I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pasar modal dapat menjadi sarana alternatif dalam kegiatan investasi selain menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan. Pasar
modal merupakan pasar berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan. Instrumen jangka panjang yang diperdagangkan di pasar modal
berupa surat utang, ekuiti, reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya
1
. Dalam perekonomian modern, pasar modal di suatu negara seringkali dijadikan tolak ukur kemajuan perekonomian negara tersebut.
Proses transaksi komoditi modal berlangsung di sebuah pasar khusus yang disebut dengan bursa efek. Bursa efek berperan sebagai tempat bertemunya pihak
yang memiliki dana dengan pihak yang memerlukan dana dan produk yang diperdagangkan di tempat tersebut berupa surat-surat berharga efek. Bursa Efek
Indonesia BEI adalah tempat resmi untuk melakukan perdagangan efek di Indonesia. BEI terbentuk pada tahun 2007 dan merupakan penggabungan dari dua
bursa efek di Indonesia, yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pasar modal di Indonesia memiliki prospek yang sangat baik dan
menjanjikan. Hal tersebut terlihat dari membaiknya nilai Indeks Harga Saham Gabungan IHSG sejak tahun 1997 hingga 2009. Meskipun nilai IHSG
cenderung berfluktuatif pada tahun 1997 hingga 2009 tapi terjadi trend peningkatan pada nilai IHSG tersebut. Pada tahun 1997 hingga 2003, nilai IHSG
masih berada pada kisaran di bawah 1000 poin dimana nilai IHSG tertinggi terjadi pada tahun 2003 dengan nilai IHSG sebesar 691,895 poin dan terendah pada tahun
2001 dengan nilai IHSG sebesar 392,036 poin. Pada tahun 2004 hingga 2009 nilai IHSG menembus angka di atas 1000 poin dimana nilai IHSG tertinggi terjadi pada
tahun 2007 dengan nilai IHSG sebesar 2.745,826 poin dan terendah pada tahun 2004 dengan nilai IHSG sebesar 1.000,233 poin. Secara keseluruhan nilai IHSG
tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan nilai 2.745,826 poin dan terendah pada tahun 2001 dengan nilai 392,036 poin. Trend nilai IHSG yang meningkat pada
1
Bursa Efek
Indonesia. 2010.
Mengenal Pasar
Modal http:www.idx.co.idMainMenuEducationMengenalPasarModaltabid137langidIDlanguageid
IDDefault.aspx [16 Juni 2010]
2 tahun 1997 hingga 2009 juga diikuti dengan trend peningkatan jumlah perusahaan
yang go public di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1997 hingga 2000 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia masih berada di bawah 300 perusahaan
sedangkan pada tahun 2001 hingga 2009 jumlah perusahaan berada di atas 300 perusahaan. Jumlah perusahaan terbanyak yang go public terjadi pada tahun 2009
yaitu sebanyak 402 perusahaan sedangkan jumlah perusahaan go public paling sedikit terjadi pada tahun 1999 yaitu sebanyak 277 perusahaan Tabel 1.
Tabel 1 . Perkembangan Jumlah Emiten dan Indeks Harga Saham Gabungan PT
Bursa Efek Indonesia Tahun 1997-2009
Tahun Jumlah Emiten
Indeks Harga Saham Gabungan 1997
282 401,712
1998 288
398,038 1999
277 676,919
2000 287
416,321 2001
316 392,036
2002 331
424,945 2003
333 691,895
2004 331
1.000,233 2005
336 1.162,635
2006 344
1.805,523 2007
383 2.745,826
2008 396
1.355,408 2009
402 2.534,356
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010
Jumlah perusahaan yang memperoleh pernyataan efektif untuk menawarkan saham kepada masyarakat umum sampai dengan tahun 2009
sebanyak 402 emiten. Perusahaan tersebut terbagi menjadi
sembilan sekt or perusahaan diant aranya
pertanian 3,73, pertambangan 5,72, industri dasar 13,93, aneka industri 11,19, barang konsumsi 8,21, property 11,44,
infrastruktur 6,97, keuangan 17,16, dan perdagangan 21,64. Setiap perusahaan yang masih tertutup dapat memutuskan untuk
melakukan go public dengan menjual saham perusahaannya kepada masyarakat investor melalui pasar modal. Saham yang dijual kepada masyarakat tersebut
merupakan saham perdana. Proses dalam penjualan saham pertama kalinya tersebut disebut dengan penawaran umum perdana initial public offering.
