Sejarah Pasar Modal Indonesia

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Sejarah Pasar Modal Indonesia

Secara historis, pasar modal sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal pertama tersebut diberi nama Vereniging Voor De Effecten. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Pada tahun 1914 hingga 1918 bursa efek di Batavia ditutup karena terjadi Perang Dunia I dan dibuka kembali pada tahun 1925. Pembukaan bursa efek di Batavia tersebut juga diikuti dengan pembukaan bursa efek baru di dua kota yaitu bursa efek di Semarang dan Surabaya. Bursa efek di Semarang dan Surabaya tidak bertahan lama, pada awal tahun 1939 kedua bursa efek tersebut ditutup karena adanya isu politik dan terjadinya Perang Dunia II. Perang Dunia II juga memaksa kegiatan di bursa efek Batavia ditutup kembali pada tahun 1942 hingga 1952. Setelah Perang Dunia II berakhir, pemerintah melakukan program nasionalisasi terhadap perusahaan- perusahaan milik Belanda. Hal tersebut membuat bursa efek menjadi semakin tidak aktif sehingga perdagangan di bursa efek tersebut menjadi vakum dari tahun 1952 hingga 1977. Pada 10 Agustus 1977, bursa efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. Bursa efek tersebut diberi nama Bursa Efek Jakarta BEJ. Pembukaan tersebut didasarkan pada Keputusan Presiden Keppres Republik Indonesia nomor 521976 dan dilanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan. Kegiatan di BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM Badan Pelaksana Pasar Modal. Tanggal pembukaan Bursa Efek Jakarta pada tanggal 10 Agustus ditetapkan menjadi hari ulang tahun pasar modal dan selalu diperingati setiap tahun oleh pelaku pasar modal. Pengaktifan kembali pasar modal tersebut juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. Perdagangan di bursa efek sangat lesu sejak dibuka kembali pada tahun 1977 hingga 1987. Jumlah emiten pada tahun 1987 hanya mencapai 24 perusahaan. Sedikitnya jumlah emiten 40 pada saat itu disebabkan oleh penentuan harga perdana harus mendapat persetujuan dari Bapepam, calon emiten harus untung dan membagi dividen selama lima tahun berturut-turut, fluktuasi harga saham dibatasi empat persen per hari, bunga deposito dibebaskan dari pajak dan investor asing tidak diperbolehkan melakukan investasi di pasar modal. Pada tahun 1987 aktivitas perdagangan di bursa efek mulai meningkat. Hal tersebut ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 PAKDES 87 yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. Selain itu, pada 1988 paket deregulasi dibidang perbankan dan pasar modal diluncurkan dan pintu BEJ sudah terbuka untuk asing. Setahun kemudian, pada 1989 pemerintah membuka Bursa Paralel Indonesia. Bursa tersebut merupakan bursa yang ditujukan untuk perusahaan-perusahaan yang masih belum memenuhi syarat untuk terdaftar di bursa utama. Pada tahun yang sama Bursa Efek Surabaya BES mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. Bursa Efek Jakarta mengalami swastanisasi pada 13 Juli 1992. Tanggal tersebut juga dijadikan sebagai hari ulang tahun Bursa Efek Jakarta. Selain itu, Bapepam juga berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Peningkatan aktivitas transaksi perdagangan membuat pengelola Bursa Efek Jakarta membuat suatu sistem otomasi perdagangan. Sistem otomasi tersebut beroperasi pada 22 Mei 1995 dan diberi nama sistem komputer JATS Jakarta Automated Trading Systems. Pada tahun yang sama Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. Untuk memudahkan transaksi perdagangan BEJ mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh remote trading di tahun 2002. Pada tahun 2007 dibuat suatu kebijakan dengan melakukan penggabungan Bursa Efek Surabaya BES dan Bursa Efek Jakarta BEJ. Penggabungan tersebut merubah nama kedua bursa efek tersebut menjadi Bursa Efek Indonesia BEI dan juga lebih mengefektifkan aktivitas perdagangan. Penggabungan tersebut menghasilkan banyak inovasi baru untuk melakukan aktivitas perdagangan. 5.2 Instrumen di Pasar Modal Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek. Efek yang berupa surat berharga tersebut berupa saham, obligasi, derivatif dan reksadana. 41 1 Saham Saham stock merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham. 2 Obligasi Obligasi adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada masyarakat yaitu diatas tiga tahun. Pihak yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi bondholder dan pemegang obligasi akan menerima kupon sebagai pendapatan dari obligasi yang dibayarkan setiap 3 atau 6 bulan sekali. Pada saat pelunasan obligasi oleh perusahaan, pemegang obligasi akan menerima kupon dan pokok obligasi. Surat Utang yang tercatat di Bursa Efek Indonesia terdiri dari : a Obligasi Korporasi adalah obligasi yang di terbitkan oleh Perusahaan Swasta Nasional termasuk BUMN dan BUMD. b Surat Utang Negara adalah Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah sesuai Undang-Undang No. 24 Tahun 2002, terdiri dari Obligasi Negara termasuk Obligasi Negara RetailORI dan Surat Perbendaharaan Negara SPN. c Sukuk Korporasi adalah instrumen berpendapatan tetap yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan BapepamLK Np. IX.A.13 tentang Efek Syariah. Pendapatan Sukuk Korporasi berdasrkan Akad- akad yang tertuang dalam ketentuan BapepamLK tentang Akad-akad Efek Syariah. d Surat Berharga Syariah NegaraSBSN atau Sukuk Negara adalah Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah yang berdasarkan Syariah 42 Islam sesuai dengan Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara SBSN. e Efek Beragun Aset EBA adalah Efek bersifat utang yang diterbitkan dengan Underlying Aset sebagai dasar penerbitan. 3 Reksa dana Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu Reksa dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat 27 didefinisikan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. terdapat tiga hal yang terkait dari definisi tersebut yaitu, adanya dana dari masyarakat pemodal, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek, dan dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dengan demikian, dana yang ada dalam Reksa dana merupakan dana bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut. 4 Derivatif Efek derivatif merupakan efek turunan dari efek utama baik yang bersifat penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan langsung dari efek utama maupun turunan selanjutnya. Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain tersebut disebut sebagai underlying assets. Dalam pengertian yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak finansial antara dua atau lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual assetscommodities yang dijadikan sebagai obyek yang diperdagangkan pada waktu dan harga yang merupakan kesepakatan bersama antara pihak penjual 43 dan pihak pembeli. Adapun nilai di masa mendatang dari obyek yang diperdagangkan tersebut sangat dipengaruhi oleh instrumen induknya yang ada dispot market. Derivatif yang terdapat di Bursa Efek Indonesia adalah derivatif keuangan financial derivative. Derivatif keuangan merupakan instrumen derivatif, di mana variabel-variabel yang mendasarinya adalah instrumen-instrumen keuangan, yang dapat berupa saham, obligasi, indeks saham, indeks obligasi, mata uang currency, tingkat suku bunga dan instrumen-instrumen keuangan lainnya. Instrumen-instrumen derivatif sering digunakan oleh para pelaku pasar pemodal dan perusahaan efek sebagai sarana untuk melakukan lindung nilai hedging atas portofolio yang mereka miliki.

5.3 Sektor Perusahaan di Bursa Efek Indonesia