Keberanian Moral Analisis Data
1. Bahasa
Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, tapi juga faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri
karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang Rahmanto, 1988 : 27. Novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan
Hati karya Pauline Leander menggunakan bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Indonesia. Meskipun demikian, bahasa yang digunakan oleh pengarang masih dapat
dipahami oleh siswa di tingkat SMA karena bahasanya sederhana dan lugas. Selain itu, pengarang juga menambahkan keterangan di bawah bahasa asing yang digunakan dalam
novel ini sehingga memudahkan peserta didik untuk memahami kalimat-kalimat tersebut. Berikut kutipan langsung yang menunjukkan bahas dari daerah Jawa.
114 “Sudah Bu, tadi pagi,” jawab Pak Sastro pelan. “Aku ‘tak masak dulu sebentar
ya. Anak-anak mahasiswa yang titip masakan sebentar lagi pulang kuliah, kasihan kalau lapar,” tutur Bu Sastro, sambil pura-pura bersegera mengangkut belanjaan
dan berusaha untuk tidak menatap mata suaminya Pauline, 2012 : 16. 115
“Nggih = iya Pak,” jawabnya sedih sambil berjalan meninggalkan sumur dan tidak jadi mengambil air Pauline, 2012 : 43.
116 Tanpa banyak cakap, Totar akan melangkah masuk ke pojokan dapur,
mengambil muntu = ulekan beserta batunya dan mulai mengulek sendiri campuran bahan sambal itu sampai semua tercampur rata dan harum Pauline,
2012 : 131.
Selain menggunakan bahasa Jawa, pengarang juga menggunakan bahasa Sunda. Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.
117 “Masih bagus ya Pak, terawat dan mengilat,” kata Mamang pemilik kios barang
loak Sagalaya sagala aya = segala sesuatu ada, dalam Bahasa Sunda itu Pauline, 2012 : 46.
118 “Iyalah, dijadikeun… Rp5.000 lah Mang = Iya, jadi saja Rp5.000,” kata Pak
Sastro pelan sambil mengangguk Pauline, 2012 : 48. 119
“Tenang saja Pak, ku abdi di-elapan lah unggal poe, ‘da ku abdi arek dipake sorangan = saya akan mengelap sepedanya setiap hari, soalnya akan saya pakai
sendiri,” sahutnya menenangkan Pak Sastro Pauline, 2012 : 48. Kutipan 114 hingga 116 merupakan bukti bahwa pengarang menggunakan bahasa
Jawa. Sedangkan kutipan 117 hingga 119 merupakan bukti bahwa pengarang juga menggunakan bahasa Sunda dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan
Hatiini. 2.
Kematangan Jiwa
Dalam mempelajari karya sastra perlu diperhatikan tahapan perkembangan psikologis atau kematangan jiwa peserta didik. Rahmanto 1988 : 30 berpendapat bahwa
karya sastra yang terpilih untuk diajarkan hendaknya ssesuai dengan tahap psikologi pada umumnya dalam suatu kelas. Tentu saja, tidak semua siswa dalam satu kelas mempunyai
tahapan psikologis yang sama, tetapi guru hendaknya menyajikan karya sastra yang setidak-tidaknya secara psikologis dapat menarik minat sebagian besar siswa dalam kelas
itu. Kutipan di bawah ini menjelaskan bahwa Bu Sastro memiliki sikap kematangan
jiwa. Pengarang menggambarkannya melalui sikap Bu Sastro yang bekerja keras dalam mengelola warungnya. Berikut kutipan yang mendukung dalam memilih aspek kematangan
jiwa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI