Kerendahan Hati Analisis Data
118 “Iyalah, dijadikeun… Rp5.000 lah Mang = Iya, jadi saja Rp5.000,” kata Pak
Sastro pelan sambil mengangguk Pauline, 2012 : 48. 119
“Tenang saja Pak, ku abdi di-elapan lah unggal poe, ‘da ku abdi arek dipake sorangan = saya akan mengelap sepedanya setiap hari, soalnya akan saya pakai
sendiri,” sahutnya menenangkan Pak Sastro Pauline, 2012 : 48. Kutipan 114 hingga 116 merupakan bukti bahwa pengarang menggunakan bahasa
Jawa. Sedangkan kutipan 117 hingga 119 merupakan bukti bahwa pengarang juga menggunakan bahasa Sunda dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan
Hatiini. 2.
Kematangan Jiwa
Dalam mempelajari karya sastra perlu diperhatikan tahapan perkembangan psikologis atau kematangan jiwa peserta didik. Rahmanto 1988 : 30 berpendapat bahwa
karya sastra yang terpilih untuk diajarkan hendaknya ssesuai dengan tahap psikologi pada umumnya dalam suatu kelas. Tentu saja, tidak semua siswa dalam satu kelas mempunyai
tahapan psikologis yang sama, tetapi guru hendaknya menyajikan karya sastra yang setidak-tidaknya secara psikologis dapat menarik minat sebagian besar siswa dalam kelas
itu. Kutipan di bawah ini menjelaskan bahwa Bu Sastro memiliki sikap kematangan
jiwa. Pengarang menggambarkannya melalui sikap Bu Sastro yang bekerja keras dalam mengelola warungnya. Berikut kutipan yang mendukung dalam memilih aspek kematangan
jiwa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120 Lengkaplah sudah Warung Bu Sastro menghadirkan berbagai menu makanan
hangat setiap saat. Semua menu dimasak tiada henti sejak waktu sarapan pukul 07.00 pagi sampai dengan makan malam pukul 09.00 Pauline, 2012 : 73.
121 Dimulai dari hanya berjualan sayur matang, lalu menyediakan nasi putih juga,
ragam menu yang mulai ditambah, sampai akhirnya Bu Sastro berani untuk berjualan daging dan beragam jenis lain Pauline, 2012 : 77.
Kutipan di bawah ini menjelaskan bahwa Bu Sastro orang yang penyabar. Salah satu contoh, meski ada beberapa pelanggan yang makan diwarungnya membayar makanan tidak
sesuai dengan jumlah yang diambil. Berikut kutipan yang mendukung dalam memilih aspek kematangan jiwa.
122 “Kalau anak SMA, mungkin karena masih kecil, belum dewasa, dan rasa
tanggung jawab belum terbentuk, kalau mereka makan hati atau tempe yang kecil- kecil, disembunyikan dulu di bawah tumpukan nasi, jadi antara yang dilaporkan
dan yang betul- betul dimakan, biasanya ada perbedaan.” “Tapi yaaa… biar saja.
Rezeki ada di tanga n Tuhan,” kata Bu Sastro selalu Pauline, 2012 : 225-226.
123 “Besok? Mamak mau ke sana? Nanti biasanya, setelah melihat wajah mereka
yang memelas, Mamak mundur, nggak jadi ngomong apa- apa,” jawab Mono
meragukan ajakan ibunya untuk menagih utang Pauline, 2012 : 166. 124
“Sing = yang sabar ngadepin orang lagi susah itu. Jangan grusah grusuh = kalang kabut. Orang tuh nggak tahu dan nggak mau susah A,” kata Bu Sastro
ketika memarahi anaknya. Bagi Bu Sastro, pelanggan adalah tamu yang harus dihormati dan dihargai bagaimanapun keadaannya Pauline, 2012 : 174.
Kutipan di bawah ini menjelaskan bahwa Mono berpikir matang sebelum mengambil keputusan pada saat dirinya menghadapi dua pilihan yang tidak ringan. Berikut kutipan
yang mendukung kutipan tersebut. 125
Bagi Mono, selama beberapa hari melakukan pertimbangan itu merupakan saat- saat penuh gundah Pauline, 2012 : 256.
126 Sebuah penawaran istimewa, beasiswa belajar di Winterthur-Swiss selama 4
tahun untuk menjadi Dipl. Ing. HTL. Jika pulang nanti, konsekuensinya adalah menjadi dosen bergelar akademis dan mengabdi di Politeknik Mekanik Swiss,
Bandung, almamaternya. Telah terbayangkan olehnya negeri Swiss dengan pegunungannya yang indah. “Empat tahun? Lama juga ya…,” gumam Mono