K5a : Kelompok perlakuan dengan pemberian curcuminoid 50 mg perhari selama 2 minggu, kemudian selama 2 minggu
berikutnya diberikan pajanan bising 100 dB selama 2 jam perhari bersamaan dengan pemberian curcuminoid 50 mg
perhari. K5b : Kelompok perlakuan dengan pemberian curcuminoid 100 mg
perhari selama 2 minggu, kemudian selama 2 minggu berikutnya diberikan pajanan bising 100 dB selama 2 jam
perhari bersamaan dengan pemberian curcuminoid 100 mg perhari.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium yang terstandarisasi dan
mempunyai peralatan lengkap serta pengalaman memadai dalam pemeliharaan hewan coba, pembuatan sediaan maupun dalam teknik
pemeriksaan Imunohistokimia yang dikerjakan di Laboratorium Biokimia FK UNAIR, Laboratorium Patologi Anatomi RSUD dr. Soetomo Surabaya
dan Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian dilakukan selama 12 bulan, meliputi tahap persiapan bahan dan alat, penelitian pendahuluan, perlakuan, pemeriksaan dan
penyusunan laporan.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel bebas Sebagai variabel bebas adalah stresor berupa pajanan bising frekuensi
1 sd 10 kHz, dengan dosis pajanan intensitas 100 dB selama 2 jam diukur dengan sound level meter skala A dan curcuminoid dengan dosis
50 mg perhari dan 100 mg perhari. 3.3.2 Variabel terikat
Respon molekuler pada fibroblas yang meliputi ekspresi HSP-70, NF
k
B, TLR-2, TLR-4, MMP-9 dan Kolagen Tipe IV. 3.3.3 Variabel terkendali
Tikus jenis Wistar, jenis kelamin tikus, kandang tikus terpisah, berat badan tikus, makanan dan minuman tikus, cara pemberian perlakuan
pajanan bising, cara pemberian curcuminoid, prosedur penelitian dan cara pemeliharaan hewan coba.
3.4 Sampel
Sampel penelitian dipilih tikus karena mempunyai kemiripan struktur telinga dalam dengan manusia. Tikus telah digunakan sebagai model
hewan coba untuk penelitian penyakit ketulian genetik manusia dan terbukti bermanfaat dalam membantu mengidentifikasi gen yang sesuai
pada manusia yang berperan dalam perkembangan sistem auditorius. Melalui identifikasi genetik dan sekuensnya, tikus dikatakan homolog
70 dengan manusia Van de Water, 1996.
Universitas Sumatera Utara
Tikus Wistar Rattus norvegicus, jenis kelamin jantan, kondisi sehat, umur dewasa 2-3 bulan. Diambil tikus dengan berat badan antara
150-250 gram dengan alasan perubahan berat selama penelitian relatif kecil Hume, et al.,1977.
Sampel penelitian ini menggunakan tikus dengan galur populasi yang sama, homogen dalam jenis kelamin dan umur, tikus tersebut merupakan
hasil pembiakan breeding di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Airlangga. Perlakuan pada tikus dengan pemberian pajanan kebisingan
secara kontinyu dan pemberian curcuminoid dalam kurun waktu tertentu dan kemudian diukur variabel penelitian hanya setelah pemberian
perlakuan. Rancangan penelitian memiliki kriteria sebagai berikut: 1 pengambilan sampel dilakukan secara acak
2 ada suatu pengulangan 3 ada kontrol pembanding
4 bersifat double blind peneliti dan subyek penelitian tidak mengetahui perlakuan mana yang diberikan oleh peneliti dan perlakuan mana yang
diterima oleh subyek penelitian Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji
Analysis of Variance ANOVA untuk mencapai tujuan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3.4.1 Besar sampel Besar sampel ditentukan berdasarkan jumlah ulangan yang dianggap
telah cukup baik Federer, 1955, dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: k = jumlah kelompok subyek penelitian k=8
r = jumlah ulangan Perhitungan:
8-1 r-1 ≥ 15. 7r – 7 ≥ 15. 7r ≥ 22. r ≥ 3.14
Berdasarkan hasil penghitungan r ulangan minimal sama dengan 3.14 kali, maka ditetapkan ulangan tiap kelompok 4.
r = 4, n = r x k, n = 4 x 8 = 32 ditetapkan besar sampel secara keseluruhan yaitu minimal 32 ekor
tikus. 3.4.2 Pengelompokan sampel
Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel adalah tikus yang diambil peneliti secara random untuk tiap kelompok perlakuan, sehingga
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 ekor tikus yang dibagi menjadi 8 kelompok, dengan ketentuan sebagai berikut:
K1 : Kelompok kontrol, tanpa perlakuan pajanan bising dan tanpa pemberian curcuminoid.
