107 Orin mulai bercerita tentang perhitungan bisnis secara matematika yang sudah
dilakukannya. Orin juga bercerita tentang promosi yang sudah diupayakannya. Tidak lupa juga dia menceritakan bagaimana warungnya ramai dikunjungi
pelanggan pada saat-saat awal dan justru semakin lama semakin sepi Leander, 2012 : 145.
Kutipan 106 menggambarkan bahwa Bu Sastro adalah tokoh yang memiliki keberanian moral karena berani untuk membuka usaha warung sayur yang belum pernah
dilakukan sebelumnya. Kutipan 107 menunjukkan bahwa Orin memiliki keberanian moral karena memiliki tekad untuk membuka warung makan seperti Bu Sastro.
6. Kerendahan Hati
Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sesuai dengan kenyataan. Orang yang rendah hati tidak hanya melihat kelemahannya melainkan juga kekuatannya
Suseno, 1987 : 148. Kerendahan hati dalam novel ini ditunjukkan pengarang melalui kerendahan hati tokoh Bu Sastro dan Mono dalam melihat kenyataan dalam dirinya.
Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut. 108
Ibu menjawab ringan, “Selama saya bisa bantu yaaa saya bantulah, Nak Rahman
” Pauline, 2012 : 194. 109
“Maklum saya tidak sekolah Nak Markus, nggak tahu itu sudah sesuai atau belum,” kata Ibu lagi. Di samping itu, beliau hanya berniat untuk memberikan
jalan keluar bagi anak muda ini, sehingga memberanikan diri menghubungi orangtua si anak Pauline, 2012 : 176.
110 Mono ingin bisacepat lulus dan bekerja supaya tidak lagi terlalu merepotkan
ibunya. Maka, sekalipun dengan berat hati, ia harus rela melepaskan bangku yang sempat diperolehnya sebagai calon sarjana Matematika di PTN Bandung yang
cukup ternama itu. Rencana memang harus diubah, tapi asa tetap ada. Mono tetap optimis menghadapi masa depannya… Pauline, 2012 : 248.
Kutipan 108 dan 109 menggambarkan bahwa Bu Sastro adalah tokoh yang sangat rendah hati. Hal ini dapat dibuktikan saat beliau membantu salah satu mahasiswa yang
sedang dalam keadaan kesusahan. Kutipan 110 menunjukkan bahwa Mono memiliki kerendahan hati sehingga mampu melihat kemampuannnya serta tetap optimis untuk dapat
mencapai cita-citanya.
7. Realitas dan Kritis
NovelWarung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati ini memiliki sikap realitas dan kritis yang digambarkan pengarang lewat sikap kritis tokoh Bu Sastro dan
Mono. Sikap realitas dan kritis tokoh Bu Sastro ditunjukkan ketika iasedang berbincang dengan Orin. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.
111 “Kalau gratis nasi, pasti lauk pauk dan sayurnya akan mahal. Ini harus dilakukan
agar bisa dipakai buat menutup ongkos nasi gratisnya,” demikian analisis sederhana Bu Sastro memperjelas mengapa warung Ibu Wati tidak berumur
panjang, dan bahkan hanya bertahan selama 2 bulan Pauline, 2012 : 147.
112 Kelompok 9 ini kadang-kadang terlalu asyik belajar benarkah? ketika sedang
menghadapi ujian di kampus, sehingga sering kali lupa untuk mengisi perut mereka. Melihat hal ini, biasanya Bu Sastro mengingatkan kemungkinan mereka
bias sakit kalau tidak memperhatikan asupan makanan sama sekali, apalagi pada masa-masa ujian yang cukup berat Pauline, 2012 : 153.
Mono adalah anak bungsu Bu Sastro yang tidak hanya memiliki angan-angan tinggi, melainkan juga berupaya mempersiapkan sejak dini untuk masa depannya. Berikut kutipan
yang mendukung pernyataan tersebut. 113
“Mono itu inginnya bisa menikah di usia muda, Mak,” kata Mono mengemukakan alasan sebenarnya mengapa ia tampak kebingungan sebelum
mengambil keputusan Pauline, 2012 : 258. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kutipan 111 dan 112 menunjukkan bahwa Bu Sastro memiliki sikap realitas dan kritis, terbukti dengan kebiasaannya memperhatikan setiap pelanggan warungnya serta
penjelasannya mengenai warung yang berada di sekitar rumahnya. Kutipan 113 menunjukkan Mono juga memiliki sikap realitas dan kritis dengan merencanakan masa
depannya.
6. Relevansi Hasil Penelitian Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA
Pengajaran sastra harus dipandang sebagai sesuatu yang penting, karena karya sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata Rahmanto, 2005 : 15. Oleh
karena itu, sastra bisa digunakan sebagai bahan pembelajaran mengenai nilai-nilai kehidupan. Rahmanto mengklasifikasikan tiga aspek penting dalam memilih pengajaran
sastra, yaitu : 1 segi bahasa, 2 segi kematangan jiwa, dan 3 segi latar belakang. Novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati ini dapat digunakan sebagai
alternative materi pembelajaran sastra di SMA. Hal ini dikarenakan, siswa-siswa SMA sudah mulai tertarik untuk membaca novel. Selain itu, novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi
Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander ini juga memenuhi ketiga aspek tersebut di atas.
Dalam Bab empat ini, peneliti akan memaparkan kesesuaian novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati sebagai bahan pembelajran sastra di SMA kelas
XI semester 2 ditinjau dari tiga aspek, bahasa, kematangan jiwa, dan latar belakang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI