96 Jika tampak Pak Sastro pulang ke rumah bersama si Onthel dari vihara pukul 11
siang, maka anak-anak tetangga sekitar rumah akan segera mengerumuninya dan menanti jatah pembagian Bapak Leander, 2012 : 31.
97 Bapak melewati pedagang jaket, baju, dan celana ini sambil tersenyum
mengangguk pada pedagangnya Leander, 2012 : 45. Adapun, tokoh lain yang memiliki sifat otentik di dalam dirinya, yaitu Mono. Mono
anak bungsu Bapak dan Ibu Sastro ini memiliki kemauan dan kerja keras untuk mencapai cita-citanya. Salah satu impiannya adalah dapat bersekolah di ITB. Berikut kutipan yang
mendukung pernyataan tersebut. 98
Keinginannya untuk bisa bersekolah di ITB ditunjukkan dengan kerja kerasnya dalam belajar. Ketika menghadapi kesulitan di dalam beberapa mata pelajaran,
maka ada 150 mahasiswa ITB yang bisa dimintai bantuannya Leander, 2012 : 85.
Kutipan 93 hingga 95 menunjukkan bahwa Bu Sastro memiliki sikap nilai-nilai otentik yaitu ramah dan penyayang dalam dirinya. Kutipan 96 dan 97 menunjukkan
bahwa Pak Sastro memiliki sifat ramah dan senang berbagi kepada orang-orang di sekitarnya, salah satunya adalah pada anak-anak kampong Balubur. Kutipan 98
menunjukkan bahwa Mono memiliki sifat otentik diantaranya kemauan dan kerja keras untuk mencapai cita-citanya.
3. Kesediaan untuk Bertanggung Jawab
Kesediaan bertanggung jawab adalah kesediaan untuk melakukan apa yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin Suseno, 1987 : 16. Novel Warung Bu Sastro Tidak
Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander ini juga menyuguhkan nilai kesediaan untuk bertanggung jawab. Tokoh yang memiliki kesediaan bertanggung jawab dalam cerita
ini adalah Bu Sastro dan Pak Sastro. Hal ini dibuktikan dengan sikap Bu Sastro yang selalu memperhatikan keadaan setiap mahasiswa pelanggannya, serta tanggung jawabnya kepada
keluarga yang tidak ia tinggalkan. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut. 99
Makanya Bu Sastro melakukan lebih dari sekadar kewajiban memasakkan makanan yang enak, layak, bergizi, dan terjangkau buat mereka. Lebih dari itu, ia
juga memperhatikan dengan seksama apakah mereka sehat-sehat saja, atau mungkin sedang ada masalah yang mengganggu Leander, 2012 : 135.
100 Sudah terbayangkan oleh Bu Sastro kalau pagi ini akan diawali dengan
mempersiapkan Mono berangkat ke sekolahnya di SD Pertiwi kelas 4. Dilanjutkan dengan berbelanja seperti biasa untuk makan siang dan makan malam
Manto dan Airil. Sarapan tempe dan kopi Aroma wangi untuk sang suami tercinta telah selesai dipersiapkannya juga Leander, 2012 : 32.
Setelah Pak Sastro meninggal, Bu Sastro memiliki tanggung jawab menyekolahkan Mono hingga menjadi Sarjana. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.
101 Ia tahu betul anaknya tak hanya pintar, tapi juga penuh dengan tekad yang kuat
dan tanggung jawab yang besar untuk meraih setiap impiannya. Itulah sebabnya, selama menyangkut biaya pendidikan, apa pun akan diupayakan untuk memenuhi
impian putranya itu Leander, 2012 : 246.
Pak Sastro menceritakan kepada istrinya bahwa Toko Luwes tempat ia bekerja telah ditutup dengan hati-hati. Ia bermaksud menjual sepeda onthelnya untuk menambah modal
warung sayur yang akan didirikannya bersama sang istri, merupakan bentuk tanggung jawab terhadap istri dan keluarga. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.