K2 : Kelompok perlakuan dengan pajanan bising 100 dB selama 2 jam perhari selama 2 minggu.
k-1 r-1 ≥ 15
Universitas Sumatera Utara
K3a : Kelompok perlakuan dengan pajanan bising 100 dB selama 2 jam perhari bersamaan pemberian curcuminoid 50 mg perhari
selama 2 minggu. K3b : Kelompok perlakuan dengan pajanan bising 100 dB selama 2
jam perhari bersamaan pemberian curcuminoid 100 mg perhari selama 2 minggu.
K4a : Kelompok perlakuan dengan pajanan bising 100 dB selama 2 jam perhari bersamaan pemberian curcuminoid 50 mg perhari
selama 2 minggu, kemudian selama 2 minggu berikutnya tidak diberi perlakuan apapun.
K4b : Kelompok perlakuan dengan pajanan bising 100 dB selama 2 jam perhari bersamaan pemberian curcuminoid 100 mg
perhari selama 2 minggu, kemudian selama 2 minggu berikutnya tidak diberi perlakuan apapun.
K5a : Kelompok perlakuan dengan pemberian curcuminoid 50 mg perhari selama 2 minggu, kemudian selama 2 minggu
berikutnya diberikan pajanan bising 100 dB selama 2 jam perhari bersamaan dengan pemberian curcuminoid 50 mg
perhari. K5b : Kelompok perlakuan dengan pemberian curcuminoid 100 mg
perhari selama 2 minggu, kemudian selama 2 minggu berikutnya diberikan pajanan bising 100 dB selama 2 jam
perhari bersamaan dengan pemberian curcuminoid 100 mg perhari.
Universitas Sumatera Utara
3.4.3 Teknik pengambilan sampel Tikus putih jantan Rattus norvegicus galur Wistar didapat dari institusi
penyedia yang memiliki kualifikasi standar dan reputasi yang baik Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Sebelum digunakan sebagai subyek penelitian, hewan coba dilakukan evaluasi klinis dan dikondisikan dalam lingkungan yang sesuai selama
14 x 24 jam untuk meyakinkan bahwa hewan tersebut tidak berpenyakit atau tidak berpotensi menularkan penyakit.
Sebelum mendapatkan perlakuan penelitian, dilakukan skrining dengan beberapa kriteria, yaitu:
1. Kriteria inklusi: hewan coba berusia 2-3 bulan, jenis kelamin jantan dan berat badan 150-250 gram.
2. Kriteria eksklusi: a Hewan dinyatakan oleh dokter hewan konsultan terbukti
berpenyakit, baik penyakit menular atau tidak menular atau cedera fisik atau berpotensi menularkan penyakit dalam kurun waktu
evaluasi klinis di dalam kondisi lingkungan yang sesuai selama 14 x 24 jam.
b Hewan terdeteksi memiliki kelainan bawaan yang dinyatakan oleh dokter hewan konsultan.
c Hewan berperilaku agresif, dalam pengamatan sering menyerang anggota kelompok lain.
Universitas Sumatera Utara
Setelah didapatkan sampel yang homogen melalui skrining dengan kriteria inklusi dan eksklusi di atas, dilakukan pembagian kelompok
sampel yang homogen secara alokasi random sehingga setiap anggota sampel mempunyai kesempatan sama untuk menempati kelompoknya.
Penelitian berlangsung dengan prosedur pelakuan hewan secara benar ditinjau dari prinsip 3R Reduction, Replacement, Refinement serta
prinsip 5F Freedom from Hunger and Thirst, Freedom from Discomfort, Freedom from Pain, Injury or Disease, Freedom to Express Normal
Behaviour, Freedom from Fear and Distress FAO, 2011 dan diberlakukan kriteria Putus Uji apabila subyek penelitian mengalami sakit
atau kematian sehingga tidak bisa memenuhi prosedur penelitian yang membutuhkan waktu selama 2 minggu dan 4 minggu.
Selanjutnya tikus diterminasi dan dilakukan pengambilan jaringan koklea untuk dibuat sediaan dan pengecatan Imunohistokimia untuk
analisis HSP-70, NF
k
B, TLR-2, TLR-4, MMP-9 dan Kolagen Tipe IV.
3.5 Definisi Operasional Penelitian Batasan operasional untuk penelitian ini: