MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PKK BENER KECAMATAN TEGALREJO.

(1)

i

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PKK

BENER KECAMATAN TEGALREJO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh : Galuh Yuliasih C NIM 12111244023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

"Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh."

(Andrew Jackson)

“Belajar membacapermulaan diajarkan dengan perhatian pada perkataan-perkataan utuh,bermakna dalam konteks pribadi anak-anak dan bahan-bahan yang

diberikanmelalui permainan dan kegiatan yang menarik sebagai perantaran pembelajaran”.


(6)

vi

PERSEMBAHAN

1. Ibu dan Almarhum Ayah, terimakasih selalu memberikan yang terbaik untukku.

2. Program studi PG-PAUD FIP UNY yang saya banggakan. 3. Agama, Bangsa, dan Negara.


(7)

vii

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PKK

BENER KECAMATAN TEGALREJO Oleh

Galuh Yuliasih Condrosari NIM 12111244023

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui media audio visual anak usia 5-6 tahun di TK PKK Bener, Tegalrejo Yogyakarta. Aspek kemampuan membaca permulaan yang diteliti meliputi 1) huruf (nama huruf-bunyi), 2) penggabungan huruf menjadi suku kata dan 3) menggabungkan suku kata menjadi kata.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif. Penelitian ini dilakukan dua Siklus yang masing-masing Siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B di TK PKK Bener yang berjumlah 21 anak terdiri dari 13 anak perempuan dan 8 anak laki-laki. Objek penelitian ini adalah kemampuan membaca permulaan untuk kelompok B di TK PKK Bener menggunakan media audio visual. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar pengamatan dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan membaca permulaan melalui media audio visual di TK Bener Tegalrejo Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata kemampuan membaca permulaan anak pada tiap aspek. Seperti pada Aspek huruf (nama huruf-bunyi) dari Pratindakan sebesar 48,8% meningkat menjadi 60,71% pada Siklus I dan Siklus II menjadi 79,7%.Pada aspek penggabungan huruf menjadi suku kata dari Pratindakan sebesar 38,09% meningkat menjadi 47,21% pada Siklus I dan Siklus II menjadi 70,23%. Kemudian pada aspek menggabungkan suku kata menjadi kata pada Pratindakan sebesar 35,7% meningkatkan menjadi 54,76% pada Siklus I dan Siklus II menjadi 61,9%.Peningkatan kemampuan membaca permulaan, selain dapat dilihat pada tiap aspek juga dapat dilihat dari rata-rata skor total pada setiap Siklus dimulai dari pada saat Pratindakan sebesar 40,9%, meningkat menjadi 56,4% pada Siklus I, dan mencapai 76,18% pada tindakan Siklus II.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini skripsi yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Audio Visual Anak Usia 5-6 Tahun Di TK PKK Bener Kecamatan Tegalrejo” dapat terselesaikan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bimbingan, dukungan, kerjasama, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk kuliah.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi.

3. Ketua Jurusan PAUD Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan saran, motivasi, dan nasihat dalam penyusunan skripsi.

4. Ibu Dra. Sudaryanti, M.Pd selaku dosen pembimbing I dan Ibu Nur Cholimah, S.Pd.,M.Pd selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar membimbing penulis dalam menyusun skripsi dan berkenan meluangkan waktu untuk memberikan saran, arahan, dan motivasi pada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Ibu Sri Endah Winarni M.Pd, selaku Kepala Sekolah TK PKK Bener Tegalrejo, Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian di TK yang dipimpin serta memberikan motivasi pada penulis dalam menyelesaikan skripsi. .


(9)

ix

6. Almarhum Ayah tercinta dan ibu yang selalu menyayangi, mendukung, mendoakan, dan menasehati dengan penuh kesabaran.

7. Kakakku Agik Kusno Priadi serta keluarga besar yang telah memberikan motivasi dan kasih sayang.

8. Teman-temanku PG-PAUD 2012 yang selalu berjuang bersama.

9. Sahabatku tersayang Intan, Yaunuary, Astried, Dyaz Poetri dan teman-teman PPL 57 Munthuk yang selalu memotivasi, memberikan bantuan, dan kasih sayang.

10. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi.

Hanya doa yang dapat penulis panjatkan, semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini banyak memberi manfaat bagi penulis dan pembaca. Amiin.

Yogyakarta, 29 Mei 2017 Penulis,


(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN PERNYATAAN ... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO ... PERSEMBAHAN... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

i ii iii iv v vi vii viii x xiii xiv xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan Masalah ... D. Perumusan Masalah ... E. Tujuan Masalah ... F. Manfaat Penelitian ...

1 7 8 8 8 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini ...

1. Pengertian Bahasa ... .. 2. Pengertian Perkembangan ...

3. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini ... 4. Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun ... B. Hakikat Membaca ... 1. Hakikat Perkembangan Membaca ...

10 10 12 14 20 24 24


(11)

xi BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... B. Subjek dan Objek Penelitian ... C. Tempat atau Setting Penelitian ... 1. Tempat Penelitian ... 2. Waktu Penelitian ... D. Model Penelitian ...

86 87 87 87 87 87 2. Tahap Perkembangan Membaca ...

3. Kemampuan Membaca ... 4. Tahap Perkembangan Membaca... 5. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Membaca Anak Taman Kanak-kanak ... C. Penialaian Kemampuan Membaca Permulaan di TK ... D. Kemampuan Membaca Permualaan ... 1. Pengertian Kemampuan Membaca Permulaan... 2. Karakteristik Membaca Anak Usia 5-6 Tahun ... 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Permulaan 4. Metode Pembelajaran Membaca Permulaan ... 5. Hakikat Kemampuan Membaca Permulaan ... 6. Prinsip Pembelajaran Membaca Permulaan Anak Usia TK ... E. Media Pembelajaran ... 1. Pengertian Media ... 2. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran ... 3. Jenis Media Pembelajaran ... F. Media Audio Fisual ... 1. Pengertian Audio Visual ... 2. Audio Visual sebagai Media ... 3. Jenis-jenis Media Audio Visual ... 4. Inovasi Media Audio Visual dalam Pembelajaran ... G. Kerangka Pikir ... H. Hipotesis Tindakan ...

26 32 33 40 41 43 43 44 48 51 56 62 64 64 67 70 72 72 74 74 78 81 85


(12)

xii

1. Perencanaan ... 2. Pelaksanaan ... 3. Observasi ... 4. Refleksi ... E. Metode Pengumpulan Data ... F. Instrumen Pengumpulan Data ... G. Metode Analisis Data ... H. Indikator Keberhasilan ...

89 89 90 90 91 92 101 103

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 2. Deskripsi Kondisis Awal Sebelum PTK ... 3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... b. Pelaksanaan tindakan Siklus I ... c. Observasi Tindakan Siklus I ... d. Refleksi Tindakan Siklus I ... 4. Tindakan Siklus II ... a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... c. Observasi Tindakan Siklus II ... d. Refleksi Tindakan Siklus II ... B. Pembahasan ... C. Keterbatasan Penelitian ...

