untuk bertanya kepada teman kelompoknya. Dalam kegiatan kelompok, mereka lebih aktif dalam bekerjasama yaitu adanya pembagian tugas
yang merata. Jika dibandingkan degan siklus I, pada kegiatan yang dilaksanakan selama siklus II siswa lebih bisa menguasai materi
pelajaran. Hal tersebut juga terlihat dari adanya peningkatan hasil ketercapaian belajar siswa. Siswa juga semakin berminat dalam
mengikuti proses pembelajaran.
B. Pembahasan
Tindakan yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan.
Setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit dan setiap siklusnya diakhiri dengan evaluasi. Pada proses pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan kelas
mengenai materi lembaga pemerintahan tingkat pusat yang dilanjutkan dengan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa.
Pada siklus I, kegiatan yang dilakukan lebih banyak bersifat pendampingan terhadap siswa saat melakukan kegiatan belajar bersama.
Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan pertama siklus I adalah menuliskan struktur organisasi tingkat pusat pada bagan yang telah disiapkan. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengenalkan terlebih dahulu lembaga apa saja yang ada pada organisasi tingkat pusat. Pada pertemuan kedua siklus I, siswa melengkapi
keterangan pada bagan yang telah mereka susun dan mempresentasikannya di depan kelas.
Bersamaan dengan berlangsungnya proses kegiatan belajar tersebut, peneliti dibantu oleh guru kelas itu sendiri dalam melakukan pengamatan
proses belajar siswa. Dari hasil pengamatan tersebut, guru telah melakukan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat, namun dalam hal aktifitas
siswa, masih banyak ditemukan siswa yang asyik mengobrol dengan teman pada saat guru menjelaskan. Hal ini membuat siswa belum memahami
sepenuhmya apa yang harus mereka lakukan, sehingga perlu banyak pendampingan. Pada akhir siklus I diadakan tes untuk mengetahui seberapa
jauh pemahaman mereka dalam mengikuti pembelajaran. Hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1. Dari tabel tersebut diketahui
bahwa hasil tes siklus I menunjukkan nilai rata-rata sebesar 74. Jumlah ini masih belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang diharapkan,
yaitu 75. Sedangkan untuk persentase ketuntasan, jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 68,7 atau terdiri dari 22 siswa dan sebesar 31,3 atau terdiri
dari 10 siswa belum mencapai KKM yang diharapkan, yaitu 70. Oleh karena nilai rata-rata pada siklus I belum mencapai 75 batas KKM yang ditentukan
dan persentase ketuntasan siswa belum mencapai target 70, maka penelitian ini akan dilanjutkan pada siklus II.
Pertemuan pertama siklus II, kegiatan diarahkan untuk mengasah pengetahuan mereka lebih dalam mengenai tugas dari masing-masing
organisasi. Siswa menganalisis sebuah wacana dalam koran dan menentukan lembaga pemerintahan apa saja yang terlibat di dalamnya serta apa peran dari
lembaga itu dalam wacana tersebut. Pada pertemuan kedua siklus II, kegiatan yang berlangsung lebih pada mengulang terhadap materi-materi yang telah
mereka pelajari secara keseluruhan, yaitu dengan cara siswa dalam kelompok membuat pertanyaan sebanyak 7 soal dan diberikan kepada kelompok lain
untuk dikerjakan. Proses pengamatan kegiatan siklus II ini, peneliti dibantu oleh guru kelas
itu sendiri. Pengamatan tersebut dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Pengamat juga mengamati seluruh aktivitas siswa. Dari hasil pengamatan, pelaksanaan pembelajaran telah sesuai dengan RPP, dan secara keseluruhan
aktivitas siswa sudah berjalan dengan baik. Siswa secara mandiri telah memanfaatkan kegiatan belajar bersama ini sebagai forum untuk bertanya
kepada teman apa yang belum dia ketahui. Akhir pembelajaran siklus II, peneliti juga memberikan tes. Tes ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah mereka pelajari sebelumnya. Hasil tes siklus II, diperoleh rata-rata
sebesar 82 dengan jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 87,5 atau yang terdiri dari 28 siswa dan sebesar 12,5 atau yang terdiri dari 4 siswa belum
mencapai KKM, seperti yang terlihat pada tabel 4.2. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan sebesar 18,8 dibandingkan dengan hasil yang
diperoleh siswa pada siklus I. Untuk lebih jelasnya, perbandingan nilai yang diperoleh siswa pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6 Perbandingan Nilai Prestasi Belajar Siswa
No. Kondisi
Awal Nilai
Peningkatan Siklus I
Siklus II
1 74
68 80
√ 2
68 90
90 √
3 80
80 84
√ 4
68 80
86 √
5 82
60 84
√ 6
80 66
88 √
7 86
70 88
√ 8
60 80
90 √
9 82
90 92
√ 10
80 90
90 √
11 60
80 84
√ 12
66 70
80 √
13 84
80 88
√ 14
60 50
60 √
15 58
40 60
√ 16
62 84
82 √
17 60
80 88
√ 18
86 60
76 √
19 82
80 86
√ 20
60 70
84 √
21 56
40 58
√ 22
84 80
86 √
23 64
60 70
√ 24
72 90
90 √
25 80
90 90
√ 26
62 80
86 √
27 78
90 90
√ 28
52 80
82 √
29 54
90 100
√ 30
60 60
60 −
31 80
82 √
32 60
70 √
Rata-rata 70
74 82,00
√ Persentase
Ketuntasan 46,7
68,7 87,5
√
Perbandingan nilai yang diperoleh siswa menurut tabel di atas, dapat pula digambarkan dalam histogram peningkatan persentase ketuntasan belajar pada
siklus I dan siklus II seperti berikut.
