1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini yang memiliki peran penting untuk mengembangkan kepribadian
anak dan sebagai dasar bagi pencapaian keberhasilan pendidikan yang lebih tinggi. Taman Kanak-kanak yang memberikan pelayanan pendidikan bagi anak 4-
6 tahun merupakan jalur Pendidikan Anak Usia Dini yang berbentuk jalur pendidikan formal. Di Taman Kanak-kanak, anak mengembangkan berbagai
aspek perkembangan kemampuan dasar yang meliputi bahasa, kognitif, fisik- motorik dan seni Anita Yus, 2005:17.
Pendidikan Anak Usia Dini PAUD menurut UU NO. 20 Tahun 2003 dapat diartikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak dari
sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan atau stimulasi pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani serta rohani anak supaya memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional NO.58 Tahun 2009, dapat dijelaskan bahwa tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah untuk meletakkan dasar perkembangan sikap,
pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan membantu mempersiapkan anak
memasuki dunia sekolah baik secara sosial, intelektual, maupun emosionalnya. Mengacu pada definisi dan tujuan dari pendidikan anak usia dini yang telah
dipaparkan diatas, tentu saja keberadaan dan pembinaan anak usia dini sangat
2
penting untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan anak usia dini berada padamasa golden age
atau masa keemasan,masa di mana otak anak mengalami perkembangan paling cepat sepanjang sejarah kehidupannya.
Menurut Suyadi dalam bukunya yang berjudul Psikologi Belajar Paud 2010: 06 menyatakan bahwa periode emas berlangsung pada saat anak dalam
kandungan hingga usia dini, yaitu 0-6 tahun. Masa keemasan jangan sampai terlewatkan, pada masa ini dibutuhkan stimulasi yang tepat pada seluruh aspek
perkembangan yang terdiri dari kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosial emosional, agama dan moral sehingga anak dapat berkembang secara
maksimal.Salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan untuk anak usia dini adalah aspek bahasa.
Bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangan pada masa golden age. Bahasa merupakan suatu hal yang tidak
dapat dipisahkan dari anak usia dini hingga dewasa. Kemampuan berbahasa pada anak usia 4-6 tahun berdasarkan PERMENDIKNAS NO 58 tahun 2009 tanggal
17 September 2009 ditunjukkan pada nomer 3 yaitu lingkup perkembangan keaksaraan yang menyatakan tingkat pencapaian perkembangan yang diharapkan
meliputi: mengenal suara-suara atau benda yang ada di sekitarnya, membuat coretan yang bermakna, meniru huruf, memahami hubungan bunyi dan bentuk
huruf, membaca dan menulis nama sendiri. Membaca merupakan bagian dari kemampuan berbahasa. Anderson
Nurbiana Dhieni, dkk 2008:5.5 mengungkapkan bahwa membaca permulaan adalah membaca yang diajarkan secara terpadu, yang menitik beratkan pada
3
pengenalan huruf dan kata, menghubungkannya dengan bunyi. Darmiyati Zuchdi dan Budiasih 1996:51 menyatakan bahwa materi yang diajarkan dalam
membaca permulaan adalah lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana, huruf- huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang sudah
dikenal siswa huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai dengan 14 huruf, kata-kata baru yang bermakna menggunakan huruf-huruf yang sudah
dikenal, misalnya: toko, ubi, boneka, mata,tamu dan lafal dan intonasi kata yang sudah dikenal dan kata baru huruf yangdiperkenalkan 10 sampai 20 huruf.Materi
membaca permulaan diatas disesuaikan dengan tahap perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun.
Berdasarkan hasil observasipeneliti tanggal 22 November 2016 terhadap anak usia 5-6 tahun pada semester satu atau gasal terhadap kemampuan membaca
permulaan di TK PKK Bener, Tegalrejo, Yogyakarta yaitu belum sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Saat observasi secara langsung dan bertanya pada
wali kelas sebelum diadakan penelitian atau tindakan, didapatkan hasil bahwa sebagian besar anak yaitu 20 dari 21 anak belum memiliki kemampuan dalam
membaca permulaan. Metode membaca di sajikan langsung dari guru menggunakan media LKA dan papan tulis menyebabkan kurangnya interaksi
dalam pembelajaran membaca. Hal ini dapat terlihat ketika guru menulis huruf dan kata di papan tulis dan anak disuruh mengeja satu per satu huruf yang ada di
dalam kata tersebut lalu membacanya. Guru menjadi pusat pembelajaran saat pembelajaran seperti ini dan anak duduk manis di kursi masing-masing sehingga
anak kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran
4
membaca dengan metode berpusat kepada guru masih terkesan kurang menyenangkan bagi anak sehingga kurang sesuai dengan prinsip pembelajaran
anak usia dini yaitu belajar yang menyenangkan. Pembelajaran yang belum sesuai dengan prinsip pembelajaran anak usia dini ditunjukkan dari jumlah keseluruhan
anak yaitu dua puluh satu anak usia 5-6 tahun, ketika guru mencoba menyampaikan materi membaca yaitu membaca nama sendiri dan membaca kata
dalam LKA, anak yang dapat membaca adalah satu anak dan enam belas anak tidak lancar membaca, empat anak yang lain lebih memilih keluar masuk kelas,
membantu guru kelompok bermain membersihkan kelas dan membeli makanan di kantin, ketika mereka ditanya mengapa tidak masuk kelas dan mendengarkan
penjelasan guru, anak tersebut menjawab sudah pernah. Sehingga pada pembelajaran yang tidak disukai anak, anak memiliki kesibukan sendiri.
Bagi anak yang sudah dapat membaca mereka memiliki antusias terhadap penjelasan yang disampaikan guru. Sebaliknya, anak yang belum bisa membaca
mereka terlihat pasif dan mengalami kesulitan dalam mengenal bentuk dan bunyi huruf serta mengucapkan dalam bentuk kata sederhana sehingga hanya mengikuti
kata yang diucapkan oleh teman yang bisa, ketika anak ditanya mengapa mereka tidak mendengarkan penjelasan yang diberikan guru, anak tersebut menjawab
karena malas sudah pernah diajarkan dan menginginkan pembelajaran membaca dengan materi lainselain membaca nama teman-temannya ataupun membaca
huruf dan kata pada LKA. Guru mengatakan bahwa pernah menggunakan media lain namun belum maksimal karena keterbatasan pengetahuan menggunakan
media tersebut.
5
Menurut peneliti, yang berdiskusi dengan guru untuk mencari penyebab anak masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran membaca permulaan
didapatkan beberapa hal yaitu: Metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pembelajaran membaca kurang menarik minat anak, sehingga
terdapat beberapa anak yang memilih bercanda, menjahili teman dan keluar masuk kelas. Media yang digunakan guru kurang bervariatif. Materi yang
disampaikan dilakukan berulang-ulang kali sehingga terkesan monoton. Saat pembelajaran membaca, anak susah untuk berkonsentrasi dan tidak kondusif
karena ruang kelas yang letaknya berdekatan dengan kelas kelompok bermain. Saat peneliti dan guru berdiskusi, jawaban guru mengapa pembelajaran di TK
PKK Bener pada usia 5-6 tahun menggunakan Lembar Kerja Anak LKA dalam mengenalkan membaca, guru menekankan penggunaan LKA dikarenakan media
LKA dianggap sebagai satu-satunya media yang lebih mudah digunakan untuk melakukan evaluasi pembelajaran dan kurangnya pengetahuan penggunaan media
lain. Akan tetapi, pada dasarnya terdapat metode pembelajaran yang dapat
digunakan oleh pendidik untuk menarik minat anak dalam membaca permulaan. Melihat keadaan seperti itu, peneliti ingin mencoba meningkatkan kemampuan
membaca permulaan anak menggunakan media pembelajaran yang edukatif dan menarik untuk anak yaitu dengan media audio visual. Penggunaan media dapat
membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran terhadap anak. Dalam penelitian ini peneliti memakai media audio visual dikarenakan dengan adanya
media audio visual yang menampilkan berbagai variasi warna, suara dan gerak
6
akan meningkatkan minat belajar anak sehingga materi pembelajaran yang disampaiakan diserap dengan baik oleh anak-anak. Media audio visual dengan
menggunakan media audio visual ini berisi huruf “Nama Huruf-Bunyi”,
“Menggabungkan Huruf menjadi Suku Kata” dan “Menggabungkan Suku Kata menj
adi Kata”. Pada sesi pengenalan ini anakdiajak untuk menyanyikan lagu huruf.
Peneliti memiliki beberapa media audio visual lagu huruf agar anak tidak mudah bosan, guru memutarkan audio visual melalui laptop. Setiap kegiatan anak
diminta untuk menirukan seperti yang ada di audio visual dari kegiatan pertama pengenalan huruf, penggabungan menjadi suku kata dan kata. Guru memutarkan
kembali media audio visual, anak diminta melakukan kegiatan tanpa bantuan suara dari media maupun guru. Media yang dipakai tidak menyesuaikan tema
yang sudah ada namun pembelajaran sesuai dengan tema dilakukan setelah kegiatan mengenalkan kemampuan membaca permualaan.
Gambar memiliki kekuatan besar dalam merespon otak anak. Anak akan mudah memahami kata-kata yang dipelajarinya dengan melihat gambar. Dengan
menggunakan slide bersuara sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat menyebabkan semakin banyak tingkat pencapaian perkembangan
anak yang terlibat visual, audio. Selain sesi pengenalan huruf hingga menggabungkannya menjadi suku
kata dan kata, untuk melatih ingatan anak terdapat sesi pengayaan yang berisi tentanganak diberi lembar observasi nama-nama huruf B-J dan suku kata yang
terdapat dalam audio visual “Aku Bisa Membaca bersama Lala” pada saat
7
kegiatan akhir. Guru menyebutkan beberapa huruf, anak diminta untuk melingkari huruf yang disebutkan guru. Anak mencari huruf yang disebutkan guru dengan
membaca satu-satu huruf yangtertera di lembar observasi. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti perlu
melakukan penelitian tentang “Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Audio Visual Anak Usia 5-6 Tahun Di TK PKK Bener Kecamatan
Tegalrejo”. Penelitian ini diharapkan dapat melakukan perbaikan dan dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak, yaitu dengan menggunakan media Audio
Visual, metode tersebut diharapkan baik kegiatan maupun pembelajaran dilalui dengan cara bermakna, menyenangkan, serta terjadi interaksi antara guru dan
murid yang penting bagi pencapaian perkembangan anak. Penggunaan media Audio Visual di harapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca anak
sehingga dapat tercapai dengan baik.
B. Identifikasi Masalah