104 104 104 109 110 111 123 127 130 130 128 147 146 149 155 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan ... B.Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

156 157 159 161


(13)

xiii DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14 Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19

Kisi-kisi Instrumen Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Media Audio Visual... Rubrik Penilaian Pengetahuan tentang Huruf (Nama Huruf) - Bunyi... Instrumen Penilaian Pengetahuan tentang huruf (nama huruf) - bunyi ... Rubrik Penilaian Menggabungkan Membaca Huruf menjadi Suku Kata ... Instrumen Penilaian Kemampuan Menggabungkan Huruf menjadi Suku Kata ... Rubrik Penilaian Menggabungkan Suku Kata menjadi Kata... Instrumen Penilaian Kemampuan Menggabungkan Suku Kata menjadi Kata ... Instrumen Penilaian ... Hasil Observasi Pratindakan ... Hasil Pertemuan pertama Siklus I ... Hasil Pertemuan kedua Siklus I ... Hasil Pertemuan ketiga Siklus I... Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 5-6 Tahun melalui Media Audio Visual pada Siklus I ... Peningkatan yang terjadi pada waktu Pratindakan ke Siklus I ... Hasil Pertemuan pertama Siklus II ... Hasil Pertemuan kedua Siklus II ... Hasil Pertemuan ketiga Siklus II ... Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 5-6 Tahun melalui Media Audio Visual pada Siklus I ke Siklus II .. Peningkatan yang terjadi pada Siklus I ke Siklus II ...

94 95 96 97 98 99 100 101 107 113 117 121 126 127 135 140 145 148 148


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka Pikir ... 85 Gambar 2. Siklus PTK menurut Kemmis & Taggart ... 88 Gambar 3. Diagram batang peningkatan kemampuan membaca permulaan

melalui media audio visual anak usia 5-6 tahun di TK PKK Bener ... 127 Gambar 4. Diagram batang peningkatan kemampuan membaca permulaan

melalui media audio visual anak usia 5-6 tahun di TK PKK Bener... 149


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini yang memiliki peran penting untuk mengembangkan kepribadian anak dan sebagai dasar bagi pencapaian keberhasilan pendidikan yang lebih tinggi. Taman Kanak-kanak yang memberikan pelayanan pendidikan bagi anak 4-6 tahun merupakan jalur Pendidikan Anak Usia Dini yang berbentuk jalur pendidikan formal. Di Taman Kanak-kanak, anak mengembangkan berbagai aspek perkembangan kemampuan dasar yang meliputi bahasa, kognitif, fisik-motorik dan seni (Anita Yus, 2005:17).

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menurut UU NO. 20 Tahun 2003 dapat diartikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak dari sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan atau stimulasi pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani anak supaya memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional NO.58 Tahun 2009, dapat dijelaskan bahwa tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah untuk meletakkan dasar perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan membantu mempersiapkan anak memasuki dunia sekolah baik secara sosial, intelektual, maupun emosionalnya. Mengacu pada definisi dan tujuan dari pendidikan anak usia dini yang telah dipaparkan diatas, tentu saja keberadaan dan pembinaan anak usia dini sangat


(16)

2

penting untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan anak usia dini berada padamasa golden ageatau masa keemasan,masa di mana otak anak mengalami perkembangan paling cepat sepanjang sejarah kehidupannya.

Menurut Suyadi dalam bukunya yang berjudul Psikologi Belajar Paud (2010: 06) menyatakan bahwa periode emas berlangsung pada saat anak dalam kandungan hingga usia dini, yaitu 0-6 tahun. Masa keemasan jangan sampai terlewatkan, pada masa ini dibutuhkan stimulasi yang tepat pada seluruh aspek perkembangan yang terdiri dari kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosial emosional, agama dan moral sehingga anak dapat berkembang secara maksimal.Salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan untuk anak usia dini adalah aspek bahasa.

Bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangan pada masa golden age. Bahasa merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari anak usia dini hingga dewasa. Kemampuan berbahasa pada anak usia 4-6 tahun berdasarkan PERMENDIKNAS NO 58 tahun 2009 tanggal 17 September 2009 ditunjukkan pada nomer 3 yaitu lingkup perkembangan keaksaraan yang menyatakan tingkat pencapaian perkembangan yang diharapkan meliputi: mengenal suara-suara atau benda yang ada di sekitarnya, membuat coretan yang bermakna, meniru huruf, memahami hubungan bunyi dan bentuk huruf, membaca dan menulis nama sendiri.

Membaca merupakan bagian dari kemampuan berbahasa. Anderson (Nurbiana Dhieni, dkk 2008:5.5) mengungkapkan bahwa membaca permulaan adalah membaca yang diajarkan secara terpadu, yang menitik beratkan pada


(17)

3

pengenalan huruf dan kata, menghubungkannya dengan bunyi. Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996:51) menyatakan bahwa materi yang diajarkan dalam membaca permulaan adalah lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana, huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai dengan 14 huruf), kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah dikenal), misalnya: toko, ubi, boneka, mata,tamu dan lafal dan intonasi kata yang sudah dikenal dan kata baru (huruf yangdiperkenalkan 10 sampai 20 huruf).Materi membaca permulaan diatas disesuaikan dengan tahap perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun.

Berdasarkan hasil observasipeneliti tanggal 22 November 2016 terhadap anak usia 5-6 tahun pada semester satu atau gasal terhadap kemampuan membaca permulaan di TK PKK Bener, Tegalrejo, Yogyakarta yaitu belum sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Saat observasi secara langsung dan bertanya pada wali kelas sebelum diadakan penelitian atau tindakan, didapatkan hasil bahwa sebagian besar anak yaitu 20 dari 21 anak belum memiliki kemampuan dalam membaca permulaan. Metode membaca di sajikan langsung dari guru menggunakan media LKA dan papan tulis menyebabkan kurangnya interaksi dalam pembelajaran membaca. Hal ini dapat terlihat ketika guru menulis huruf dan kata di papan tulis dan anak disuruh mengeja satu per satu huruf yang ada di dalam kata tersebut lalu membacanya. Guru menjadi pusat pembelajaran saat pembelajaran seperti ini dan anak duduk manis di kursi masing-masing sehingga anak kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran


(18)

4

membaca dengan metode berpusat kepada guru masih terkesan kurang menyenangkan bagi anak sehingga kurang sesuai dengan prinsip pembelajaran anak usia dini yaitu belajar yang menyenangkan. Pembelajaran yang belum sesuai dengan prinsip pembelajaran anak usia dini ditunjukkan dari jumlah keseluruhan anak yaitu dua puluh satu anak usia 5-6 tahun, ketika guru mencoba menyampaikan materi membaca yaitu membaca nama sendiri dan membaca kata dalam LKA, anak yang dapat membaca adalah satu anak dan enam belas anak tidak lancar membaca, empat anak yang lain lebih memilih keluar masuk kelas, membantu guru kelompok bermain membersihkan kelas dan membeli makanan di kantin, ketika mereka ditanya mengapa tidak masuk kelas dan mendengarkan penjelasan guru, anak tersebut menjawab sudah pernah. Sehingga pada pembelajaran yang tidak disukai anak, anak memiliki kesibukan sendiri.

Bagi anak yang sudah dapat membaca mereka memiliki antusias terhadap penjelasan yang disampaikan guru. Sebaliknya, anak yang belum bisa membaca mereka terlihat pasif dan mengalami kesulitan dalam mengenal bentuk dan bunyi huruf serta mengucapkan dalam bentuk kata sederhana sehingga hanya mengikuti kata yang diucapkan oleh teman yang bisa, ketika anak ditanya mengapa mereka tidak mendengarkan penjelasan yang diberikan guru, anak tersebut menjawab karena malas sudah pernah diajarkan dan menginginkan pembelajaran membaca dengan materi lainselain membaca nama teman-temannya ataupun membaca huruf dan kata pada LKA. Guru mengatakan bahwa pernah menggunakan media lain namun belum maksimal karena keterbatasan pengetahuan menggunakan media tersebut.


(19)

5

Menurut peneliti, yang berdiskusi dengan guru untuk mencari penyebab anak masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran membaca permulaan didapatkan beberapa hal yaitu: Metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pembelajaran membaca kurang menarik minat anak, sehingga terdapat beberapa anak yang memilih bercanda, menjahili teman dan keluar masuk kelas. Media yang digunakan guru kurang bervariatif. Materi yang disampaikan dilakukan berulang-ulang kali sehingga terkesan monoton. Saat pembelajaran membaca, anak susah untuk berkonsentrasi dan tidak kondusif karena ruang kelas yang letaknya berdekatan dengan kelas kelompok bermain. Saat peneliti dan guru berdiskusi, jawaban guru mengapa pembelajaran di TK PKK Bener pada usia 5-6 tahun menggunakan Lembar Kerja Anak (LKA) dalam mengenalkan membaca, guru menekankan penggunaan LKA dikarenakan media LKA dianggap sebagai satu-satunya media yang lebih mudah digunakan untuk melakukan evaluasi pembelajaran dan kurangnya pengetahuan penggunaan media lain.

Akan tetapi, pada dasarnya terdapat metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik untuk menarik minat anak dalam membaca permulaan. Melihat keadaan seperti itu, peneliti ingin mencoba meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak menggunakan media pembelajaran yang edukatif dan menarik untuk anak yaitu dengan media audio visual. Penggunaan media dapat membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran terhadap anak. Dalam penelitian ini peneliti memakai media audio visual dikarenakan dengan adanya media audio visual yang menampilkan berbagai variasi warna, suara dan gerak


(20)

6

akan meningkatkan minat belajar anak sehingga materi pembelajaran yang disampaiakan diserap dengan baik oleh anak-anak. Media audio visual dengan menggunakan media audio visual ini berisi huruf “(Nama Huruf-Bunyi)”, “Menggabungkan Huruf menjadi Suku Kata” dan “Menggabungkan Suku Kata menjadi Kata”.

Pada sesi pengenalan ini anakdiajak untuk menyanyikan lagu huruf. Peneliti memiliki beberapa media audio visual lagu huruf agar anak tidak mudah bosan, guru memutarkan audio visual melalui laptop. Setiap kegiatan anak diminta untuk menirukan seperti yang ada di audio visual dari kegiatan pertama pengenalan huruf, penggabungan menjadi suku kata dan kata. Guru memutarkan kembali media audio visual, anak diminta melakukan kegiatan tanpa bantuan suara dari media maupun guru. Media yang dipakai tidak menyesuaikan tema yang sudah ada namun pembelajaran sesuai dengan tema dilakukan setelah kegiatan mengenalkan kemampuan membaca permualaan.

Gambar memiliki kekuatan besar dalam merespon otak anak. Anak akan mudah memahami kata-kata yang dipelajarinya dengan melihat gambar. Dengan menggunakan slide bersuara sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat menyebabkan semakin banyak tingkat pencapaian perkembangan anak yang terlibat (visual, audio).

Selain sesi pengenalan huruf hingga menggabungkannya menjadi suku kata dan kata, untuk melatih ingatan anak terdapat sesi pengayaan yang berisi tentanganak diberi lembar observasi nama-nama huruf B-J dan suku kata yang terdapat dalam audio visual “Aku Bisa Membaca bersama Lala” pada saat


(21)

7

kegiatan akhir. Guru menyebutkan beberapa huruf, anak diminta untuk melingkari huruf yang disebutkan guru. Anak mencari huruf yang disebutkan guru dengan membaca satu-satu huruf yangtertera di lembar observasi.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti perlu melakukan penelitian tentang “Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Audio Visual Anak Usia 5-6 Tahun Di TK PKK Bener Kecamatan Tegalrejo”. Penelitian ini diharapkan dapat melakukan perbaikan dan dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak, yaitu dengan menggunakan media Audio Visual, metode tersebut diharapkan baik kegiatan maupun pembelajaran dilalui dengan cara bermakna, menyenangkan, serta terjadi interaksi antara guru dan murid yang penting bagi pencapaian perkembangan anak. Penggunaan media Audio Visual di harapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca anak sehingga dapat tercapai dengan baik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka identifikasi masalah antara lain:

1. Anak usia 5-6 tahun di TK PKK Bener belum terlihat memiliki kemampuan membaca permulaan dimana hal ini belum sesuai dengan standar perkebangan bahasa anak usia 5-6 tahun.

2. Perlunya metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak

3. Perlunya media pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak


(22)

8

4. Perlunya optimalisasi media pembelajaran membaca permulaan selain LKA dan papan tulis.

C.

Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka batasan masalah yang diangkat adalah perlunya media pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anakserta metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun di TK PKK Bener.Dengan hal ini maka peneliti akan mencoba meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun di TK PKK Bener Tegalrejo Yogyakarta menggunakan media audio visual.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang dipaparkan, maka rumusan masalah yang diteliti adalah “Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui media audio visual anak usia 5-6 tahun di TK PKK BENER Tegalrejo Yogyakarta?” dan “Bagaimana hasil proses peningkatan membaca permulaan?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui media audio visual anak usia 5-6 tahun di TK PKK BENER Tegalrejo Yogyakarta

F. Manfaat Penelitian Manfaat Praktis


(23)

9

1) Anak pada usia 5-6 tahun di TK PKK Bener Tegalrejo mendapat pengalaman langsung untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan.

2) Pembelajaran yang menggunakan media audio visual membuat anak tidak akan jenuh atau bosan. Sehingga meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun di TK PKK Bener Tegalrejo Yogyakarta. b. Bagi pendidik

Bagi guru (pendidik) dapat menambah pengetahuan, menambah keterampilan dan kreativitas guru dalam menggunakan alat pembelajaran atau media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini memberikan kontribusi sebagai faktor pendukung dalam mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan yang telah ditetapkan, memberikan sumbangan variasi pembelajaran dalam meningkatkan profesionalisme guru, dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah. Memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti atau mengadakan pelatihan mengenai pemuatan media yang sesuai dengan minat anak.


(24)

10 BAB II KAJIAN TEORI A.Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini a. Pengertian Bahasa

Hurlock (1978:176) menyatakan bahwa bahasa mencakup segala sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Bahasa merupakan segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan manusia disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain (Rita Eka Izzati, 2008: 58-59). Secara lebih rinci, J.W. Santrock (2002:188) menyatakan bahwa “bahasa meliputi suatu sistem simbol yang kita gunakan untuk berkomunikasi satu sama lain.

Sistem ini ditandai oleh penciptaan yang tidak pernah berhenti dan adanya sistem atau aturan. Sistem atau aturan itu meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Brewer dalam Slamet Suyanto (2005:73), bahasa merupakan sistem komunikasi yang digunakan manusia, yang diproduksi secara oral atau simbol yang dapat diperluas dalam bentuk tulisan.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Surdjono (2005:6) mengungkapkan bahwa bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, berupa gerakan-gerakan, isyarat, tanda atau simbol yang mempunyai maksud tertentu dan merupakan gambaran kelahiran jiwa (pikiran, perasaan, dan kemauan). Bahasa dapat diartikan sebagai suatu sistem simbol dan urutan kata-kata, yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain, melibatkan infinite generativity, displacement, dan rule system (Conny R. Semiawan, 1999: 111). Sedangkan menurut Sunarto (2008:12) bahwa “ Bahasa


(25)

11

merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupannya”.

Kosa kata anak usia TK sudah bekembang dalam pengalaman berintegrasi dengan lingkungan. Bahasa dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pikiran maupun perasaannya anak terhadap orang lain. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan kemampuan seseorang dalam mengenal suatu simbol dan urutan kata-kata yang harus dimiliki oleh setiap individu yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan baik secara lisan maupun tertulis agar dapat dimengerti oleh orang lain sehingga terjadi proses komunikasi.Aspek perkembangan bahasa anak menurut Carol a & Barbara A.W. (2008: 353-355) meliputi mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis yang dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut :

1. Mendengarkan, merupakan kemampuan awal anak yang sangat penting dalam kehidupannya sebelum berbicara, membaca dan menulis. Kemampuan mendengarkan bagi anak digunakan untuk memahami lingkungan disekitar. Mengajarkan anak untuk mendengarkan akan memperbesar peluang untuk belajar bahasa dan ide baru.

2. Berbicara, merupakan salah satu cara untuk belajar bahasa. Anak harus berbicara dengan cara-cara yang dapat dimengerti dan didengar oleh orang lain jika ingin menyampaikan ide maupun perasaan.

3. Membaca, merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki anak untuk memasuki sekolah dasar. Pembelajaran di TK hanya mengajarkan tentang keterampilan pada anak sebagai persiapan untuk belajar membaca.


(26)

12

4. Menulis, merupakan cara yang semakin rumit bagi anak untuk menyampaikan ide, meminta sesuatu, mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan, serta memberi kesenangan. Anak mulai menulis dengan membuat coretan, membuat gambar, dan akan berkembang seiring dengan berkembangnya pengetahuan anak tentang tulisan.

Dalam penelitian ini akan membahas salah satu dari empat pengembangan aspek bahasa tersebut yaitu kemampuan membaca. Membaca merupakan kemampuan yang menjadi modal bagi anak untuk memasuki pendidikan dasar. Berbagai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas akan diperoleh dengan membaca. Selain itu, membaca merupakan salah satu bentuk komunikasi untuk dapat memahami simbol-simbol dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu diperlukan peningkatan terhadap kemampuan pemulaan pada anak.

b. Pengertian Perkembangan

Perkembangan adalah suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi seperti biologis, kognitif, dan sosio emosional menurut Santrock dalam Nurbiana 2005:3). Perkembangan individu merupakan pola gerakan atau perubahan yang secara dinamis dimulai dari pembuahan atau konsepsi dan terus dilanjutkan pembuahan atau konsepsi dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia yang terjadi akibat dari kematangan dan pengalaman (Hurlock,1991; Rice, 2002). Sedangkan menurut Hurlock (1991), dalam perkembangan ada dua proses yang bertentangan yang terjadi secara bertentangan yang terjadi secara serempak selama kehidupan,


(27)

13

yaitu pertumbuhan yang disebut evolusi dan kemunduran yang disebut dengan involusi.

Salkind dalam M.Ramli (2005:43) menyatakan bahwa perkembangan ialah suatu rangkaian perubahan progresif yang terjadi dalam suatu pola yang dapat diprediksi sebagai hasil interaksi antara faktor biologis dan lingkungan. Senada dengan pendapat Salkind, Woolfolk dalam M.Ramli (2005:43) menyatakan bahwa, perkembangan ialah suatu perubahan adaptif secara teratur yang berlangsung sejak terjadinya konsepsi sampai meninggal dunia. M.Ramli (2005:44) menyatakan bahwa perkembangan disebut sebagai suatu proses karena di dalamnya terjadi suatu perubahan, baik perubahan terjadi dari fisik maupun psikologis.

Demikian pula, perkembangan yang terjadi secara berurutan karena dalam proses perubahan ada hubungan yang sangat erat antara perubahan yang satu dengan perubahan lainnya, yaitu perubahan yang terjadi sebelumnya dengan perubahan berikutnya. M. Ramli (2005:67) menyatakan bahwa perkembangan adalah suatu proses perubahan yang berkesinambungan secara progresif dari masa kelahiran sampai usia 8 tahun. Dalam masa usia dini, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat dari segi fisik, kognitif, bahasa dan sosial-emosional serta aspek-aspek kepribadian lainnya.

Berdasarkan pengetian di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah suatu perubahan secara dinamis yang terjadi seumur hidup yang dipengaruhi oleh faktor yang saling berinteraksi akibat dari kematangan dan pengalaman.


(28)

14 a. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini 1) Perkembangan Bahasa

Slamet Suyanto (2005: 73) menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak mengikuti suatu urutan yang dapat diramalkan secara umum sekalipun banyak variasinya di antara anak yang satu dengan anak yang lain, dengan tujuan mengembangkan kemampuan anak untuk berkomunikasi. Kebanyakan anak memulai perkembangan bahasanya dari menangis dan mengekspresikan responnya terhadap bermacam-macam stimulasi. Selanjutnya anak pada umumnya akan belajar nama-nama benda sebelum kata-kata yang lain (Brewer dalam Slamet Suyanto, 2005: 73)

Perkembangan bahasa tersebut belum sempurna sampai akhir masa bayi, dan akan terus berkembang sepanjang kehidupan seseorang. Perkembangan bahasa berlangsung sepanjang mental manusia akif dan sepanjang tersedianya lingkungan untuk belajar. Melalui tersedianya lingkungan belajar, anak dapat memperoleh kosa kata baru. Anak usia 3-4 tahun mulai belajar menyusun kalimat tanya dan kalimat negatif. Pada anak usia 5 tahun, anak telah menghimpun kosa kata sebanyak 8000 kosa kata, disamping anak dapat membuat pertanyaan, kalimat negatif, kalimat tunggal, kalimat majemuk, serta penyusunan lainnya.

Sampai pada akhirnya, selama masa sekolah anak dihadapkan pada tugas utama untuk belajar sistem linguistik lain yaitu bahasa tulisan atau cetak. Senada dengan pendapat tersebut, Rosmala Dewi (2005:15) mengemukakan bahwa perkembangan bahasa anak dibagiatas dua fase yaitu fase prelinguistik dan fase


(29)

15

linguistik. Fase prelinguistik adalah perkembangan bahasa anak usia 0-1 tahun yaitu dimulai sejak tangisan pertama sampai anak selesai dengan fase mengoceh.

Suara yang mirip dengan erangan untuk menyatakan kesenangan atau kepuasan dan menjerit untuk menunjukan keinginan. Pada periode ini anak mulai peka terhadap bahasa, anak mulai mengetahui bahwa bunyi tertentu memiliki arti tertentu. Masa ini merupakan saat menyenangkan dan tampak begitu komunikatif. Fase linguistik dimulai sejak anak berusia 1 tahun sampai 5 tahun yaitu mulai mengucap kata-kata pertama sampai anak dapat berbicara dengan lancar. Periode ini dibagi pada tiga fase besar, yaitu:

1. Fase Holofrase (satu kata)

Pada fase ini anak mempergunakan satu kata menyatakan pikiran yang kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya kata duduk, bagi anak dapat berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga diartikan “mama sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kita tahu dalam konteks apa kata tersebut diucapkan, sambil mengamati mimik gerak serta bahasa tubuh lainnya. Padaumumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.

2. Fase lebih dari satu kata

Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua


(30)

16

kata, munculah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egoisentris, dari dan untuk dirinya sendiri. Pada periode ini mulailah anak mengadakan komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.

3. Fase diferensiasi

Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia 2,5-5tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja misalnya (tidak hanya....tetapi juga...). Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang dengan “saya” untuk menyebutkan dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran, dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberitahu, dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum satu pembicaraan “gaya” dewasa.

Berdasarkan uraian mengenai perkembangan bahasa Anak Usia Dini (AUD) tersebut, dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa anak mengikuti suatu urutan yang dapat diramalkan secara umum sekalipun banyak variasinya diantara anak yang satu dengan yang lain. Kebanyakan anak memulai perkembangan bahasanya dari menangis, kemudian mendenguk, meraban,


(31)

17

penggunaan kalimat satu kata, penggunaan kalimat dua atau tiga kata, sampai kosa kata anak yang terus bertambah setiap tahunnya. Sampai pada akhirnya selama masa pra sekolah, anak dihadapkan pada tugas utama untuk belajar sistem linguistik.

