akta perubahan Anggaran Dasar, akta perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen-notulen rapat.

b) Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran

Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung calon emiten menyampaikan pendaftaran kepada BAPEPAM-LK hingga BAPEPAM-LK menyatakan pernyataan pendaftaran menjadi efektif. c) Tahap Penawaran Saham

Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu ini emiten menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Masa Penawaran sekurang-kurangnya tiga hari kerja.


(39)

d) Tahap Pencatatan saham di Bursa Efek

Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham tersebut dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.

e) Kewajiban Emiten setelah Go Public

Pemilik lama perusahaan sebagai pemegang saham sendiri pada awal setelah go public masih menjadi mayoritas. Dengan berjalannya waktu pemegang saham pendiri akan melepaskan lebih banyak sahamnya kepada masyarakat umum. Walaupun masyarakat merupakan pemegang saham minoritas, kepentingannya harus dijaga oleh pemegang saham mayoritas. Pemegang saham mayoritas harus menjaga kepercayaan yang sudah diberikan oleh pemegang saham minoritas dengan cara:

i) Tidak melakukan tindakan yang menjatuhkan harga saham di pasar ii) Selalu member informasi secepat mungkin kepada investor.

iii) Tidak melakukan penipuan harga dalam transaksi internal yang mengandung conflict of interest

iv) Menyampaikan laporan keuangan yang sudah diaudit (short form report) langsung ke alamat pemegang saham

v) Menyampaikan laporan berkala yang sudah diwajibkan oleh Bapepam/Bursa

vi) Menyampaikan laporan insidentil atas suatu peristiwa yang terjadi dan dapat mempengaruhi harga saham di pasar.


(40)

24 Keterangan:

HK = Hari Kerja

PP = Pernyataan Pendaftaran PR = Prospektus Ringkas

Gambar 1. Jadwal Penawaran Umum sesuai dengan Peraturan BAPEPAM No.IX.A.2 Sumber: Panduan Go Public Bursa Efek Jakarta (2007)

3.1.3 Manfaat dan konsekuensi Go Public

Menurut buku Panduan Go Public yang di terbitkan pada tahun 2007 oleh otoritas Bursa Efek Indonesia, dengan menjadi perusahaan publik, banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh perusahaan, di antaranya:

1) Memperoleh Sumber Pendanaan Baru

Dana untuk pengembangan, baik untuk penambahan modal kerja maupun untuk ekspansi usaha, adalah faktor yang sering menjadi kendala banyak perusahaan. Dengan menjadi perusahaan publik kendala pendanaan tersebut akan lebih mudah diselesaikan, yaitu:

a) Perolehan dana melalui hasil penjualan saham kepada publik. Dengan cara ini, perusahaan dapat memperoleh dana dalam jumlah yang besar dan diterima sekaligus dengan cost of fund yang relatif lebih kecil dibandingkan perolehan dana melalui perbankan. Selain itu di masa mendatang, dengan telah menjadi perusahaan publik, perusahaan juga dapat melakukan secondary offering, tanpa batas.

b) Mempermudah akses kepada perbankan. Dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, kalangan perbankan Laporan

Keuangan

Pengumuman PR

Perubahan / Keterangan Tambahan PR

M asa Penaw aran Umum

Penjatahan

Refund & Distribusi Efek

Pencatat an & Laporan Penjatahan ke BAPEPAM

≤ 15 Hari

≤ 5 HK ≤ 2 HK

≤ 3 HK ≥ 3 HK

≤ 2 HK ≤ 2 HK

180 Hari

PP Efektif


(41)

akan dapat lebih mengenal dan percaya kepada perusahaan. Hal tersebut tidak berlebihan mengingat setiap saat perbankan dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan melalui berbagai keterbukaan informasi yang diumumkan perusahaan melalui Bursa. Dengan kondisi demikian, tidak hanya proses pemberian pinjaman baru akan lebih mudah dibandingkan pemberian pinjaman kepada perusahaan yang belum dikenal, namun tingkat bunga yang dikenakan juga mungkin akan lebih rendah mengingat credit risk perusahaan terbuka relatif lebih kecil dibandingkan credit risk pada perusahaan tertutup;

c) Mempermudah akses perusahaan untuk masuk ke pasar uang melalui penerbitan surat hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Umumnya pembeli surat hutang tentunya akan lebih menyukai jika perusahaan yang menerbitkan surat hutang tersebut sudah menjadi perusahaan publik. Dengan menjadi perusahaan publik, citra dan nama perusahaan dengan status Tbk (Terbuka) akan lebih dikenal di komunitas keuangan. Kondisi demikian umumnya tidak hanya akan sangat membantu mempermudah penerbitan surat hutang, tetapi juga memungkinkan perusahaan untuk menerbitkan surat hutang dengan tingkat bunga yang lebih bersaing karena tingkat kepercayaan pasar terhadap bond issuer yang sudah go public lebih tinggi dibandingkan

bond issuer yang belum go public.

2) Memberikan Competitive Advantage untuk Pengembangan Usaha

Dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan akan memperoleh banyak

competitive advantages untuk pengembangan usaha di masa yang akan datang, yaitu antara lain:

a) Melalui penjualan saham kepada publik perusahaan berkesempatan untuk mengajak para partner kerjanya seperti pemasok (supplier) dan pembeli (buyer) untuk turut menjadi pemegang saham perusahaan. Dengan demikian, hubungan yang akan terjadi tidak hanya sebatas hubungan bisnis tetapi berkembang menjadi hubungan yang lebih tinggi tingkat kualitas dan loyalitasnya. Hal tersebut disebabkan karena mereka sebagai salah satu pemegang saham akan memberikan komitmen yang lebih


(42)

26 tinggi untuk turut serta membantu pengembangan perusahaan di masa depan

b) Dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan dituntut oleh banyak pihak untuk dapat selalu meningkatkan kualitas kerja operasionalnya, seperti dalam hal pelayanan kepada pelanggan ataupun kepada para stakeholders lainnya, sistem pelaporan, dan aspek pengawasan. Dengan demikian akan tercipta suatu kondisi yang senantiasa memacu perusahaan dan seluruh karyawannya untuk dapat selalu memberikan hasil yang terbaik kepada para stakeholdersnya. Bila kondisi ini tercapai, maka perusahaan dari waktu ke waktu akan menjadi lebih baik dalam menyajikan produknya sehingga akan membuka peluang untuk pengembangan operasi selanjutnya. Banyak perusahaan yang mampu mempertahankan kelangsungan usahanya dalam waktu yang sangat panjang dengan menjadi perusahaan publik.

3) Melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain dengan pembiyaan melalui penerbitan saham baru.

Pengembangan usaha melalui merger atau akuisisi merupakan salah satu cara yang cukup banyak diminati untuk mempercepat pengembangan skala usaha perusahaan. Saham perusahaan publik yang diperdagangkan di bursa memiliki nilai pasar tertentu. Dengan demikian, bagi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di bursa, pembiayaan untuk merger atau akuisisi dapat lebih mudah dilakukan yaitu melalui penerbitan saham baru sebagai alat pembiayaan merger atau akuisisi tersebut.

4) Peningkatan Kemampuan Going Concern

Kemampuan going concern bagi perusahaan adalah kemampuan untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi apapun termasuk dalam kondisi yang dapat mengakibatkan bangkrutnya perusahaan, seperti terjadinya kegagalan pembayaran hutang kepada pihak ketiga, perpecahan di antara para pemegang saham pendiri, atau bahkan karena adanya perubahan dinamika pasar yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk tetap dapat bertahan di bidang usahanya.


(43)

5) Meningkatkan Citra Perusahaan

Dengan go public suatu perusahaan akan selalu mendapat perhatian media dan komunitas keuangan. Hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut mendapat publikasi secara cuma-cuma, sehingga dapat meningkatkan citranya. Peningkatan citra tersebut tentunya akan memberikan dampak positif bagi pengembangan usaha di masa depan. Hal ini sangat dirasakan oleh banyak perusahaan yang berskala kecil menengah karena dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, citra mereka menjadi setara dengan banyak perusahaan besar yang telah memiliki skala bisnis yang besar dan pengalaman historis yang lama.

6) Meningkatkan Nilai Perusahaan

Dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, setiap saat dapat diperoleh valuasi terhadap nilai perusahaan. Setiap peningkatan kinerja operasional dan kinerja keuangan umumnya akan mempunyai dampak terhadap harga saham di Bursa, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.

Konsekuensi yang dihadapi perusahaan yang go public diantaranya: 1) Berbagi Kepemilikan

Hal ini dapat diartikan bahwa prosentase kepemilikan akan berkurang. Banyak perusahaan yang hendak go public merasa enggan karena khawatir akan kehilangan kontrol/kendali perusahaan. Sebenarnya hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena jumlah minimum saham yang dipersyaratkan untuk dijual kepada publik melalui proses Penawaran Umum (Initial Public Offering/IPO) tidak akan mengurangi kemampuan pemegang saham pendiri untuk tetap dapat mempertahankan kendali perusahaan.

