Realitas dan Kritis Analisis Data

120 Lengkaplah sudah Warung Bu Sastro menghadirkan berbagai menu makanan hangat setiap saat. Semua menu dimasak tiada henti sejak waktu sarapan pukul 07.00 pagi sampai dengan makan malam pukul 09.00 Pauline, 2012 : 73. 121 Dimulai dari hanya berjualan sayur matang, lalu menyediakan nasi putih juga, ragam menu yang mulai ditambah, sampai akhirnya Bu Sastro berani untuk berjualan daging dan beragam jenis lain Pauline, 2012 : 77. Kutipan di bawah ini menjelaskan bahwa Bu Sastro orang yang penyabar. Salah satu contoh, meski ada beberapa pelanggan yang makan diwarungnya membayar makanan tidak sesuai dengan jumlah yang diambil. Berikut kutipan yang mendukung dalam memilih aspek kematangan jiwa. 122 “Kalau anak SMA, mungkin karena masih kecil, belum dewasa, dan rasa tanggung jawab belum terbentuk, kalau mereka makan hati atau tempe yang kecil- kecil, disembunyikan dulu di bawah tumpukan nasi, jadi antara yang dilaporkan dan yang betul- betul dimakan, biasanya ada perbedaan.” “Tapi yaaa… biar saja. Rezeki ada di tanga n Tuhan,” kata Bu Sastro selalu Pauline, 2012 : 225-226. 123 “Besok? Mamak mau ke sana? Nanti biasanya, setelah melihat wajah mereka yang memelas, Mamak mundur, nggak jadi ngomong apa- apa,” jawab Mono meragukan ajakan ibunya untuk menagih utang Pauline, 2012 : 166. 124 “Sing = yang sabar ngadepin orang lagi susah itu. Jangan grusah grusuh = kalang kabut. Orang tuh nggak tahu dan nggak mau susah A,” kata Bu Sastro ketika memarahi anaknya. Bagi Bu Sastro, pelanggan adalah tamu yang harus dihormati dan dihargai bagaimanapun keadaannya Pauline, 2012 : 174. Kutipan di bawah ini menjelaskan bahwa Mono berpikir matang sebelum mengambil keputusan pada saat dirinya menghadapi dua pilihan yang tidak ringan. Berikut kutipan yang mendukung kutipan tersebut. 125 Bagi Mono, selama beberapa hari melakukan pertimbangan itu merupakan saat- saat penuh gundah Pauline, 2012 : 256. 126 Sebuah penawaran istimewa, beasiswa belajar di Winterthur-Swiss selama 4 tahun untuk menjadi Dipl. Ing. HTL. Jika pulang nanti, konsekuensinya adalah menjadi dosen bergelar akademis dan mengabdi di Politeknik Mekanik Swiss, Bandung, almamaternya. Telah terbayangkan olehnya negeri Swiss dengan pegunungannya yang indah. “Empat tahun? Lama juga ya…,” gumam Mono perlahan. Menjelang keputusan pengambilan beasiswa Swiss ditetapkan, datanglah kesempatan baik kedua, juga kepada mereka berdua. Ada sebuah perusahaan baru yang bermaksud membuka pabriknya di Indonesia. Jika Mono berminat, maka ia akan dikirimkan ke Belgia untuk belajar mengelola pabrik selama 2 tahun. Belgia bukan merupakan Negara yang pernah dikenalnya. “Apakah Belgia Negara yang indah? Enak untuk ditinggali? Entahlah,” demikian pikir Mono. “Dua tahun…? Tidak terlalu lama, ya…” Pauline, 2012 : 255-256. 127 “Begini loh Mak…” Mono mencoba menjelaskan. “Umur Mono kan baru 22 tahun, pacar belum punya, teman dekat perempuan nggak ada. Kalau Mono ke Swiss selama 4 tahun, lama sekali, ya Mak. Kapan Mono bakal punya pacar dan menikah kalau masih harus tunggu 4 tahun lagi?” Mono bertanya kepada Ibunya. “Mono itu inginnya bisa menikah di usia muda, Mak,” kata Mono mengemukakan alasan sebenarnya mengapa ia tampak kebingungan sebelum mengambil keputusan Pauline, 2012 : 257-258. Kutipan 120 dan 121 membuktikan bahwa Bu Sastro memiliki aspek kematangan jiwa yang ditunjukkan dengan kerja kerasnya mengelola warung. Kutipan 122 hingga 124 menunjukkan bahwa Bu Sastro merupakan seorang yang penyabar, terbukti dengan sikap beliau yang sabar dalam menanggapi sikap pelanggannya yang beragam. Kutipan 125 hingga 127 menunjukkan bahwa Mono juga memiliki sikap kemajangan jiwa, hal ini ditunjukkannya ketika akan memutuskan sekolah mana yang akan diambilnya. 3. Latar Belakang Budaya Latar belakang budaya juga penting dalam pembelajaran karya sastra. Peserta didik akan semakin tertarik minatnya untuk mempelajari sastra. Selain itu, peserta didik dapat menambah wawasan dengan mengetahui berbagai macam budaya di Indonesia yang ada sejak dahulu. Dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander, terdapat latar budaya Jawa dan budaya Tionghoa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Nilai moral dalam novel surga cinta vanesa karya miftahul asror malik dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA

3 34 0

Nilai moral tokoh aku dalam novel Bukan Pasarmalam karya Pramoedya Ananta Toer dan relevansinya dengan pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di SMA

11 71 92

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM Nilai Moral dalam Novel Rindu Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

1 17 16

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM Nilai Moral dalam Novel Rindu Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

5 47 12

Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II.

0 3 154

Nilai-nilai moral dalam novel Pertempuran 2 Pemanah : Arjuna-Karna Karya Pitoyo Amrih (suatu tinjauan sosiologi sastra) dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI.

0 2 158

Nilai patriotisme dalam novel Sang Patriot karya Irma Devita dan relevansinya dengan pembelajaran Sastra di kelas XII SMA semester II (tinjauan.

15 103 160

Nilai moral dalam novel Batas Antara Keinginan dan Kenyataan karya Akmal Nasery Basral ditinjau dari aspek sosiologi sastra serta relevansinya terhadap pembelajaran sastra di SMA kelas XII semester II.

1 5 192

Nilai nilai pendidikan karakter dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II

1 40 152

NILAI-NILAI MORAL PADA NOVEL ATHIRAH KARYA ALBERTHIENE ENDAH DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

0 2 12