2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bahasa

Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: intelegensi, status sosial, jenis kelamin, hubungan keluarga, dankedwibahasaan (pemakaian dua bahasa). Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:

a. Intelegensi (proses memperoleh pengetahuan)

Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.

b. Status sosial

Anak yang secara sosial budaya berasal dari kalangan atas dan menengah lebih cepat perkembangan bahasanya daripada anak yang berasal dari kalangan bawah. Anak dari kalangan menengah ke atas dapat mencapai peringkat tertinggi dalam prestasi kebahasaan secara fundamental, hal ini berpulang pada motif kebahasaan yang mereka terima dan adanya penguatan atas respon mereka.


(32)

18 c. Jumlah anak atau jumlah keluarga.

Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.

d. Jenis kelamin

Anak perempuan melebihi anak laki-laki dalam aspek bahasa. Anak perempuan lebih dahulu mampu berbicara daripada anak laki-laki dan kamus kosakatanya lebih banyak daripada anak laki-laki. Namun perbedaan jenis kelamin ini akan berkurang secara tajam selaras dengan berguliranya fase perkembangan dan bertambahnya usia.

e. Kedwibahasaan (Pemakaian dua bahasa)

Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya daripada yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi, misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa Jawa dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia.

3) Fungsi Bahasa Bagi Anak Usia Dini

Fungsi bahasa bagi anak usia dini adalah untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kemampuan dasar anak. DEPDIKNAS menjelaskan fungsi pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini antara lain: a. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan


(33)

19

c. Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak

d. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain 4) Aspek-Aspek Perkembangan Bahasa Anak Usia Taman Kanak-Kanak

Anak usia taman kanak-kanak berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti bahwa anak telah dapat mengungkapkan keinginannya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan. Bahasa lisan sudah dapat di gunakan anak sebagai alat berkomunikasi. Aspek-aspek yang berkaitan dengan perkembangan bahasa anak tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kosa kata

Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya, kosa kata anak berkembang dengan pesat.

b. Sintaksis (tata bahasa)

Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa, akan tetapi melalui contoh-contoh berbahasa yang di dengar dan dilihat anak di lingkungannya, anak telah dapat menggunakan bahasa lisan dengan susunan kalimat yang baik, misalnya: “Rita memberi makan kucing” bukan“kucing Rita makan memberi”. c. Semantik

Semantik maksudnya penggunaan kata sesuai dengan tujuannya. Anak di taman kanak-kanak sudah dapat mengekspresikan keinginan, penolakan dan pendapatnya dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang tepat. Misalnya: “tidak mau” untuk menyatakan penolakan.


(34)

20

d. Fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan kata)

Anak di taman kanak-kanak sudah memilki kemampuan untuk merangkaikan bunyi yang di dengarnya menjadi satu kata yang mengandung arti, misalnya: i.b.u menjadi ibu.

A.Karakeristik Anak Usia 5-6 Tahun

Setiap anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosial-emosional, kreativitas, dan bahasa yang berbeda dengan orang dewasa, selain itu anak adalah individu yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Rusdinal dan Elizar (2005:9), anak usia 5-7 tahun memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) anak masih berada pada tahap berfikir pra operasional sehingga belajar melalui benda atau pengalaman yang konkret, b) anak suka menyebutkan nama benda, mendefinisikan kata-kata dan suka bereksplorasi, c) anak belajar melalui bahasa, sehingga pada usia ini kemampuan bahasa anak berkembang pesat, d) anak membutuhkan struktur kegiatan yang jelas dan spesifik.Richard D. Kellough (Sofia Hartati, 2005: 8-11) juga mengungkapkan bahwa karakteristik anak usia dini meliput: a) anak itubersifat egosentris, b) anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, c) anak pada umumnya kaya dengan fantasi, f) anak memiliki daya kosentrasi yang pendek.

Sedangkan Cucu Eliyawati (2005: 3) mengungkapkan bahwa setiap anak memiliki karakteristik yang menonjol yaitu unik, egosentris, aktif dan energik, memilki rasa ingin tahu yang tinggi, eksploratif dan berjiwa petualang, mengekspresikan perilaku secara relatif spontan, kaya dengan fantasi atau


(35)

21

khayalan, mudah frustasi, kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu, memiliki daya perhatian yang masih pendek, bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman, serta semakin menunjukkan minat terhadap semua.Pendapat diatas dapat ditegaskan bahwa untuk memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa, karakteristik-karakteristik tersebut diantaranya anak yang bersifat unik baik secara lahirirah maupun tumbuh kembangnya, bersifat aktif, memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi yang tinggi, suka berteman, dan memiliki daya perhatian yang rendah. Oleh karena itu sebagai pendidik haruslah pandai-pandai memilih dan membuat kegiatan agar dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak baik kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial-emosional, maupun oral agama.

Diantara potensi yang ada tersebut penelitian ini fokus terhadap perkembangan bahasa anak dalam membaca permulan, sehingga perlu bagi guru untuk memperhatikan karakteristik anak yang berkaitan dengan bahasa agar pembelajaran yang ada berjalan efektif yaitu dengan menggunakan metode bermain yang dianggap tepat untuk digunakan dalam memfasilitasi anak, serta penggunaan media yang dapat menarik perhatian anak.Selain memperhatikan karakteristik yang dimiliki anak tersebut, pendidik juga harus memperhatikan prinsip-prinsip perkembangan anak. Bredekamp dan Copple (Sofia Hartati, 2005: 12-17) mengungkapkan beberapa prinsip-prinsip perkembangan anak yaitu:

a)Seluruh aspek perkembangan anak saling terkait satu dengan yang lainnya yang terjadi dalam satu urutan, b) berlangsung dengan rentang yang bervariasi, c) dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya, d) berkembang kearah pengetahuan yang lebih kompleks, e) dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya yang majemuk, f) anak sebagai pembelajar aktif, g) perkembangan dan belajar merupakan hasil


(36)

22

interaksi antara kematangan biologis dengan lingkungan sekitar, h) bermain sebagai sarana terpenting, i) perkembangan anak akan mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan untuk mempraktekkannya, j) setiap anak memiliki tipe belajar yang berbeda-beda serta, k) anak akan berkembangbaik apabila dalam diri anak merasa aman, dihargai dan terpenuhi kebutuhan fisik maupun psokologisnya.

Menurut pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa terdapat beberapa prinsip perkembangan yang perlu diperhatikan oleh setiap pendidik agar pembelajaran atau pemberian stimulasi dapat berjalan efektif. Setiap anak memiliki tahapan perkembangan yang berbeda-beda dan perkembangan dengan perkembangan yang lainnya serta terjadi secara berurutan sehingga dalam pemberian stimulasi ini diperlukancara yang tepat tanpa mengesampingkan prinsip perkembangan anak. Pendapat tersebut juga menyatakan bahwa pengetahuan anak berkembang dari nyata (konkret) ke simbolik, oleh karena itu perlu adanya suatu metode yang tepat.

Metode pembelajaran yang akan dilaksanakan juga harus memperhatikan bahwa anak sebagai pembelajar aktif dan bermain memberikan pengaruh penting dalam perkembangan anak karena pengetahuan anak akan lebih berkembang apabila anak diberi kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilannya, sehingga metode pembelajaran bermain dapat menjadi salah satu pilihan sebab tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip perkembangan anak.Selain karakteristik dan prinsip-prinsip perkembangan anak yang perlu diperhatikan adalah prinsip-prinsip pembelajaran agar pembelajaran yang ada berjalan efektif. Slamet Suyanto (2005: 8) mengungkapkan ada beberapa prinsip pembelajaran untuk anak usia dini yaitu konkret dan dapat dilihat langsung,


(37)

23

bersifat pengenalan, seimbang antara kegiatan fisik dan mental, sesuai tingkat perkembangan anak, sesuai kebutuhan individual, mengembangkan kecerdasan, kontekstual dan multi konteks, terpadu, menggunakan esensi bermain serta, multi kultur.

