6
Tabel 3. Nama Emiten dan Sub Sektor Sektor Petanian
No Sub Sektor
Nama Emiten 1
Tanaman pangan Bisi International Tbk
2 Perkebunan
Astra Agro Lestari Tbk Bakrie Sumatra Plantations Tbk
BW Plantation Tbk Gozco Plantations Tbk
PP London Sumatera Tbk Sampoerna Agro Tbk
SMART Tbk Tunas Baru Lampung Tbk
3 Peternakan
Cipendawa Tbk Multibreeder Adirama Ind. Tbk
4 Perikanan
Central Proteinaprima Tbk Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
Inti Agri Resources Tbk 5
Lainnya Bumi Teknokultura Unggul Tbk
Sumber: IDX Statistics, 2009
1.2 Perumusan Masalah
Pasar modal di Indonesia menunjukan pertumbuhan yang positif setiap tahunnya. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya nilai Indeks Harga Saham
Gabungan dan banyaknya perusahaan tertutup yang go public dengan melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang melakukan initial
public offering dibagi ke dalam sepuluh sektor perusahaan sesuai dengan bidang usahanya. Meskipun secara keseluruhan nilai Indeks Harga Saham Gabungan
bergerak naik dan jumlah perusahaan yang melakukan go public mengalami peningkatan dalam jumlah tetapi hal tersebut tidak diikuti dengan pergerakan
indeks harga saham yang positif di sejumlah sektor. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki indeks harga saham yang relatif stabil dan hanya
mengalami sedikit penurunan pada saat terjadi krisis moneter Indonesia tahun 1998 akan tetapi pada saat krisis global tahun 2008 mengalami penurunan yang
tajam dan kembali menguat pada tahun 2009. Hal tersebut terjadi karena perusahaan yang mengandalkan ekspor mengalami pelemahan ekspor, baik harga
maupun permintaan. Salah satu komoditi yang mengalami penurunan ekspor tersebut adalah minyak sawit mentah CPO
2
.
2
Alisjahbana AS.
23 Oktober
2008. Menyikapi
Krisis Global.
http:news.okezone.comread2008102358156695menyikapi-krisis-global [23
Januari
2011]
7 Perusahaan agribisnis khususnya di sektor pertanian yang telah melakukan
initial public offering di Bursa Efek Indonesia jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan sektor yang lainnya. Hal tersebut mengakibatkan saham
sektor tersebut belum mampu berperan lebih dalam membantu pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Indeks harga saham pada sektor pertanian saat ini masih
ditopang oleh perusahaan pada sub sektor perkebunan terutama oleh perusahaan penghasil minyak sawit mentah. Hal tersebut mengakibatkan saham perusahaan
pada sub sektor tersebut lebih diminati oleh investor karena dapat memberikan keuntungan yang besar.
Kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering berbeda. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan yaitu dengan menganalisa
kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan dapat dianalisa dengan menghitung rasio keuangan perusahaan. Rasio keuangan perusahaan yang dapat
dihitung dan dianalisa untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Pada saat
initial public offering, perusahaan agribisnis akan memperoleh initial return. Initial return tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur kinerja initial public
offering perusahaan. Initial return merupakan return hari pertama perusahaan setelah initial public offering. Setiap perusahaan termasuk perusahaan agribisnis
akan memiliki initial return yang berbeda pada saat melakukan initial public offering. Perusahaan-perusahaan tersebut akan menghadapi tiga kemungkinan,
yaitu out performed, balance performed, dan under performed
3
. Keadaan out performed terjadi jika harga saham setelah initial public offering lebih baik dari
harga perdananya. Hal tersebut terjadi pada PT Astra Agro Lestari Tbk dimana harga saham perdana perusahaan tersebut ditawarkan sebesar Rp 1.150 per lembar
saham dan pada saat penutupan hari pertama naik menjadi Rp 1.850 per lembar saham. Kenaikan tersebut menunjukan perusahaan memperoleh initial return
sebesar 60,8. Keadaan out performed lebih sering terjadi pada perusahaan yang baru melakukan initial public offering dan pada umumnya harga saham yang
menghasilkan return tinggi hanya terjadi pada tahun pertama perusahaan
3
Wahyudi S.
9 Juni
2003. Pengukuran
Return Saham
IPO. http:www.suaramerdeka.comharian030609eko9.htm [6 Januari 2011]
8 melakukan initial public offering, tetapi makin lama return tersebut akan mulai
berkurang. Keadaan sebaliknya yaitu under performed, keadaan tersebut terjadi ketika
harga saham setelah initial public offering lebih rendah dari harga perdananya. Hal tersebut terjadi pada PT Indofarma Tbk dimana harga saham perdana
perusahaan tersebut ditawarkan sebesar Rp 250 dan pada saat penutupan harga saham turun menjadi Rp 230. Penurunan tersebut menunjukan perusahaan
menghasilkan initial return yang bernilai negatif yaitu sebesar -8. Nilai initial return perusahaan yang bernilai negatif tersebut berpengaruh terhadap kinerja
harga saham PT Indofarma Tbk yang terus megalami penurunan setelah initial public offering. Perusahaan yang berada pada keadaan under performed akan
mengalami masa sulit pada awal go public karena harga saham sangat sulit untuk naik melewati harga initial public offering.
Keadaan yang jarang terjadi pada perusahaan yang Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia yaitu balance performance. Balance performed terjadi
jika harga saham setelah melakukan initial public offering tidak mengalami perubahan. Kondisi balance performed hanya terjadi pada hari-hari awal
perusahaan setelah initial public offering dan setelah itu akan terjadi kenaikan atau penurunan harga saham. Hal tersebut terjadi pada PT Bank Central Asia Tbk
dimana harga Initial Public Offering perusahaan tersebut tidak mengalami perubahaan pada hari pertama penawaran.
Berdasarkan uraian diatas, timbul pertanyaan mengenai analisis kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering di bursa efek indonesia.
Pertanyaan yang menjadi perumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering di Bursa Efek
Indonesia?
1.3 Tujuan