1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah akhir-akhir ini gencar melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak. Penentuan target penerimaan yang
sangat tinggi dan meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun merupakan salah satu sumber meningkatnya pajak. Berdasarkan Undang-
undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara sebesar-besarnya
untuk kemakmuran
rakyat. Pemanfaatan dana yang berasal dari pajak dicantumkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Begitu besarnya peran pajak dalam APBN, maka usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak terus
dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini merupakan tugas Direktorat Jenderal Pajak. Berbagai upaya dilakukan Direktorat Jenderal Pajak agar
penerimaan pajak maksimal, antara lain dengan cara perluasan subjek dan objek pajak, dengan menjaring Wajib Pajak baru. Berikut tabel peranan
pajak terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN pada tahun 2008 sampai 2014:
Tabel 1.1 Peran pajak terhadap APBN tahun 2008 sampai 2014
No Tahun Jumlah
dalam miliaran
Rupiah Presentase Pajak
terhadap APBN
APBN Pajak
1 2008
981.609,43 658.700,79
67.10 2
2009 848.763,24
619.922,17 73.04
3 2010
995.271,51 723.306,67
72.67 4
2011 1.210.599,65
873.873,89 72.19
5 2012
1.338.109,63 980.518,13
73.28 6
2013 1.438.891,07
1.077.306,68 74.71
7 2014
1.550.490,81 1.146.865,77
73.97 Sumber: Kementrian Keuangan Republik Indonesia tahun 2008 sampai
20014.
Meskipun usaha dalam pemaksimalan penerimaan pajak ini merupakan tugas Dirjen Pajak maupun petugas pajak, tetapi dalam hal ini
juga dibutuhkan peran aktif dari masyarakat Wajib Pajak itu sendiri. Perubahan sistem perpajakan dari official assesment system menjadi self
assesment system. Self assesment system merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan
sendiri besarnya pajak yang terutang. Dalam pelaksanaan Self assesment system juga membutuhkan kesadaran dari Wajib Pajak atas fungsi pajak
untuk pembiyaan keperluan negara dan sebagai warga negara tentunya Wajib Pajak tersebut sadar dan patuh dalam membayar pajak, guna
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam kaitanya dengan Wajib Pajak, kepatuhan dapat
didefinisikan sebagai perilaku Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakanya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Prilaku tersebut
sangatlah berhubungan dengan pengetahuan pajak. Pengetahuan tentang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peraturan perpajakan penting untuk menumbuhkan perilaku patuh, karena bagaimana mungkin Wajib Pajak disuruh patuh apabila mereka tidak
mengetahui bagaimana peraturan perpajakan, artinya bagaimana Wajib Pajak disuruh untuk menyerahkan SPT tepat waktu, jika mereka tidak tahu
kapan waktu jatuh tempo penyerahaan SPT. Dalam hal ini, Direktorat Jenderal Pajak mulai serius bekerja keras agar mendapatkan hasil yang
lebih baik guna meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak yang dapat di kontribusikan dalam penerimaan negara guna kesejahteraan masyarakat.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan rendahnya kepatuhan Wajib Pajak antara lain, kurangnya kualitas pelayanan dan konsultasi oleh
Account Representative yang kurang ramah dan jelas dalam penyampaian yang ditanyakan oleh Wajib Pajak, sehingga membuat Wajib Pajak
bingung dan pada akhirnya kurang patuh dalam membayar pajak. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak berusaha untuk meningkatkan
pelayanan yang berkualitas dan pemahaman perpajakan dengan cara memberikan
sosialisasi berupa
pengetahuan pajak
sekaligus pendampingan oleh Account Representative guna membantu Wajib Pajak
dalam hal menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa persepsi pengetahuan pajak, persepsi kualitas pelayanan dan persepsi konsultasi
oleh Account Representative merupakan komponen penting dalam peningkatan persepsi kepatuhan Wajib Pajak. Oleh sebab itu, penulis
meneliti hal tersebut untuk mengetahui seberapa besar hubungan persepsi pengetahuan pajak, persepsi kualitas pelayanan, persepsi konsultasi
Account Representative dengan persepsi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.
B. Rumusan Masalah