Sehingga pembelajaran anakusia dini memiliki prinsip-prinsip pembelajaran yang berlandaskan pada karakteristik serta prinsip perkembangan anak. Prinsip-prinsip pembelajaran itu perlu diperhatikan agar seluruh aspek perkembangan anak dapat berjalan secara optimal, terutama dalam memahami bahwa anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda dimana setiap perkembangan itu saling terkait antara satu dengan yang lainnya, sehingga diperlukan pembelajaran kontekstual dan terpadu, sesuai tingkat perkembangan anak, serta menggunakan sarana yang tepat yaitu berupa aktivitas bermain agar anak merasa aman, nyaman, baik secara fisik maupun psikologis dengan pembelajaran yang bersifat luwes atau fleksibel. Satu pemberian stimulus tersebut dapat memasukkan anak dalam kategori program pendidikan anak usia dini, baik formal maupun non formal.

Jalur formal untuk 4-6 tahun berbentuk Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Atfal (RA) yang terbagi menjadi kelompok A dengan usia 4-5 tahun dan kelompok B dengan usia 5-6 tahun (Mansur, 2005:127). Dalam peneitian ini, kemapuan membaca permulaan yang akan ditingkatkan yaitu pada anak Kelompk B. Anak kelompok B1 TK PKK Bener, Tegalrejo, Yogyakarta berada pada rentang usia 5-6 tahun.


(38)

24 B.Hakikat Membaca

a. Hakikat Perkembangan Membaca

Slamet Suyanto (2005: 171) menyatakan bahwa pembelajaran bahasa untuk AUD diarahkan pada kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis (simbolis). Untuk memahami bahasa simbolis, anak perlu belajar membaca dan menulis. Pada pembahasan mengenai membaca, Soedarso (1998: 4) menyatakan bahwa membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengarahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah.

Dalam membaca, anak harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat bentuk huruf. Anak tidak dapat membaca tanpa menggerakkan mata atau mengunakan pikiran. Pemahaman dan kecepatan membaca menjadi sangat tergantung pada kecakapan dalam menjalankan setiap organ tubuh yang diperlukan, yaitu mata.

Pada waktu anak belajar membaca, anak belajar mengenal kata demi kata, mengingatnya, dan membentuknya dengan kata-kata lain, misalnya membedakan pagi dan siang, ibu dan ubi. Kata tersebut memiliki perbedaan makna meskipun terdiri dari huruf yang sama. Ketika membaca anak harus membaca dengan bersuara, mengucapkan setiap kata secara penuh agar diketahui apakah benar atau salah.

Anak memiliki keterbatasan dalam memaknai arti kata dan susunan kata dalam kalimat. Oleh karena itu, pada waktu membaca anak melakukan kebiasaan menggerakkan bibir untuk melafalkan kata yang dibaca, menggerakkan kepala dari kiri ke kanan, menggunakan jari atau benda untuk dapat membaca perlu


(39)

25

keterampilan yang kompleks dari mata, kepala, tangan, dan kemampuan berfikir anak.Senada dengan pendapat tersebut, Farida Rahman (2007: 2) mengatakan bahwa membaca merupakan kegiatan yang rumit dan melibatkan banyak hal, tidak hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif.

Sebagai proses visual, membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) kedalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.Sebagai proses prolinguistik, membaca melibatkan aktivitas yang meliputi proses kognitif yang dapat menghasilkan kalimat yang mempunyai arti dan benar secara tata bahasa, termasuk juga yang dapat membuat kata ataupun tulisan dapat dipahami.

Sebagai proses metakognitif, membaca melibatkan kemampuan untuk mengontrol aspek kognitif. Metakognitif mengendalikan aspek kognitif yang berupa ingatan, pemahaman akan kata ataupun kalimat yang anak baca.Proses yang dijalani anak dalam kegiatan membaca selanjutnya yaitu anak mulai mengenal huruf dan kemudian menyadari bahwa huruf-huruf tersebut membentuk kata-kata tetaplah sama dari hari ke hari.

Pada saat yang sama, kemampuan mendengar anak mulai berkembang. Anak-anak mulai mengetahui bahwa bunyi tertentu berkaitan dengan dengan huruf tertentu. Selanjutnya bunyi tersebut disusun menjadi kata-kata oleh anak. Kemampuan membaca terus berkembang ketika anak mendapatkan bimbingan dari orang yang lebih dewasa.Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat


(40)

26

ditarik kesimpulan bahwa membaca merupakan proses yang kompleks yang melibatkan berbagai aktivitas, yaitu aktivitas visual, berikir, prolinguistik, dan metakognitif.

Proses membaca sampai akhirnya menjadi keahlian membaca berkembang secara bertahap. Pertama, seorang anak akan menunjukkan kesukaan pada buku. Pada saat yang bersamaan koordinasi mata-tangan anak juga mulai berkembang. Setelah itu, kemampuan anak untuk mengikuti kata dan huruf agar mulai berkembang. Proses yang dijalani anak adalah anak mengenal huruf dan kemudian menyadari bahwa huruf tersebut membentuk kata. Selanjutnya, kemampuan membaca anak akan terus berkembang ketika anak mendapatkan bimbingan dari orang yang lebih dewasa yang berada pada lingkungan anak. b. Tahap Perkembangan Membaca

Pembelajaran membaca perlu mempertimbangkan aspek perkembangan bahasa tulis setiap anak, yakni pada tingkatan mana anak sudah memunculkan bahasa tulis. Cochrane, et al (dalam slamet Suyanto, 2005: 168-169) menyatakan bahwa tahapan perkembangan membaca yaitu: 1) tahap magis (magical stage); 2) tahap konsep diri (self concept stage); 3) tahap membaca peralihan (bridging reading stage); 4) tahap membaca lanjut (take off reader stage); 5) membaca mandiri (independent reader stage).Pada tahap magis (magical stage), anak belajar memahami fungsi dari bacaan.

Anak mulai menyukai bacaan, menganggap bacaan itu penting, anak senang melihat atau membolak-balikkan buku, sering anak menyimpan bacaan yang anak sukai dan membawanya ke mana anak menginginkan. Anak usia 2


(41)

27

tahun bissanya sudah memperlihatkan tahap ini.Selanjutnya pada tahap konsep diri (self concept stage), anak memandang dirinya sudah dapat membaca (padahal belum). Anak sering berpura-pura membaca buku.

Anak sering menerangkan isi atau gambar dalam buku yang anak sukai kepada anak lain seakan anak sudah dapat membaca. Anak usia 3 tahun biasanya sudah mencapai tahap ini. Pada tahap membaca peralihan (bridging reading stage), anak mulai mengenal huruf atau kata yang sering anak jumpai, misalnya dari buku cerita yang sering dibacakan oleh orangtuanya.

Anak dapat menceritakan kembali alur cerita dalam buku sebagaimana yang telah dibacakan orangtuanya. Anak juga mulai tertarik tentang jenis-jenis huruf dan alfabet. Anak usia 4 tahun biasanya sudah mencapai tahap ini.Pada tahap membaca lanjut (take off reader stage), anak mulai sadar akan fungsi bacaan dan cara membacanya. Anak mulai tertarik dengan berbagai huruf atau bacaan yang ada di lingkungannya (environmental print), misalnya, anak mulai mengeja dan membaca huruf-huruf yang anak jumpai di kotak kardus, bungkus makanan, dan tulisan lainnya yang menarik. Anak usia 5 tahun biasanya sudah menunjukkan kemampuan ini.

