1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki jiwa patriotisme untuk mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia KTSP, 2006:104. Jiwa patriotisme itulah yang perlu ditanamkan dan ditingkatkan terus menerus kepada seluruh
komponen bangsa Indonesia, khususnya para generasi muda sebagai generasi penerus, sehingga para generasi penerus tersebut diharapkan akan mampu
mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, dan negara.
Berkaitan dengan penanaman nilai, sikap, dan kepribadian, pembekalan kepada peserta didik di Indonesia dilakukan melalui Pendidikan Pancasila,
Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan Sumarsono, 2007. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn adalah mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan diri menjadi warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya yang
beragam untuk menjadi warga negara yang baik seperti yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945, sehingga nantinya dapat menjalankan prinsip-prinsip
demokrasi Widyastuti Subagya, 2008. Kehidupan demokrasi yang seperti diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945, di dalam kehidupan sehari-hari
perlu dikenal, dipahami, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip
-prinsip demokrasi tersebut, serta demi meningkatkan martabat, kemanusiaan, kesejahteraan, dan keadilan dalam kehidupan berbangsa.
Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, kegiatan belajar-mengajar menjadi unsur penting terhadap pembentukan konsep atau pemahaman peserta didik
tentang negaranya yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia Sumarsono, 2007. Terlepas dari kegiatan belajar-mengajar, adanya anggapan bahwa Pkn
sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata dan kurang menekankan aspek penalaran menjadi hal lain yang juga mempengaruhi upaya
mewujudkan prinsip-prinsip demokrasi, serta meningkatkan martabat, kemanusiaan, kesejahteraan, dan keadilan dalam kehidupan berbangsa. Sebagai
akibatnya Pkn menjadi salah satu mata pelajaran yang kurang diminati oleh peserta didik Sumarsono, 2007. Minat sendiri akan memberikan pengaruh
dalam meraih prestasi. Peserta didik tidak akan merasa memiliki beban untuk belajar jika ada minat pada diri anak tersebut. Hal tersebut didukung oleh
Singer 1973 yang menyebutkan bahwa “minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar.” Rendahnya minat
belajar siswa tentunya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn di SD Kanisius Kotabaru
pada tanggal 13 September 2012, terungkap bahwa kegiatan belajar-mengajar PKn yang dilakukannya belum terlaksana dengan baik. Guru menggunakan
metode ceramah dalam proses pembelajaran, sehingga siswa cenderung pasif. Siswa kurang memberi respon terhadap penjelasan guru. Hal ini disebabkan
guru merasa kesulitan dalam menyampaikan materi PKn yang dianggapnya materi abstrak, seperti yang diungkapkan oleh ibu Dewi, “ selama ini ya saya
menggunakan metode ceramah, jadi saya menerangkan di depan kelas dan siswanya mendengarkan
”. Guru juga mengungkapkan bahwa hampir 80 siswa tidak mampu menjawab pertanyaan dari guru, padahal materi tersebut
baru saja dijelaskan. Siswa tidak tertarik mengikuti pelajaran karena siswa tidak mendengarkan penjelasan dari guru ketika pelajaran berlangsung. Hal
inilah yang mengindikasikan bahwa tidak adanya minat dari peserta didik dalam belajar PKn.
Penjelasan guru di atas diperkuat ketika peneliti melakukan observasi pada tanggal 13 September 2012. Dari hasil observasi terlihat bahwa sekitar 30
siswa tidak dapat diam mendengarkan penjelasan guru, melainkan berjalan- jalan di dalam kelas. 40 siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik,
dan 20 siswa mendengarkan penjelasan guru meski sesekali sibuk dengan kegiatan mereka sendiri. Meskipun demikian, 80 siswa tidak dapat menjawab
pertanyaan tentang materi yang baru saja dijelaskan oleh guru. Hal ini juga dibuktikan dengan data hasil belajar siswa kelas IV tahun ajaran 20112012
yang hanya mencapai 70 untuk rata-rata hasil belajar siswa, sedangkan untuk persentase ketuntasan belajar baru mencapai 46,7.
Berlandaskan pada informasi-informasi yang telah dikemukakan di atas, perlu adanya perubahan dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Perubahan
proses tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa di SD Kanisius Kotabaru. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan
memilih model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, merangsang minat siswa, dan mengutamakan kemampuan berpikir siswa. Model-model
yang dapat digunakan di antaranya adalah Cooperative Learning CL,
Contextual Teaching and Learning CTL, Problem Based Learning PBL.
Model CL sendiri memiliki banyak metode yang dapat digunakan, seperti Learning Together
LT, Jigsaw, Student Teams-Achievement Divisions STAD, Number Head Together NHT, Team-Game-Turnament TGT, dan
lainnya Slavin, 2005. Dalam hal ini model
“CL dengan metode LT” adalah salah satu langkah yang menekankan pada interaksi antar siswa, tanggung jawab siswa, dan
menuangkan pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga dapat merangsang minat belajar siswa Slavin, 2005. Pembelajaran dengan metode learning
together adalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas yang paling
sederhana dan banyak digunakan dalam pembelajaran, di mana siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil untuk melakukan kegiatan belajar bersama,
sehingga siswa dapat berargumen dan mendapatkan pengetahuan dari teman yang lain, sedangkan guru berperan sebagai pendamping Slavin, 2005:250.
Oleh karena itu, peneliti memilih metode learning together untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV di SD Kanisius
Kotabaru pada mata pelajaran PKn.
B. Batasan Masalah