2) Mematuhi Peraturan Pasar Modal yang Berlaku

Pasar modal memang menerbitkan berbagai peraturan. Namun semua ketentuan tersebut pada dasarnya justru akan membantu perusahaan untuk dapat berkembang dengan cara yang baik di masa mendatang. Para pemegang saham, pendiri dan manajemen perusahaan tidak perlu khawatir dengan berbagai pemenuhan peraturan tersebut karena cukup banyak pihak profesional yang dapat dimanfaatkan jasanya untuk membantu.


(44)

28 3.1.4 Kinerja Keuangan

Menurut Syamsuddin (2004), terdapat beberapa cara yang dapat digunakan di dalam menganalisa keadaan keuangan perusahaan, tetapi analisa dengan menggunakan rasio merupakan hal yang sangat umum dilakukan dimana hasilnya akan memberikan pengukuran relatif dari operasi perusahaan. Data pokok sebagai input dalam analisis rasio ini adalah laporan rugi-laba dan neraca perusahaan. Kedua laporan ini akan dapat ditentukan sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini dapat digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan. Rasio keuangan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu

1) Rasio likuiditas dan aktivitas,

Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenan dengan keadaan seluruh keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Terdapat tiga cara penting dalam pengukuran tingkat likuiditas diantaranya:

a) Net working capital, cara ini digunakan untuk menghitung kelebihan aktiva lancar di atas utang lancar.

b) Current ratio, cara ini digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia.

c) Acid test ratio, cara ini digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban atau utang lancar dengan aktiva yang lebih likuid.

2) Utang

Jumlah utang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman dapat berupa utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Pada umumnya perusahaan memiliki pinjaman jangka panjang yang lebih besar dibandingkan dengan pinjaman jangka pendek. Pengukuran tingkat utang didasarkan pada


(45)

data yang berasal dari neraca perusahaan. Rasio yang digunakan pada pengukuran ini yaitu,

a) Debt ratio, cara ini digunakan untuk mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur.

b) The debt equity ratio, cara ini digunakan untuk menghitung perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.

c) The debt to total capitalization, cara ini digunakan untuk mengukur beberapa bagian utang jangka panjang yang terdapat di dalam modal jangka panjang perusahaan.

3) Profitabilitas

Terdapat beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan di mana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat pendapatan dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Rasio yang digunakan pada pengukuran ini yaitu,

a) Gross profit margin, cara ini digunakan untuk membandingkan tingkat laba kotor dengan volume penjualan.

b) Operating profit margin, cara ini digunakan untuk membandingkan tingkat laba operasi dengan volume penjualan.

c) Net profit margin, cara ini digunakan untuk membandingkan laba bersih sesudah pajak dengan volume penjualan.

d) Total assets turn over, cara ini digunakan untuk mengukur berapa kali total aktiva perusahaan menghasilkan volume penjualan.

e) Return on investment/assets, cara ini digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva perusahaan.

f) Return on equity, cara ini digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan.

g) Return on common stock, cara ini digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan bagi pemegang saham biasa.


(46)

30 h) Earning per share, cara ini digunakan untuk mengukur jumlah

pendapatan per lembar saham biasa.

i) Dividend per share, cara ini digunakan untuk menghitung jumlah pendapatan yang dibagikan (dalam bentuk dividen) untuk setiap lembar saham biasa.

j) Book value per share, cara ini digunakan untuk menghitung nilai atau harga buku saham biasa yang beredar.

Langkah awal dan yang terpenting agar mendapatkan saham yang menguntungkan adalah mengetahui kinerja perusahaan. Dengan mengetahui kinerja perusahaan penerbit saham (emiten) dapat dianalisa kemampuan emiten memberikan pendapatan bagi pemegang sahamnya. Salah satu cara popular untuk mengetahui kinerja emiten adalah menganalisa rasio keuangan (Sulistyastuti, 2002).

Menurut Samsul (2006) rasio keuangan terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio profitbilitas. Apabila ingin menetahui kekuatan manajemen maka rasio likuiditas (Cash Ratio, Acid Test Ratio, dan

Current Ratio), rasio aktivitas (Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan) dan rasio solvabilitas (Debt to Equity, Long term Debt to Equity, dan Debt to Total Assets) harus dianalisis sedangkan jika ingin menilai kinerja perusahaan maka rasio profitabilitas (Return on Equity, Return on Assets, dan Return on Investment) harus diperhatikan. Selain menganalisis rasio keuangan, pengukuran kinerja saham juga dapat dianalisis melalui beberapa metode sesuai dengan keperluan analisis seperti Earning per Share (EPS), dividend yield, Price Earning Ratio dan Dividend Discount Model. EPS merupakan metode pengukuran kinerja saham yang paling sederhana. EPS menceminkan pendapatan per lembar saham yang diperoleh dari laba bersih setelah pajak dibagi jumlah saham yang diterbitkan(Sulistyastuti, 2002).

3.1.5 Bursa Efek

Menurut buku Panduan Go Public yang di terbitkan pada tahun 2007 oleh otoritas Bursa Efek Indonesia, Bursa efek adalah pihak ynag menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk perdagangan efek. Bursa efek sebenarnya sama dengan pasar-pasar lainnya yaitu tempat dimana bertemunya


(47)

penjual dan pembeli. Hanya saja, di bursa efek yang diperdagangkan adalah efek-efek (surat berharga). Pemegang saham dari bursa efek-efek adalah para pialang (broker) anggota bursa efek bersangkutan yang telah memperoleh izin usaha sebagai perantara pedagang efek. Bursa efek memiliki peran yaitu:

1) Menyediakan semua sarana perdagangan efek (fasilitator) 2) Membuat peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa 3) Mengupayakan likuiditas instrument

4) Mencegah praktik-praktik yang dilarang di bursa (kolusi, pembetukan harga yang tidak wajar, insider trading, dsb)

5) Meyebarluaskan informasi bursa (transparansi) 6) Menciptakan instrumen dan jasa baru

Selain memiliki peran, bursa efek juga memiliki kewajiban yaitu: 1) Menyerahkan laporan kegiatannya kepada BAPEPAM-LK

2) Menetapkan peraturan mengenai keanggotaan, pencatatan, perdagangan, kesepadanan efek, kliring dan penyelesaian transaksi bursa, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan bursa

3) Memiliki satuan pemeriksa 3.1.6 Pengertian Saham

Investasi yang paling banyak dikenal dan dipilih oleh para investor karena memberikan banyak keuntungan adalah saham. Saham merupakan sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Pemegang saham memiliki hak pengakuan untuk memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan sesuai dengan proporsi modal yang ditanamkan di dalam perusahaan tersebut (Puspopranoto, 2004).

Menurut buku Panduan Go Public yang di terbitkan pada tahun 2007 oleh otoritas Bursa Efek Indonesia, terdapat dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham antara lain:

1) Dividen, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Dividen tersebut diberikan perusahaan setelah tercapai persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Pemodal harus memegang saham dalam kurun waktu yang relatif lama hingga pemegang saham tersebut diakui sebagai pemegang saham yang


(1)

DAFTAR PUSTAKA

[BEI] Bursa Efek Indonesia. 2009. IDX Statistics 2009. Jakarta: Bursa Efek Indonesia

[BEI] Bursa Efek Indonesia. 2010. Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia 2010. Jakarta: Bursa Efek Indonesia

[BEJ] Bursa Efek Jakarta. 2007. Panduan Go Public. Jakarta: Bursa Efek Jakarta Chiraphadhanakul V, Gunawardana KD. 2005. The factors affecting on IPO

return in Thai Stock Market. Proceedings of the International Conference on Computer and Industrial Management.

Durukan MB. 2002. The Relationship Between IPO Returns and Factors Influencing IPO Performance: Case of Istambul Stock Exchange, Managerial Finance 28: 18-38

Febriana D. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham Perusahaan Go Public di BEJ (2000-2002) [skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia

Harmono. 2009. Manajemen Keuangan: Berbasis Balanced Scorehard. Jakarta. Bumi Aksara

Iman GM. 2008. Analisis Kinerja Saham Perusahaan Agribisnis Peternakan di PT Bursa Efek Indonesia (periode Januari 2003-Desember 2007) [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Juma’atin D. 2006. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Initial Return dan Return 15 Hari Setelah IPO di Bursa Efek Jakarta [skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia

Ongkowijaya I. 2008. Analisis Faktor - faktor yang Mempengaruhi Kinerja Jangka Panjang Saham - saham Agribisnis Pasca IPO 2000 – 2005 [tesis]. Bogor: Pascasarjana Manajemen dan Bisnis, Institut Pertanian Bogor. Puspopranoto S. 2004. Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan: Konsep, Teori,

dan Realita. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia

Ritter JR. 1998. Initial Public Offerings. Contemporary Finance Digest Vol. 2, No. 1 (Spring 1998), pp. 5-30

Samsul M. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Surabaya. Penerbit Erlangga

Sulistyastuti DR. 2002. Saham dan Obligasi: Ringkasan Teori dan Soal Jawab. Yogyakarta. Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Syamsuddin L. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada


(2)

106 Zumaili S. 2008. Analisis Saham Sub Sektor Peternakan dan Pakan Ternak di PT

Bursa Efek Jakarta (periode Januari 2003-Desember 2003) [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.


(3)

(4)

108 Lampiran 1. Perusahaan Agribisnis yang Melakukan initial Public Offering Tahun 2000-2008

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

No Nama Perusahaan Kode

Emiten Berdiri Listing Underwriter

1 Bisi International Tbk BISI 1 Janurai 1983 28 Mei 2007 PT Indopremir Securities 2 Gozco Plantations Tbk GZCO 10 Agustus 2001 15 Mei 2008 PT CLSA Indonesia

PT Semesta Indovest

3 Sampoerna Agro Tbk SGRO 7 Juni 1993 18 Juni 2007 PT Danareksa Sekuritas

4 Tunas Baru Lampung Tbk TBLA 22 Desember 1973 14 Februari 2000 PT BNI Securities PT Mandiri Sekuritas PT CIMB Niaga Securities 5 Central Proteinaprima Tbk CPRO 30 April 1980 28 Nopember 2006 PT Danatama Makmur 6 Dharma Samudera Fishing Industries Tbk DSFI 2 Oktober 1973 24 Maret 2000 PT Trimegah Securities Tbk 8 Bumi Teknokultura Unggul Tbk BTEK 6 Juni 2001 14 Mei 2004 PT Inovasi Utama Sekurindo

PT Meridian Capital Indonesia 9 Malindo Feedmill Tbk MAIN 10 Juni 1997 10 Februari 2006 PT CIMB-GK Securities Indonesia 10 Anugerah Tambak Perkasindo Tbk ATPK 12 Januari 1988 4 April 2002 PT Usaha Bersama Sekuritas 11 FKS Multi Agro Tbk FISH 27 Juni 1992 18 Januari 2002 PT Bhakti Capital Indonesia Tbk 12 Wahana Phonix Mandiri Tbk WAPO 7 Agustus 1993 22 Juni 2001 PT Pridana Futura Centra Investama


(5)

Lampiran 2. Kinerja Perusahaan Agribisnis Pada Saat Initial Public Offering Tahun 2000-2008 Kode

Emiten IR

Ukuran Perusahaan (Rp) DAR (%) DER (%) ROA (%) ROE (%) OP (%) Umur (tahun) Under writer

ATPK 0,22 63.759.320.000 11,40 12,87 1,56 1,76 33,00 14 0

TBLA 0,09 620.442.000.000 78,27 361,48 6,08 28,08 41,24 27 0

FISH 0,28 42.101.970.000 3,28 3,39 2,10 2,17 16,67 10 1

BTEK 0,68 80.184.773.290 0,36 0,36 0,56 0,56 13,04 3 0

WAPO 1,89 61.148.000.000 37,60 60,62 7,03 11,33 38,46 8 0

DSFI 0,28 103.960.000.000 67,30 205,78 1,86 5,69 28,57 27 1

BISI 0,55 534.262.000.000 50,33 123,61 11,37 27,92 30,00 24 0

GZCO 0,22 1.018.105.800.000 47,21 94,93 2,53 5,10 30,00 7 0

MAIN 0,28 314.028.000.000 66,33 197,03 14,99 44,51 17,99 9 1

SGRO 0,08 615.444.000.000 33,09 49,89 18,31 27,60 24,41 14 1


(6)

110 Lampiran 3. Harga Penawaran dan Harga Penutupan

Nama Emiten IPO Price

(Rp)

Closing price (Rp)

Bisi International Tbk 200 310

Gozco Plantations Tbk 225 275

Sampoerna Agro Tbk 2340 2525

Tunas Baru Lampung Tbk 2200 2400

Central Proteinaprima Tbk 110 185

Dharma Samudera Fishing Industries Tbk 900 1150

Bumi Teknokultura Unggul Tbk 125 210

Malindo Feedmill Tbk 880 1130

Anugerah Tambak Perkasindo Tbk 300 365

FKS Multi Agro Tbk 125 160