Selanjutnya pada tahap membaca mandiri (independent reader stage), anak mulai dapat membaca mandiri. Anak mulai membaca buku sendirian. Anak juga mencoba memahami makna dari apa yang anak baca. Anak mencoba menghubungkan apa yang anak baca dengan pengalamannya. Anak usia 6-7 tahun biasanya mencapai tahap mandiri.Sementara itu, ada enam kategori tahap-tahap perkembangan membaca menurut Rachel Goodchild (2006; 20-21) yaitu:


(42)

28

1. Bayi (0-15 bulan), kelompok usia ini menyukai buku yang dipenuhi dengan gambar-gambar yang jelas dan besar. Selain itu, kelompok usia ini juga menikmati buku yang berwarna-warni.

2. Balita (13 bulan-3 tahun), anak-anak usia ini senang mempunyai buku yang dapat anak disentuh dan dirasakan. Anak senang jika mampu membolak-balikan halaman dan “membaca” buku sendiri pada saat tenang

3. Pra sekolah (2,5 tahun-5 tahun), pada tahap ini imajinasi anak mulai berkembang dan maju. Anak mulai mampu mengurutkan cerita-cerita sederhana dengan benar, dan dapat memahami konsep seperti sebelum dan sesudah. Anak juga mempelajari aneka pelajaran penting tentang susunan buku, misalnya membaca dari kiri ke kanan. Anak mulai mengenali huruf-huruf yang paling akrab dengannya, terutama dalam nama mereka sendiri. 4. Pembaca pemula (4-6 tahun), anak-anak menjadi bersemangat untuk mulai

mengartikan kata-kata dan kalimat-kalimat yang anak lihat. Anak-anak pada tahap ini mulai mengenal jenis kata yang lebih banyak. Anak mulai berusaha menuliskan kata-kata dan sering meminta orang dewasa menunjukkan bagaimana cara menuliskan kata. Kemudian anak mulai mengenal bunyi yang berkaitan dengan kata yang ditulisnya dan dilihatnya serta menyuarakan kata tersebut secara perlahan.

5. Menjadi mandiri (5,5-6,5), pada tahap ini kecepatan membaca anak mulai meningkat. Anak mulai mencoba mengartikan kata-kata baru yang anak temukan. Pada tingkat ini, anak-anak mulai dapat menikmati membaca tanpa


(43)

29

bersuara, terutama jika cerita yang anak baca sudah diketahuinya. Anak juga akan membaca buku-buku yang sudah anak kenal berulang kali.

6. Kefasihan awal (6-8 tahun keatas), anak-anak pada tahap ini belum mempunyai keahlian dan perbendaharaan kata yang cukup untuk disebut pembaca yang benar-benar fasih, namun ada tahap ini, pola membaca yang anak anut akan memastikan perkembangan membaca yang berhasil. Anak-anak pada tahap ini membaca banyak jenis buku dengan percaya diri.

7. Selanjutnya, menurut Siti Aisyah (2007: 6.11) perkembangan membaca pada anak terbagi mulai dari : 1) lahir-6 bulan, 2) usia 6-12 bulan, 3) 12-18 bulan, 4) 18-36 bulan, 5) usia 3-4 tahun (usia kelompok bermain), 6) usia 4-6 tahun (usia TK).

Dari lahir hingga usia 6 bulan, bayi mungkin mulai mengenali sebuah lagu atau irama jika ia sering mengulang-ulangnya. Pada saat berumur 4 bulan, bayi akan menunjukkan ketertarikan pada buku dan mulai mengeksplorasi buku-buku tersebut dengan mengunyah dan melemparkannya. Selanjutnya saat usia 6-12 bulan, bayi masih kurang tertarik pada cerita.

Pada saat bayi berumur 8-9 bulan merupakan waktu yang tepat untuk memperkenalkan nama benda-benda kepada bayi. Usia 12-18 bulan, bayi merasa senang membaca bersama orang dewasa. Bayi akan membalikkan halaman dan menamai gambar-gambar dari benda yang dikenalnya. Bayi mungkin menikmati buku yang berisi cerita sederhana. Bayi menyukai buku yang dapat disentuh dan dicium (dibaui) sambil mendengarkan cerita.


(44)

30

Usia 18-36 bulan, anak belajar tentang membaca melalui pengalaman sehari-hari dengan buku. Melalui membaca dengan orang dewasa, anak belajar bahwa buku berisi banyak gambar dan kata-kata yang menarik dan cerita membawanya berimajinasi menjelajahi dunia. Anak sering menunjukkan kemauannya dengan jelas dan akan meminta dibacakan buku berulang-ulang.

Membaca ulang berguna bagi anak, karena dengan membacakan ulang buku kesukaan anak sebenarnya akan membantu anak menghubungkan apa yang anak dengar dengan kata-kata dan huruf-huruf di halaman buku.Usia 3-4 tahun (Usia Kelompok Bermain), anak mulai mengenali kata-kata yang sudah biasa anak lihat. Anak mungkin mempelajari kata-kata yang dapat anak lihat, seperti tanda STOP, sebelum anak mempelajari huruf-hurufnya.

Anak mungkin juga belajar lambang dan simbol, sehingga pada saat anak melewati restoran yang dikenalnya, anak mungkin akan menunjuk huruf yang diketahuinya, seperti “M” untuk Mc Donald. Selain itu, anak mungkin akan berpura-pura membaca. Anak yang sering dibacakan buku cerita akan pura-pura membaca buku untuk dirinya sendiri atau pada mainannya.

Selanjutnya anak-anak mulai menyadari bahwa dunia dipenuhi dengan huruf-huruf. Anak mungkin mulai mengenali huruf-huruf yang sering dilihatnya, khususnya huruf-huruf pada namanya, selanjutnya huruf dari nama keluarganya, dan nama teman-temannya. Usia 4-6 tahun (Usia TK ), sebagian besar anak TK dapat belajar bahwa bunyi berhubungan dengan sebagian besar huruf-huruf dalam abjad.


(45)

31

Sebagian besar anak usia TK sudah dapat membaca beberapa kata dan buku sederhana. Anak-anak di TK mengenali beberapa kata dengan melihat dan mengenali kata-kata tersebut secara keseluruhan. Kata-kata yang didapat dari penglihatan biasanya meliputi namanya sendiri, teman-teman kelasnya, dan kata-kata yang dapat dilihat disekelilingnya. Pada akhirnya, beberapa anak usia TK dapat “membaca” buku-buku yang tidak asing baginya dapat belajar membaca dari kiri ke kanan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai tahap-tahap membaca, dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap anak melalui tahap demi tahap dalam perkembangan membacanya. Dalam pembahasan ini, anak usia TK (usia 4-6 tahun) berada pada tahap membaca lanjut (take off reader stage). Pada tahap ini, anak mulai sadar akan fungsi bacaan dan cara membacanya. Anak mulai tertarik dengan berbagai huruf atau bacaan yang ada di lingkungannya (environmental print).

Selain itu, anak usia TK mulai bersemangat untuk mengartikan kata-kata dan kalimat-kalimat yang anak lihat.Anak-anak pada usia TK mulai mengenal jenis kata yang lebih banyak dan anak-anak di TK mengenali beberapa kata dengan melihat dan mengenali kata-kata tersebut secara keseluruhan. Kata-kata yang didapat dari penglihatan biasanya meliputi namanya sendiri, teman-teman kelasnya, dan kata-kata yang sering digunakan didalam tulisannya. Pada akhirnya, beberapa anak usia TK dapat “membaca” buku-buku yang tidak asing baginya dengan mengenali beberapa kata dan melihat gambar. Anak usia TK juga mulai belajar membaca dari kiri ke kanan.