102 Pak Sastro melepaskan si Onthel dengan rela hati. Ia ingin memberikan Rp5.000
hasil penjualan si Onthel dan Rp25.000 pesangonnya dari Toko Luwes kepada istri tercintanya dan menyongsong kehidupan baru mereka bersama-sama
Leander, 2012 : 49. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kutipan 99 dan 100 menunjukkan bahwa Bu Sastro memiliki kesediaan untuk bertanggung jawab terhadap keluarga meskipun pada saat itu tengah sibuk mengelola
warung sayurnya. Kutipan 101 menunjukkan bahwa Bu Sastro juga memiliki kesediaan untuk bertanggung jawab melanjutkan impian sang anak, dengan menyekolahkannya
hingga lulus perguruan tinggi. Sedangkan kutipan 102 membuktikan bahwa Pak Sastro juga memiliki sikap kesediaan bertanggung jawab sebagai kepala rumah tangga dengan
mendirikan usaha warung sayur bersama sang istri, setelah dirinya resmi tidak lagi bekerja di Toko Luwes.
4. Kemandirian Moral
Kemandirian berarti kita tidak pernah ikut-ikutan dengan berbagai pandangan moral dalam lingkungan kita, melainkan selalu membentuk penelitian, dan pendirian sendiri
dalam bertindak sesuai dengannya Suseno, 1987 : 147. Adapun tokoh yang memiliki sifat kemandirian moral adalah Bu Sastro dan Mono. Dalam hal ini dibuktikan dengan sikap
mandiri Bu Sastro dalam mewujudkan cita-cita anaknya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.
103 Bu Sastro selalu berdoa agar kerja kerasnya bisa senantiasa memampukan
dirinya untuk membiayai sekolah kedua anaknya ini Leander, 2012 : 81. 104
Tidak mungkin rasanya, uang pesangon sebesar total Rp30.000 setelah sepeda onthel terjual bisa cukup dijadikan modal Leander, 2012 : 259.
Adapun kemandirian moral juga ditunjukkan tokoh Mono ketika ia harus memilih salah satu sekolah yang akan diambilnya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.
105 “Begini loh Mak…” Mono mencoba menjelaskan. “Umur Mono kan baru 22
tahun, pacar belum punya, teman dekat perempuan nggak ada. Kalau Mono ke Swiss selama 4 tahun, lama sekali, ya Mak. Kapan Mono bakal punya pacar dan
menikah kalau masih harus tunggu 4 tahun lag i?” Mono bertanya kepada Ibunya
Leander, 2012 : 257. Kutipan 103 dan 104 menggambarkan bahwa Bu Sastro dengan kerja kerasnya
membuka usaha warung sayur untuk membiayai kebutuhan sehari-hari dan sekolah Mono, merupakan bentuk kemandirian moral. Kutipan 105 menunjukkan bahwa Mono memiliki
kemandirian moral untuk menentukan sekolah yang akan dipilihnya.
5. Keberanian Moral
Keberanian adalah ketekatan dan bertindak untuk bersikap mandiri. Keberanian menunjukkan dalam tekat untuk tetap mempertahankan sikap yang telah diyakini Suseno,
1987 : 147. Keberanian moral ini ditunjukkan pengarang melalui tokoh Bu Sastro dan Orin. Sikap tokoh utama, Bu Sastro yang berani mengungkap kebenaran kiat penjualan
pemilik-pemilik warung nasi di sekitar rumahnya merupakan bentuk keberanian moral terdapat di dalam dirinya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.
106 Hati Ibu Sastro yang bertahap mulai bisa menerima dan menyetujui ide ini pun
dituturkannya kepada Bapak. Semua rencana usaha yang mulai dipikirkannya pun disampaikan kepada Bapak, dan pada akhirnya, kebutuhannya atas dana untuk
modal awal pun disampaikan kepada Bapak Leander, 2012 : 38.
Orin memiliki
keinginan untuk
membuka warung
makan dan
telah memperhitungkannya secara matang. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan
tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI