Kutipan 111 dan 112 menunjukkan bahwa Bu Sastro memiliki sikap realitas dan kritis, terbukti dengan kebiasaannya memperhatikan setiap pelanggan warungnya serta
penjelasannya mengenai warung yang berada di sekitar rumahnya. Kutipan 113 menunjukkan Mono juga memiliki sikap realitas dan kritis dengan merencanakan masa
depannya.
6. Relevansi Hasil Penelitian Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA
Pengajaran sastra harus dipandang sebagai sesuatu yang penting, karena karya sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata Rahmanto, 2005 : 15. Oleh
karena itu, sastra bisa digunakan sebagai bahan pembelajaran mengenai nilai-nilai kehidupan. Rahmanto mengklasifikasikan tiga aspek penting dalam memilih pengajaran
sastra, yaitu : 1 segi bahasa, 2 segi kematangan jiwa, dan 3 segi latar belakang. Novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati ini dapat digunakan sebagai
alternative materi pembelajaran sastra di SMA. Hal ini dikarenakan, siswa-siswa SMA sudah mulai tertarik untuk membaca novel. Selain itu, novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi
Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander ini juga memenuhi ketiga aspek tersebut di atas.
Dalam Bab empat ini, peneliti akan memaparkan kesesuaian novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati sebagai bahan pembelajran sastra di SMA kelas
XI semester 2 ditinjau dari tiga aspek, bahasa, kematangan jiwa, dan latar belakang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Bahasa
Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, tapi juga faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri
karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang Rahmanto, 1988 : 27. Novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan
Hati karya Pauline Leander menggunakan bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Indonesia. Meskipun demikian, bahasa yang digunakan oleh pengarang masih dapat
dipahami oleh siswa di tingkat SMA karena bahasanya sederhana dan lugas. Selain itu, pengarang juga menambahkan keterangan di bawah bahasa asing yang digunakan dalam
novel ini sehingga memudahkan peserta didik untuk memahami kalimat-kalimat tersebut. Berikut kutipan langsung yang menunjukkan bahas dari daerah Jawa.
114 “Sudah Bu, tadi pagi,” jawab Pak Sastro pelan. “Aku ‘tak masak dulu sebentar
ya. Anak-anak mahasiswa yang titip masakan sebentar lagi pulang kuliah, kasihan kalau lapar,” tutur Bu Sastro, sambil pura-pura bersegera mengangkut belanjaan
dan berusaha untuk tidak menatap mata suaminya Pauline, 2012 : 16. 115
“Nggih = iya Pak,” jawabnya sedih sambil berjalan meninggalkan sumur dan tidak jadi mengambil air Pauline, 2012 : 43.
116 Tanpa banyak cakap, Totar akan melangkah masuk ke pojokan dapur,
mengambil muntu = ulekan beserta batunya dan mulai mengulek sendiri campuran bahan sambal itu sampai semua tercampur rata dan harum Pauline,
2012 : 131.
Selain menggunakan bahasa Jawa, pengarang juga menggunakan bahasa Sunda. Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.
117 “Masih bagus ya Pak, terawat dan mengilat,” kata Mamang pemilik kios barang
loak Sagalaya sagala aya = segala sesuatu ada, dalam Bahasa Sunda itu Pauline, 2012 : 46.