Dengan Hati karya Pauline Leander. Siswa mencatat hasil diskusi.
Siswa menukarkan hasil diskusinya dengan kelompok lain.
Perwakilan kelompok melaporkan hasil diskusi kelompok di depan kelas dengan baik
dan benar.
Konfirmasi
Siswa saling memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok lain.
3.Kegiatan Penutup
Siswa diajak untuk merangkum apa yang sudah dipelajari.
Siswa menanggapi rangkuman yang dibacakan.
Siswa diajak merefleksikan nilai-nilai serta kecakapan hidup yang bisa dipetik dari
pembelajaran. Guru menyimpulkan dan memberi
peneguhan pembelajaran. Guru mengajak siswa untuk merefleksikan
kegiatan pembelajaran hari ini. Tanya jawab
20 menit PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Sumber Belajar
1. Leander, Pauline. 2012. Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati.
Jakarta: Kompas Gramedia. 2.
Magnis, Franz dan Suseno SJ. 1986. Kuasa dan Moral. Jakarta: Gramedia. 3.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
4. Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.
Yogyakarta: Kanisius.
G. Penilaian
1. Jenis Penilaian:
a. Tugas Individu
b. Tugas kelompok
c. Diskusi
d. Presentasi
2. Bentuk Penilaian:
a. Uraian Bebas
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar
1. Sebutkan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Warung Bu Sastro
Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander 2.
Sebutkan latar yang terdapat dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander
3. Jelaskan nilai-nilai moral yang terdapat dalam novel Warung Bu Sastro Tidak
Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Sebutkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh di dalam novel
Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander
Kunci Jawaban 1.
Analisis Tokoh dan Penokohan
Tokoh Utama : Bu Sastro
Tokoh Tambahan : Pak Sastro, Kang Asep, Mono, Dasman, dan
Simbolon.
Tokoh Utama Penokohan
Bu Sastro Sabar, penyayang, ramah, santun, religious,
tanggung jawab, pandai bersyukur, kerja keras, jujur, kritis.
Tokoh Tambahan Penokohan
Pak Sastro Senang minum kopi, menjaga perasaan istri,
religious, senang berbagi dengan orang lain, ramah, sabar.
Kang Asep Mahir membuat perabotan rumah tangga dari
kayu, galak. Mono
Senang membantu pekerjaan orang tua, kerja keras, kritis, cerdas.
Dasman Jujur dan cerdas.
Simbolon Jujur
2. Latar
Latar waktu Malam hari, hari pertama, pagi hari pada hari
kedua, siang hari, pagi hari pada hari ketiga, pagi hari pada hari keempat, setelah satu tahun,
siang hari, Sabtu sore, tahun 1982, setelah 33 tahun.
Latar tempat Warung sayur Bu Sastro, pasar Cihapit, rumah
Bu Sastro, toko Yosiko.
Latar sosial -
Panggilan Wo, sebagai panggilan sayang terhadap wanita yang berasal dari daerah Jawa.
- Hari Jumat merupakan salah satu hari besar
bagi umat beragama Buddha -
Penggunaan sapaan Ko, bagi orang laki-laki keturunan Tionghoa.
- Pempek tenggiri dan sambal tempoyak
merupakan makanan khas dari Palembang. -
Kebiasaan perempuan jaman dulu yang menggunakan pakaian kebaya dan batik.
3. Nilai Moral dalam Novel
Nilai Moral Kutipan
1. Kejujuran
- Meskipun belanja setiap hari, Bu Sastro
diperbolehkan hanya membayar seminggu sekali ketika uang anak-anak mahasiswa sudah terkumpul.
Para pedagang memercayai Bu Sastro karena memang beliau tidak pernah menyelewengkan
kepercayaan tersebut Leander, 2012 : 83. -
“Tadi pagi keputusan ini diumumkan. Kami semua sangat terkejut ketika Pak Pranoto yang
berbaju seragam Pemda itu menyampaikannya. Toko Luwes diputu
skan pemerintah untuk ditutup” Leander, 2012 : 7.
- “Mono itu inginnya bisa menikah di usia muda,
Mak,” kata Mono mengemukakan alasan sebenarnya mengapa ia tampak kebingungan
sebelum mengambil keputusan Leander, 2012 : 258.
- “Pembantu di rumah kami, Mbak „Nah itu kabur.
Repotlah kami jadinya. Bukan hanya untuk masalah cuci setrika, tapi terutama untuk masalah
makan tiga kali sehari, Bu. Kami sepakat kalau masakan Ibu yang paling enak. Cuma kasihanilah
kami Bu, kalau tanpa nasi, bagaimana nasib perutku ini,” demikian paksaan dan rayuan
Simbolon pada saat yang bersamaan Leander, 2012 : 61.
- “Bu, coba Ibu memasak makanan nasi dan lauk-
pauknya untuk anak-anak mahasiswa umum. Masakan Ibu enak. Selama 5 tahun ini, kan, Ibu
selalu memasakkan makanan untuk kami. Coba, deh, Ibu masak untuk mahasiswa umum makan di
sini” Leander, 2012 : 35-36.
2. Nilai-nilai Moral
Otentik
- “Heee, Nak Hendrik, apa kabar? Ayo… ayo
masuk dulu,” ajak Ibu tergopoh-gopoh menarik tangan Hendrik yang tampak sungkan untuk masuk
Leander, 2012 : 204. -
Jika tampak Pak Sastro pulang ke rumah bersama si Onthel dari vihara pukul 11 siang, maka anak-
anak tetangga
sekitar rumah
akan segera
mengerumuninya dan menanti jatah pembagian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bapak Leander, 2012 : 31. -
Keinginannya untuk bisa bersekolah di ITB ditunjukkan dengan kerja kerasnya dalam belajar.
Ketika menghadapi kesulitan di dalam beberapa mata pelajaran, maka ada 150 mahasiswa ITB yang
bisa dimintai bantuannya Leander, 2012 : 85.
3. Kesediaan untuk
Bertanggung Jawab
- Makanya Bu Sastro melakukan lebih dari sekadar
kewajiban memasakkan makanan yang enak, layak, bergizi, dan terjangkau buat mereka. Lebih dari itu,
ia juga memperhatikan dengan seksama apakah mereka sehat-sehat saja, atau mungkin sedang ada
masalah yang mengganggu Leander, 2012 : 135. -
Pak Sastro melepaskan si Onthel dengan rela hati. Ia ingin memberikan Rp5.000 hasil penjualan si
Onthel dan Rp25.000 pesangonnya dari Toko Luwes kepada istri tercintanya dan menyongsong
kehidupan baru mereka bersama-sama Leander, 2012 : 49.
4. Kemandirian
Moral
- Bu Sastro selalu berdoa agar kerja kerasnya bisa
senantiasa memampukan dirinya untuk membiayai sekolah kedua anaknya ini Leander, 2012 : 81.
- “Begini loh Mak…” Mono mencoba menjelaskan.
“Umur Mono kan baru 22 tahun, pacar belum punya, teman dekat perempuan nggak ada. Kalau
Mono ke Swiss selama 4 tahun, lama sekali, ya Mak. Kapan Mono bakal punya pacar dan menikah
kalau masih harus tunggu 4 tahun lagi?” Mono bertanya kepada Ibunya Leander, 2012 : 257.
5. Keberanian Moral - Hati Ibu Sastro yang bertahap mulai bisa
menerima dan menyetujui ide ini pun dituturkannya kepada Bapak. Semua rencana usaha yang mulai