Perubahan Epigenetik dalam Sintesis Protein

Pemberian curcumin pada tikus secara oral dengan dosis 500 mgkgBB didapatkan kadar dalam plasma sebesar 0.06 ± 0.01 µgmL Yang, et al., 2007.

2.14 Perubahan Epigenetik dalam Sintesis Protein

DNA utama dikemas dalam sistem yang efisien dan kompak dengan menggunakan protein histon untuk menggulung molekul DNA. Satu kompleks DNA dan protein histon disebut sebagai nukleosom. Pembentukan struktur nukleosom menyebabkan kondensasi atau pengemasan DNA lebih kompak. Rangkaian nukleosom membentuk struktur yang disebut sebagai kromatin dan membentuk rangkaian menyerupai solenoid, struktur pilinan nukleosom Yuwono, 2005. Pengemasan DNA pada eukariotik secara skematis seperti pada Gambar 2.32 di bawah ini: Gambar 2.32 Skema Pengemasan DNA dalam Histon Yuwono, 2005 Keterangan: Jika diuraikan kromosom berupa molekul DNA linier yang sangat panjang dan dikemas dengan menggunakan protein histon Universitas Sumatera Utara Epigenetik yaitu berupa modifikasi suatu proses perubahan ekspresi gen yang tidak dikode dalam sekuens DNA dan pada modifikasi post translasi DNA dan protein histon. Perubahan tersebut bukan merupakan mutasi gen. Mekanisme epigenetik meliputi DNA metilasi dan beberapa macam modifikasi histon terutama asetilasi Gambar 2.33. Termasuk dalam proses ini yaitu asetilasi, metilasi dan fosforilasi histon. DNA hipometilasi dan histon asetilasi memicu aktivasi transkripsi gen. Kelainan metilasi DNA dan asetilasi terkait dengan sejumlah penyakit yang berhubungan dengan faktor usia yaitu kanker, autoimun dan yang lainnya. Regulasi epigenetik penting dalam perkembangan berbagai jenis set selama fase pertumbuhan dan juga penting untuk mempertahankan stabilitas dan integritas profil ekspresi dari jenis sel yang berbeda. Studi tentang mekanisme penyakit pada manusia lebih banyak berkembang pada mekanisme genetik daripada peristiwa non-coding. Namun sebagaimana telah diketahui bahwa semakin jelas peran dari proses epigenetik yang terganggu akan mengarah pada beberapa kondisi patologis yang nyata. Selanjutnya telah dilaporkan ekspresi dan aktivitas abnormal dari enzim yang meregulasi modifikasi epigenetik pada penderita dengan penyakit saluran napas. Dengan perkembangan yang baru ini memungkinkan untuk menemukan penyakit karena perubahan epigenetik. Perubahan ini bisa diwariskan, menetap maupun potensi reversibilitas. Perkembangan baru inilah yang mengarah pada lingkup era terapi epigenetik. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.33 Mekanisme Translokasi Nuclear NF K B Tahera, 2006 Inaktivasi NF K B dalam sitoplasma mengikat I K B. Saat stimulasi terjadi fosforilasi dan degradasi I K B menyebabkan NF K B menjadi aktif, translokasi ke nukleus sehingga mengaktifkan beberapa target gen yang sesuai. NF K B terlibat dalam regulasi beberapa gen yang berperan dalam inflamasi, apoptosis, diferensiasi dan kelangsungan hidup sel. NF K B dapat memicu asetilasi histon dan modifikasi lainnya Gambar 2.34.a dan Gambar 2.34.b. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.34a Modifikasi Histon Adcock, et al., 2006. 2.34b Asetilasi Histon Liberman Marks, 2009 Keterangan: Beberapa macam cara modifikasi histon yaitu asetilasi, metilasi dan fosforilasi histon Gambar A Histon terasetilasi dapat mengalami deasetilasi kembali Gambar A dan B Perubahan struktur kromatin sangat menentukan regulasi ekspresi gen. Struktur kromatin yang terbuka memudahkan transkripsi gen terjadi. Modifikasi asetilasi dan fosforilasi yang bersifat reversibel dan dinamis mengikuti ekspresi gen individual. Perubahan kecil dari binding site NF K B akan menyebabkan perubahan bermakna pada kemampuan aktivasi ekspresi gen. Perubahan kromatin chromatin remodelling kemungkinan dipicu oleh berbagai stimulus, yaitu antara lain seperti pada Gambar 2.35 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Gambar 2.35 Model Represi Gen, Kompleks HSF-1MTA-1NuRD Keterangan: Pada saat fase aktif, DNA dalam konformasi terbuka dan polimerase RNA II dapat mentranslasikan sekuens gen. Dengan ikatan HSF-1, membawa MTA-1 dan menuju promoter sehingga histon mengalami deasetilasi, menyebabkan perekrutan nukleosom dan membentuk kromatin yang lebih padat. Hal ini mendukung terjadinya represi gen Asea De Maio, 2007 Universitas Sumatera Utara

2.15 Perbandingan Struktur dan Fungsi Pendengaran Spesies Berbeda

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Curcuminoid Dalam Mencegah Kerusakan Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus Yang Diinduksi Bising Ditinjau Dari Ekspresi Activator Protein-1

0 0 18

Pengaruh Pemberian Curcuminoid Dalam Mencegah Kerusakan Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus Yang Diinduksi Bising Ditinjau Dari Ekspresi Activator Protein-1

0 0 9

Pengaruh Pemberian Curcuminoid Dalam Mencegah Kerusakan Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus Yang Diinduksi Bising Ditinjau Dari Ekspresi Activator Protein-1

0 3 9

Pengaruh Pemberian Curcuminoid dalam Mencegah dan Memperbaiki Kerusakan Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus Model Diabetes Mellitus Ditinjau dari Ekspresi Kolagen Tipe IV

0 0 17

Pengaruh Pemberian Curcuminoid dalam Mencegah dan Memperbaiki Kerusakan Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus Model Diabetes Mellitus Ditinjau dari Ekspresi Kolagen Tipe IV

1 1 8

Pengaruh Pemberian Curcuminoid dalam Mencegah dan Memperbaiki Kerusakan Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus Model Diabetes Mellitus Ditinjau dari Ekspresi Kolagen Tipe IV

1 3 18

Pengaruh Pemberian Curcuminoid dalam Mencegah dan Memperbaiki Kerusakan Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus Model Diabetes Mellitus Ditinjau dari Ekspresi Kolagen Tipe IV

0 0 7

Pengaruh Pemberian Curcuminoid dalam Mencegah dan Memperbaiki Kerusakan Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus Model Diabetes Mellitus Ditinjau dari Ekspresi Kolagen Tipe IV

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Curcuminoid terhadap Pajanan Bising yang Ditinjau dari Ekspresi HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 dan Kolagen Tipe IV pada Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus (Studi Eksperimental Laboratorik Ex Vivo)

0 0 15

Pengaruh Curcuminoid terhadap Pajanan Bising yang Ditinjau dari Ekspresi HSP-70, NFκB, TLR-2, TLR-4, MMP-9 dan Kolagen Tipe IV pada Fibroblas Koklea Rattus Norvegicus (Studi Eksperimental Laboratorik Ex Vivo)

0 0 28