Tujuan Manfaat Analisis kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering di Bursa Efek Indonesia

8 melakukan initial public offering, tetapi makin lama return tersebut akan mulai berkurang. Keadaan sebaliknya yaitu under performed, keadaan tersebut terjadi ketika harga saham setelah initial public offering lebih rendah dari harga perdananya. Hal tersebut terjadi pada PT Indofarma Tbk dimana harga saham perdana perusahaan tersebut ditawarkan sebesar Rp 250 dan pada saat penutupan harga saham turun menjadi Rp 230. Penurunan tersebut menunjukan perusahaan menghasilkan initial return yang bernilai negatif yaitu sebesar -8. Nilai initial return perusahaan yang bernilai negatif tersebut berpengaruh terhadap kinerja harga saham PT Indofarma Tbk yang terus megalami penurunan setelah initial public offering. Perusahaan yang berada pada keadaan under performed akan mengalami masa sulit pada awal go public karena harga saham sangat sulit untuk naik melewati harga initial public offering. Keadaan yang jarang terjadi pada perusahaan yang Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia yaitu balance performance. Balance performed terjadi jika harga saham setelah melakukan initial public offering tidak mengalami perubahan. Kondisi balance performed hanya terjadi pada hari-hari awal perusahaan setelah initial public offering dan setelah itu akan terjadi kenaikan atau penurunan harga saham. Hal tersebut terjadi pada PT Bank Central Asia Tbk dimana harga Initial Public Offering perusahaan tersebut tidak mengalami perubahaan pada hari pertama penawaran. Berdasarkan uraian diatas, timbul pertanyaan mengenai analisis kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering di bursa efek indonesia. Pertanyaan yang menjadi perumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan

Berdasarkan uraian perumusan permasalahan, tujuan dari penelitian ini adalah: 1 Mendeskripsikan proses initial public offering perusahaan sektor agribisnis di Bursa Efek Indonesia. 9 2 Menganalisis kinerja perusahaan agribisnis pada saat melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia. 3 Menganalisis initial return sebagai indikator kinerja saham sektor agribisnis.

1.4 Manfaat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada: 1 Bagi perusahaan agribisnis, sebagai tambahan informasi tentang faktor-faktor yang menentukan kinerja initial public offering saham sektor agribisnis di bursa efek Indonesia sehingga harga initial public offering perusahaan agribisnis tidak jatuh. 2 Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan pembelian saham pada perusahaan sektor agribisnis. 3 Bagi penelitian lanjutan, sebagai referensi untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang menentukan kinerja initial public offering saham sektor agribisnis di Bursa Efek Indonesia. II. TINJAUAN PUSTAKA Setiap perusahaan memerlukan modal untuk menjalankan proses operasional perusahaannya tidak terkecuali perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis. Namun, setiap perusahaan termasuk perusahaan sektor agribisnis sering mengalami masalah dalam memperoleh modal tersebut sehingga pemilik perusahaan tidak mampu untuk mengembangkan perusahaannya baik dari sisi sumberdaya maupun teknologi. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh oleh perusahaan agribisnis untuk memperoleh sumber modal selain mengandalkan hasil produksi perusahaan yaitu dengan cara menjual surat berharga perusahaan kepada investor salah satunya yaitu menjual saham di pasar modal. Perusahaan agribisnis yang akan menjual sahamnya kepada investor umum harus merubah status perusahaannya terlebih dahulu dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka go public. Perusahaan agribisnis yang telah go public akan terbantu dalam memperoleh sumber pendanaan baru sehingga pemilik perusahaan dapat lebih mengembangkan perusahaannya dari berbagai aspek seperti pengembangan teknologi dan sumber daya. Pada perusahaan agribisnis pengembangan teknologi dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan hasil produksi perusahaan sehingga perusahaan agribisnis tersebut dapat meningkatkan keuntungannya dan memperluas jangkauan usahanya. Setiap perusahaan yang baru pertama kali melakukan go public akan melalui proses yang disebut dengan penawaran umum perdana initial public offering di pasar modal. Pada proses tersebut perusahaan menawarkan saham perdananya kepada investor. Jumlah saham yang ditawarkan perusahaan kepada publik disesuaikan berdasarkan kesepakatan pimpinan di perusahaan tersebut, sedangkan untuk harga saham yang ditawarkan pada saat initial public offering diperoleh dari kesepakatan antara perusahaan dan penjamin emisi. Perusahaan agribisnis yang melakukan initial public offering akan mendapatkan return dari aktivitasnya tersebut. Initial public offering return merupakan salah satu daya tarik pada setiap pasar modal karena initial public offering memiliki porsi terbesar dalam investasi, rata-rata tingkat pengembalian cukup tinggi dan keuntungan yang diperoleh perusahaan berupa initial return tersebut tidak terkena pajak. Meskipun initial public offering tersebut menjanjikan keuntungan yang besar, tapi tetap 11 memiliki risiko kerugian. Kerugian terjadi pada saat harga pada saat penawaran perdana mengalami penurunan dimana harga penutupan pada hari pertama initial public offering lebih rendah jika dibandingkan dengan harga penarwarannya kepada publik . Hal tersebut dapat berdampak pada turunnya nilai initial return dari perusahaan sehingga kejadian tersebut menunjukan kinerja initial public offering dari perusahaan agribisnis tersebut rendah. Penyebab terjadinya penurunan tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Topik mengenai kinerja initial public offering diangkat dalam penelitian Durukan 2002, Chiraphadhanakul dan Gunawardana 2005 serta Juma’atin 2006. Ketiga penelitian tersebut menetapkan bahwa initial return yang diperoleh perusahaan pada hari pertama initial public offering sebagai tolak ukur dalam menentukan kinerja initial public offering. Initial return tersebut merupakan persentase dari selisih harga saham pada penutupan hari pertama dengan harga penawaran perdana. Perusahaan yang memiliki initial return yang bernilai positif menunjukan perusahaan tersebut berhasil dalam melakukan initial public offering dengan banyaknya jumlah saham yang dibeli oleh investor, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai initial return negatif menunjukan perusahaan tersebut gagal dalam melakukan initial public offering karena harga saham turun karena hanya sedikit saham yang dapat dijual kepada investor. Perusahaan yang sukses dalam melakukan initial public offering menandakan kinerja dari perusahaan tersebut sangat baik dalam menawarkan saham perdana perusahaan tersebut kepada publik karena harga saham pada penutupan di hari pertama initial public offering lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga penawaran perdana. Pada kondisi tersebut perusahaan memperoleh keuntungan maksimal sehingga dengan keuntungan tersebut perusahaan dapat lebih mengembankan usahanya. Kondisi sebaliknya, perusahaan yang gagal melakukan initial public offering menandakan kinerja dari perusahaan tersebut kurang baik dalam melakukan penawaran saham perdana sehingga perusahaan tidak dapat meraih keuntungan yang diharapakan. Pada kondisi tersebut harga saham pada penutupan di hari pertama initial public offering lebih rendah jika dibandingkan dengan harga penawaran. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya investor yang membeli saham perusahaan tersebut. 12 Selain initial return terdapat juga istilah return yang dapat dijadikan sebagai pengukur kinerja saham suatu perusahaan. Return dan initial return memiliki pengertian yang sama yaitu keuntungan yang diperoleh perusahaan setelah melakukan perdagangan. Istilah initial return muncul pada saat perusahaan baru telah melakukan initial public offering. Sedangkan return merupakan pengembalian pada perusahaan yang melakukan perdagangan di bursa efek dan merupakan perusahaan lama. Return diperoleh dari selisih harga saham penutupan pada periode saat ini dengan harga saham penutupan pada periode sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Zumaili 2005 menggunakan return dalam menetukan kinerja suatu perusahaan agribisnis peternakan pada periode Januari 2003-Desember 2003. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa terdapat perusahaan peternakan yang memperoleh return negatif. Hal tersebut menunjukan bahwa kinerja keuangan perusahaan tersebut masih rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Durukan 2002, Chiraphadhanakul dan Gunawardana 2005 serta Juma’atin 2006 menggunakan beberapa variabel yang sama untuk mengetahui variabel apa yang menentukan kinerja dari initial return dari suatu perusahaan. Beberapa variabel yang sama tersebut diantaranya ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan rasio utang. Variabel yang sama ditemukan pada penelitian yang dilakukan Iman 2008 dalam menetukan kinerja saham pada perusahaan agribisnis sektor peternakan. Variabel ukuran perusahaan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi calon investor dalam membeli saham suatu perusahaan. Perusahaan yang besar biasanya telah banyak dikenal oleh calon investor sehingga calon investor dapat lebih mudah dalam memperoleh informasi mengenai kondisi perusahaan. Selain itu, perusahaan besar juga memiliki prospek kedepan yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan dengan ukuran kecil. Variabel umur perusahaan menunjukkan sudah berapa lama perusahaan tersebut telah beroperasi. Perusahaan yang telah berdiri sejak lama telah memiliki banyak pengalaman bersaing di pasar. Umur perusahaan yang lama tersebut juga menunjukan kemampuan bertahan perusahaan yang tinggi di pasar. Kemampuan perusahaan bertahan lama di pasar tersebut dapat meningkatkan kepercayaan calon investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Variabel rasio utang merupakan perbandingan antara jumlah kewajiban perusahaan dengan 13 jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan. Bagi calon investor, informasi mengenai rasio utang tersebut dapat memberikan gambaran mengenai besarnya penggunaan kewajiban yang digunakan perusahaan untuk membiayai aktiva yang dimiliki perusahaan. Nilai rasio utang yang tinggi menunjukkan semakin besar penggunaan kewajiban untuk membiayai aktiva perusahaan sehingga perusahaan memiliki risiko gagal yang besar dalam mengembalikan pinjaman. Selain variabel-variabel tersebut, Durukan 2002 dan Juma’atin 2006 juga mengukur variabel offering price. Variabel offering price merupakan porsi saham yang akan diberikan perusahaan kepada publik. Semakin besar porsi saham yang ditawarkan perusahaan kepada publik akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan memperoleh keuntungan pada saat melakukan initial public offering. Chiraphadhanakul dan Gunawardana 2005 serta Juma’atin 2006 juga mengukur Return on Asset sebagai indikator penentu kinerja initial return perusahaan. Return on Asset merupakan ukuran profitabilitas perusahaan yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva perusahaan. Return on Asset perusahaan yang tinggi menunjukkan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan dari segi penggunaan asset. Pada penelitian yang dilakukan oleh Durukan 2002, Chiraphadhanakul dan Gunawardana 2005 serta Juma’atin 2006, analisis data yang digunakan untuk mengetahui keterkaitan antar initial return dan variabel-variabel penentu kinerja perusahaan pada saat initial public offering yaitu dengan menggunakan analsis regresi berganda. Analisis regresi berganda tersebut digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel independent variabel bebas terhadap variabel dependent terikat. Pada ketiga penelitan tersebut, variabel dependent yaitu initial return sedangkan variabel independent terdiri dari ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan rasio utang. Meskipun menggunakan metode analisis yang sama dan memiliki beberapa variabel yang sama tetapi hasil yang diperoleh dari ketiga penelitian tersebut menunjukan hasil yang berbeda. Pada penelitian yang dilakukan oleh Durukan 2002 dan Juma’atin 2006 diperoleh bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return. Hasil yang berbeda didapatkan oleh Chiraphadhanakul dan Gunawardana 2005, 14 dimana terdapat pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap initial return. Variabel dependent lainnya yaitu umur perusahaan Chiraphadhanakul dan Gunawardana 2005 serta Juma’atin 2006 pada penelitiannya tidak menemukan pengaruh yang signifikan antara umur perusahaan dengan initial return. Pada penelitian yang dilakukan oleh Durukan 2002, Chiraphadhanakul dan Gunawardana 2005 serta Juma’atin 2006 diperoleh hasil yang sama yaitu variabel rasio utang perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap initial return. Variabel offering price yang diteliti Durukan 2002 dan Juma’atin 2006 menghasilkan hasil yang berbeda dimana pada penelitian Durukan 2002 offering price berpengaruh signifikan terhadap initial return sedangkan penelitian Juma’atin 2006 menunjukan hasil yang sebaliknya. Sedangkan Chiraphadhanakul dan Gunawardana 2005 serta Juma’atin 2006 yang meneliti variabel Return on Asset tidak menemukan pengaruh signifikan antara initial return dan Return on Asset. Perbedaan hasil yang diperoleh dari ketiga penelitian tersebut dapat terjadi karena ketiga penelitian tersebut berlokasi di negara yang berbeda, dimana setiap negara memiliki kebijakan, aturan dan kondisi perekonomian yang berbeda. Penelitian yang dilakukan Durukan 2002 berlokasi di Istambul Stock Exchange, Chiraphadhanakul dan Gunawardana 2005 berlokasi di Thailand Stock Exchange sedangkan Juma’atin 2006 dan Iman 2008 di Bursa Efek Jakarta sekarang Bursa Efek Indonesia. Selain itu periode pengambilan sampel juga dapat mempengaruhi hasil akhir dari penelitian. Berdasarkan studi yang dilakukan Durukan 2002, Chiraphadhanakul dan Gunawardana 2005, Zumaili 2005, Juma’atin 2006 dan Iman 2008 terdapat perbedaan kajian dan periode penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kajian yang dilakukan peneliti yaitu mengenai kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, periode waktu sampel yang digunakan peneliti yaitu selama sembilan tahun. Penggunaan periode sampel penelitian yang panjang diharapkan mampu menggambarkan bagaimana kinerja saham perusahaan sektor agribisnis pada saat initial public offering. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Struktur Modal