Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Learning Together

cerdas, terampil, dan berkarakter, sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

b. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Rakyat Indonesia menyatakan bahwa Pendidikan Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia diarahkan untuk “meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa sesuai dengan sila pancasila, sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakatnya, memenuhi kebutuhan pembangunan nasional serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa” Sumarsono, 2007:5. Pendidikan Nasional sendiri harus menumbuhkan jiwa patriotik, mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, kesetiakawanan nasional, kesadaran pada sejarah bangsa, dan sikap menghargai jasa para pahlawan serta berorientasi pada masa depan. Di sinilah fungsi Pkn sebagai sarana dalam memupuk terwujudnya nilai, sikap, dan kepribadian seperti tersebut di atas.

c. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan utama Pkn dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan 2007:4 adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para peserta didik. Melalui pendidikan kewarganegaraan, diharapkan pula peserta didik mampu memahami, menganalisis, dan menjawab masalah- masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Adapun ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn menurut KTSP 2006:105-106 yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1 Persatuan dan Kesatuan bangsa yang meliputi hidup rukun dan perbedaan, cinta lingkungan, bangga menjadi bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam membela negara, serta keterbukaan dan jaminan keadilan. 2 Norma, hukum, dan peraturan. Aspek ini meliputi ketertiban, baik dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Selain itu, norma-norma dalam kehidupan berbangsa serta hukum atau peradilan juga termasuk dalam aspek ini. 3 Hak asasi manusia, meliputi hak dan kewajiban yang dimiliki dan penghormatan serta perlidungannya. 4 Kebutuhan warga negara. Yang termasuk dalam aspek ini adalah hidup gotong royong, harga diri, kebebasan berorganisasi dan berpendapat, dan persamaan kedudukan. 5 Konstitusi Negara. Aspek ini membahas tentang proklamasi dan hubungannya dengan dasar negara. 6 Kekuasaan dan politik yang meliputi sistem pemerintahan dan sistem politik. 7 Pancasila. Aspek ini membahas seputar pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, mulai dari proses perumusan hingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. 8 Globalisasi membahas mengenai pengaruh-pengaruh globalisasi.

4. Learning Together

Mendengar kata learning together tentu tidak akan terlepas dari kata kooperatif. Hal ini dikarenakan learning together merupakan salah satu metode dari model pembelajaran kooperatif Cooperative Learning. Pembelajaran dengan model kooperatif memiliki arti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai suatu kelompok atau tim. Lie dalam Isjoni, 2008:150 menyebutkan pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa lain dalam pembagian tugas yang terstruktur. Stahl dalam Supriyatna, 2000, dalam Isjoni, 2008:152 mengatakan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya dilatih menaati sikap keunggulan individual yang tergantung pada keunggulan kelompok, melainkan juga semangat serta keterampilan kerjasama yang merupakan bagian dari kemampuan relasi sosial. Pada hakikatnya pembelajaran model Cooperative Learning dengan metode Learning Together sama dengan kerja kelompok pada umumnya, namun tidak setiap kerja kelompok dapat dikatakan sebagai pembelajaran dengan model Coopertaive Learning metode Learning Together. Hal ini selaras dengan pendapat Rober William dalam Isjoni, 2007:135 yang mengatakan bahwa kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil pada pembelajaran kooperatif umumnya terdiri dari 4-5 orang Kiswoyo dalam Isjoni, 2008:154. Pengelompokan pada pembelajaran learning together belajar bersama sendiri berdasarkan pada 1 adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya, 2 kemampuan belajar siswa, 3 minat khusus, 4 memperbesar partisipasi siswa, 5 pembagian tugas atau pekerjaan, dan 6 kerjasama yang efektif.

a. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Learning Together

Pembelajaran dengan metode learning together belajar bersama dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1 Memulai pembelajaran dengan hal yang diketahui siswa, seperti melakukan tanya jawab dengan siswa sehingga siswa terdorong untuk membuka wawasan yang telah dimilikinya. 2 Selanjutnya mengelompokkan siswa secara heterogen ke dalam tim yang berjumlah 4-5 orang per timnya. Di dalam kelompok tersebut, para siswa bekerjasama untuk menyelesaikan sebuah produk kelompok, berbagai gagasan, dan membantu satu sama lain. 3 Setelah selesai belajar bersama dalam kelompok dan menyelesaikan tugas kelompoknya, Setiap kelompok mempresentasikan hasil pekerjaanya di depan kelas sehingga kelompok yang lain dapat belajar dari kelompok yang presentasi. 4 Terakhir, guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan hasil kinerja kelompok.

b. Penerapan Metode Learning Together