Gambar 4.3 Histogram Peningkatan Persentase Ketuntasan Belajar
Gambar di atas menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 68,7 pada siklus I menjadi
87,5 pada siklus II. Peningkatan juga terjadi pada nilai rata-rata kelas sebesar 74 pada siklus I menjadi 82 pada siklus II. Hal ini terlihat dari tabel 4.4 yang
memaparkan perbandingan nilai prestasi belajar siswa, yang dapat dilihat pula pada gambar histogram berikut ini:
Gambar 4.4 Histogram Peningkatan Rata-rata Kelas
Dilihat dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa dan persentase ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan.
Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran pada pada siklus II telah mencapai target yang direncanakan,
sehingga siklus II tidak perlu dilanjutkan. Adanya suatu peningkatan juga ditunjukkan pada minat siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran selama pemberian tindakan siklus I dan II seperti terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.7 Perbandingan Skor Minat Siswa
No. Nama
Skor Minat Awal
Akhir Skor
Kriteria Skor
Kriteria
1 A
28 Rendah
53 Tinggi
2 B
39 Cukup
52 Tinggi
3 C
34 Rendah
44 Cukup
4 D
29 Rendah
45 Tinggi
5 E
26 Rendah
43 Cukup
Tabel 4.7 Lanjutan
No. Nama
Skor Minat Awal
Akhir Skor
Kriteria Skor
Kriteria
6 F
29 Rendah
43 Cukup
7 G
33 Rendah
54 Tinggi
8 H
38 Cukup
53 Tinggi
9 I
41 Cukup
53 Tinggi
10 J
38 Cukup
52 Tinggi
11 K
32 Rendah
55 Sangat Tinggi
12 L
32 Rendah
54 Tinggi
13 M
41 Cukup
52 Tinggi
14 N
31 Rendah
53 Tinggi
15 O
25 Rendah
53 Tinggi
16 P
37 Cukup
56 Sangat Tinggi
17 Q
38 Cukup
52 Tinggi
18 R
30 Rendah
53 Tinggi
19 S
38 Cukup
53 Tinggi
20 T
33 Rendah
57 Sangat Tinggi
21 U
31 Rendah
58 Sangat Tinggi
22 V
34 Rendah
42 Cukup
23 W
33 Rendah
53 Tinggi
24 X
37 Cukup
53 Tinggi
25 Y
38 Cukup
52 Tinggi
26 Z
36 Cukup
48 Tinggi
27 AA
38 Cukup
53 Tinggi
28 AB
36 Cukup
52 Tinggi
29 AC
40 Cukup
52 Tinggi
30 AD
33 Rendah
43 Cukup
31 AE
38 Cukup
52 Tinggi
32 AF
30 Rendah
56 Sangat Tinggi
Rata-rata 34.25
Rendah 51.38
Tinggi
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada kondisi awal, rata- rata minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran PKn sebesar 34,25
dengan rincian 17 siswa masih berada di bawah rata-rata. Pada kondisi akhir, rata-rata minat belajar siswa mengalami kenaikan menjadi 51,38 dengan
jumlah siswa yang berada di atas rata-rata sebanyak 25 anak, dan 7 siswa masih berada di bawah rata-rata.. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata minat
siswa meningkat sebesar 17,13. Berikut dapat dilihat pula histogram peningkatan rata-rata minat.
Gambar 4.5 Histogram Peningkatan Minat Siswa
Dari hasil tersebut, diketahui bahwa secara keseluruhan penelitian dengan “Penggunaan model Kooperatif metode Learning Together pada pelajaran PKn
Kelas IV di SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta dapat dikatakan berhasil karena pada akhir penelitian, kriteria keberhasilan yang di tetapkan dapat terpenuhi,
sehingga minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru mengalami peningkatan
”.
73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa:
1. Penerapan model kooperatif dengan metode learning together untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV pada mata
pelajaran PKn di SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta tahun pelajaran 20122013 dapat dilakukan dengan memulai pembelajaran dengan hal-hal
yang diketahui siswa, seperti melakukan tanya jawab, selanjutnya siswa belajar dalam kelompok, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya dan diharapkan adanya timbal balik dari teman atau kelompok yang lain, kemudian kegiatan pembelajaran diakhiri dengan
pemberian penghargaan atas hasil kerja kelompok siswa. 2. Penerapan model kooperatif dengan metode learning together dapat
meningkatkan minat belajar siswa kelas IV pada materi mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat di SD
Kanisius Kotabaru Yogyakarta tahun pelajaran 20122013. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata minat yang diperoleh siswa dalam pengisian
kuesioner, yang menunjukkan bahwa pada kondisi awal, rata-rata minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran PKn sebesar 34,25 dengan
rincian 17 siswa masih berada di bawah rata-rata dan 15 siswa berada di atas rata-rata. Sedangkan pada kondisi akhir, rata-rata minat belajar siswa
mengalami kenaikan menjadi 51,38 dengan jumlah siswa yang berada di