Perusahaan yang melakukan initial public offering secara otomatis akan berubah status perusahaannya menjadi perusahaan terbuka dimana saham perusahaan
3 sekarang tidak hanya dimiliki pemilik lama tetapi juga oleh publik investor.
Perusahaan yang melakukan initial public offering akan memperoleh banyak manfaat dengan menjadi perusahaan terbuka salah satunya yaitu memperoleh
sumber pendanaan baru. Sumber pendanaan baru tersebut, dapat digunakan perusahaan untuk memperbaiki struktur modal perusahaan, kemudian untuk
mempermudah perusahaan dalam melakukan perluasan perusahaan dan untuk mengurangi beban utang perusahaan. Pada perusahaan yang bergerak di sektor
agribisnis, penawaran perdana tersebut dapat dimanfaatkan perusahaan untuk melakukan pengembangan teknologi di bidang agribisnis. Dengan pengembangan
teknologi tersebut akan meningkatkan produksi perusahaan sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan yang meningkat pula. Selain perusahaan, manfaat
penawaran umum tersebut dapat pula dirasakan oleh masyarakat umum investor yaitu dengan memiliki kesempatan untuk turut serta dalam kepemilikan saham
perusahaan Febriana, 2004. Perusahaan agribisnis yang memutuskan melakukan initial public offering
harus membuat suatu prospektus. Prospektus merupakan informasi tertulis yang berhubungan dengan penawaran umum dan bertujuan agar pihak lain membeli
efek yang ditawarkan. Dalam prospektus terdapat banyak informasi yang berhubungan dengan keadaan perusahaan yang melakukan penawaran umum.
Informasi dalam prospektus dapat membantu investor dalam membuat keputusan yang rasional mengenai resiko dan nilai saham yang ditawarkan perusahaan Kim
et al 1993, diacu dalam Umbara 2008 Harga saham pada saat initial public offering ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara perusahaan emiten dengan penjamin emisi underwriter. Peran penjamin emisi pada pasar perdana selain menentukan harga saham juga
melaksanakan penjualan saham kepada calon investor. Namun, perusahaan emiten seringkali menentukan harga saham yang dijual pada pasar perdana dengan
membuka penawaran harga yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan perusahaan menginginkan pemasukan dana semaksimal mungkin. Sedangkan underwriter
berusaha untuk meminimalkan resiko agar tidak mengalami kerugian akibat tidak terjualnya saham-saham yang ditawarkan. Cara yang dilakukan underwriter untuk
mencegah saham-saham emiten tidak laku adalah dengan melakukan perundingan
4 dengan emiten agar saham yang dijual tidak terlalu tinggi. Investor menginginkan
harga saham yang wajar dan berkualitas. Jika harga saham pada pasar perdana lebih rendah dibandingkan dengan harga saham pada pasar sekunder, maka akan
terjadi turunnya harga saham underpricing Umbara, 2008. Underpricing
merupakan kejadian yang sering terjadi pada saat suatu perusahaan melakukan initial public offering. Terjadinya underpricing mengakibatkan perusahaan tidak
dapat memperoleh keuntungan karena dana yang diperoleh dari proses initial public offering tidak maksimal dan cenderung dapat merugikan perusahaan.
Penyebab terjadinya underpricing yaitu adanya kondisi asimetri dimana penjamin emisi memiliki informasi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan pihak
perusahaan emiten sehingga penjamin emisi menggunakan ketidaktahuan perusahaan emiten tersebut untuk memperkecil resiko. Sebaliknya, jika harga
saham pada pasar perdana lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham pada pasar sekunder, maka akan terjadi peningkatan harga saham. Tingginya harga
saham yang dapat ditawarkan perusahaan agribisnis pada saat initial public offering mengakibatkan perusahaan tersebut memperoleh keuntungan yang
maksimal. Hal tersebut menunjukkan berhasilnya perusahaan agribisnis tersebut dalam melakukan initial public offering.
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 telah mengakibatkan beberapa sektor usaha di Bursa Efek Jakarta sekarang Bursa Efek
Indonesia menjadi terpuruk. Keterpurukan tersebut terjadi pada beberapa sektor diantaranya pertanian, aneka industri, pertambangan, properti dan real estate,
keuangan, dan perdagangan. Perusahaan yang memiliki indeks harga saham paling kecil adalah indeks harga saham pada sektor properti dan real estate.
Indeks harga saham sektor tersebut pada tahun 1998 tercatat sebesar 27,42 poin. Sedangkan perusahaan yang memiliki indeks harga saham tertinggi pada tahun
1998 adalah indeks harga saham pada sektor pertanian. Indeks harga saham sektor pertanian pada tahun 1998 tercatat sebesar 371,82 poin. Pada tahun 2008 ketika
terjadi krisis ekonomi global indeks harga saham sektor pertanian, aneka industri, pertambangan, properti dan real estate, keuangan, dan perdagangan mengalami
penurunan. Sektor pertambangan merupakan sektor yang mengalami penurunan indeks harga saham paling tinggi jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Pada
5 tahun 2008, sektor pertanian memiliki nilai indeks harga saham paling tinggi jika
dibandingkan dengan sektor lainnya yaitu sebesar 918,77 poin. Sektor yang paling rendah nilai indeks harga sahamnya yaitu sektor properti dan real estate. Indeks
harga saham sektor tersebut pada tahun 2008 sebesar 103,49 poin Tabel 2.
Tabel 2.
Pergerakan Indeks Sejumlah Sektor
Tahun Sektor
Pertanian Aneka
Industri Pertamba
ngan Properti
dan Real Estate
Keuangan Perdagan
gan 1997
397,16 95,01
173,92 72,00
64,57 69,98
1998 371,82
82,31 152,14
27,42 45,76
61,08 1999
278,52 134,88
182,19 55,81
58,00 202,64
2000 176,18
95,23 129,67
27,86 36,69
130,62 2001
119,05 73,48
118,84 26,97
36,69 111,28
2002 144,36
88,13 94,87
24,33 51,03
107,61 2003
182,83 124,59
332,62 42,11
78,84 142,10
2004 304,66
192,01 491,16
68,22 133,72
171,14 2005
493,45 204,67
604,57 64,12
131,48 196,18
2006 1.218,45
284,12 933,21
122,92 206,57
275,08 2007
2.754,76 477,35
3.270,09 251,82
260,57 392,24
2008 918,77
214,94 877,68
103,49 176,33
148,33 2009
1.753,09 601,47
2.203,48 146,80
301,42 275,76
Sumber: Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2010 diolah
Penelitian yang dilakukan oleh Saptono 2005, diacu dalam Ongkowijoyo 2008 yang menguji tentang peranan sektor agribisnis termasuk di dalamnya
sektor pertanian di Bursa Efek Jakarta pada masa krisis moneter membuktikan bahwa selama masa krisis dan pemulihan recovery, kinerja saham-saham
agribisnis menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan pasar saham secara umum. Kinerja saham-saham tersebut relatif stabil dan tidak terjadi
perbedaan yang signifikan baik pada masa pra krisis, krisis sampai dengan masa pemulihan. Pada tahun 2009 tercatat 15 perusahaan yang termasuk kedalam sektor
pertanian dan terbagi menjadi beberapa sub sektor diantaranya tanaman pangan, perkebunan, peternakan perikanan dan lainnya Tabel 3.
6
Tabel 3. Nama Emiten dan Sub Sektor Sektor Petanian
No Sub Sektor
Nama Emiten 1
Tanaman pangan Bisi International Tbk
2 Perkebunan
Astra Agro Lestari Tbk Bakrie Sumatra Plantations Tbk
BW Plantation Tbk Gozco Plantations Tbk
PP London Sumatera Tbk Sampoerna Agro Tbk
SMART Tbk Tunas Baru Lampung Tbk
3 Peternakan
Cipendawa Tbk Multibreeder Adirama Ind. Tbk
4 Perikanan
Central Proteinaprima Tbk Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
Inti Agri Resources Tbk 5
Lainnya Bumi Teknokultura Unggul Tbk
Sumber: IDX Statistics, 2009
1.2 Perumusan Masalah