(46)

32 c. Kemampuan Membaca

Bahasa merupakan alat komunikasi yang bersifat universal, artinya hampir tak ada seorang manusia di dunia yang tak mampu berkomunikasi melalui bahasa. Semua manusia dapat dipastikan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain (Koentjaraningrat, 1997). Berkomunikasi sebagai kebutuhan dasar bagi setiap manusia, karena setiap manusia adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan sesamanya.

Manusia selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan tercapainya proses penyesuaian diri dengan lingkungan sosial secara memuaskan para ahli filsafat, antropologi, sosiologi, bahasa, psikologi dan sebagainya, mengakui bahwa bahasa sebagai alat yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan informasi kepada orang lain (Koentjaningrat, 1997; Siregar, 1990). Burns, dkk. (Farida Ramli 2007:12) mengungkapkan bahwa membaca merupakan proses yang melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Proses membaca terdiri dari sembilan aspek, yaitu sensori, perceptual, urutan pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan gagasan.

Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol - simbol grafis melalui indra penglihatannya. Aspek urutan dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linier. Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Anak yang memiliki pengalaman yang banyak akan mempunyai


(47)

33

kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan pemahaman kosa - kata dalam membaca.

Pengalaman konkret dan pengalaman tidak langsung akan meningkatkan perkembangan konseptual anak. Aspek afektif merupakan proses membaca yang berkenaan dengan kegiatan memusatkan perhatian. Dalam belajar membaca anak usia dini terdiri dari beberapa komponen. Menurut Budihasti yang dikutip oleh Reni Akbar Hawadi (2001:37) menyebutkan beberapa komponen membaca, yaitu sebagai berikut:

a. Pengenalan kata-kata

Disini penekanannya pada pengenalan persamaan antara apa yang diucapkan dan apa yang ditulis sebagai simbol.

b. Pengertian

Selain mengenali simbol dan dapat mengucapkan, dalam membaca yang terpenting adalah mengerti apa yang dibaca.

c. Reaksi

Diharapkan ada reaksi terhadap hal yang dibaca. d. Penggabungan

Asimilasi ide-ide yang dihadapkan dari mereka dengan pengalaman membaca dimasa lalu.

d. Tahap Perkembangan Membaca

Kemampuan membaca pada anak berlangsung pada beberapa tahap. Menurut Cachrane Efal (Nurbiana Dhieni (2008: 5.12) perkembangan kemampuan dasar membaca anak usia 4-6 tahun berlangsung dalam lima tahap,


(48)

34

yakni : (a) tahap fantasi, (b) tahap pembentukan konsep diri, (c) tahap membaca gemar, (d) pengenalan bacaan, (e) tahap membaca lancar. Perkembangan kemampuan membaca anak dapat dikategorikan ke dalam beberapa tahap. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2009: 8 -9) berdasarkan penelitian yang dilakukan di negara barat, perkembangan membaca anak-anak dapat dikatagorikan ke dalam lima tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Magic

Pada tahap ini belajar tentang guna buku, mulai berpikir bahwa buku adalah sesuatu yang penting. Anak melihat-lihat buku, membawa-bawa buku, dan sering memiliki buku favorit.

2. Tahap Konsep Diri

Anak melihat diri sendiri sebagai pembaca, mulai terlihat dalam kegiatan “pura-pura membaca”, mengambil makna dari gambar, membahasakan buku walaupun tidak cocok dengan teks yang ada di dalamnya.

3. Tahap Membaca Antara

Anak-anak memiliki kesadaran terhadap bahan cetak (print). Mereka mungkin memilih kata yang sudah dikenal, mencatat kata-kata yang berkaitan dengan dirinya, dapat membaca ulang cerita yang telah ditulis, dapat membaca puisi. Anak-anak mungkin mempercayai setiap label sebagai kata dan dapat menjadi frustasi ketika mencoba mencocokkan bunyi dan tulisan. Pada tahap ini, anak mulai mengenali alfabet.


(49)

35 4. Tahap Lepas Landas

Pada tahap ini anak-anak mulai menggunakan tiga sistem tanda atau ciri yakni gratofonik, semantik, dan sintaksis. Mereka mulai bergairah membaca, mulai mengenal huruf dari konteks, memperhatikan lingkungan huruf cetak dan membaca apa pun disekitarnya, seperti tulisan pada kemasan, tanda-tanda. Risiko bahasa dari tiap tahap ini adalah jika anak diberikan terlalu banyak perhatian pada setiap huruf.

5. Tahap Independen

Anak dapat membaca buku yang tidak dikenal secara mandiri, mengkonstruksikan makna dari huruf dan dari pengalaman sebelumnya dan isyarat penulis. Anak-anak dapat membuat perkiraan tentang materi bacaan. Materi berhubungan langsung dengan pengalaman yang paling mudah untuk dibaca, tetapi anak-anak dapat memahami struktur dan genre yang dikenal, serta materi ekpositoris yang umum. Pada tahap ini terdapat beberapa pendapat ahli mengenai kemamuan membaca dan bagaiamana perkembangan membaca anak usia dini.

Menururt pendapat dari Sabarti Akhadiah, dkk (1993:11) yang mengungkapkan bahwa pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar membaca. Siswa dituntut untuk dapat menyuarakan huruf, suku kata, kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan. Kemampuan membaca anak berlangsung pada beberapa tahap perkembangan. Terdapat pendapat lain yang dikemukakan oleh


(50)

36

Steinberg (Ahmad Susanto 2011:90) bahwa, kemampuan membaca anak usia dini dibagi menjadi empat tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut:

a) Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan

Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku dan menyadari bahwa buku ini penting, melihat-lihat buku dan membalik-balik buku kadang-kadang anak membawa buku kemana-mana tempat kesenangannya.

b) Tahap membaca gambar

Anak usia TK sudah bisa memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna gambar, membaca buku dengan menggunakan bahasa buku walaupun tidak cocok dengan tulisannya. Anak TK sudah menyadari bahwa sebuah buku memiliki karakteristik khusus, seperti judul, halaman, huruf, kata dan kalimat belum paham semuanya.

c) Tahap pengenalan bacaan

Pada tahap ini anak TK telah dapat menggunakan tiga sistem bahasa, seperti fonem (bunyi huruf), semantik (arti kata), dan sintaksis (aturan kata atau kalimat) secara bersama-sama. Anak yang sudah tertarik pada bahan bacaan mulai mengingat kembali bentuk huruf dan konteksnya. Anak mulai mengenal tanda-tanda yang ada pada benda-bendadi lingkungannya.

d) Tahap membaca lancar

Pada tahap ini, anak sudah dapat membaca secara lancar berbagai jenis buku yang berbeda dan bahan-bahan yang langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.


(51)

37

Berdasarkan penjelasan diatas tentang tahap membaca dari dapat disimpulkan bahwa ada beberapa tahap membaca yang dapat distimulus agar anak dapat membaca yaitu tahap magic, tahap konsep diri, tahap pembaca antara, tahap lepas landas, tahap independen. Burhan Nurgiyantoro (2010:391) yang menyatakan bahwa kemampuan membaca anak adalah sebagai berikut: kelancaran pengungkapan, ketepatan struktur kalimat, dan kebermaknaan penuturan. Dalam penelitian ini peneliti mengacu pendapat Burhan Nurgiyantoro yang digunakan sebagai pedoman pembuatan rubrik penilaian kemampuan membaca permulaan anak.

Dalam mengajarkan membaca harus memperhatikan aspek - aspek perkembangan anak. Menurut Ahmad Rofi’uddin (1998:50) pengajaran membaca diarahkan pada aspek - aspek:

1. Pengembangan aspek sosial anak, yaitu : kemampuan bekerja sama, percaya diri, pengendalan diri, kestabilan emosi, dan rasa tanggung jawab.

2. Pengembangan fisik, yaitu pengaturan gerak motorik, koordinasi gerak mata dan tangan.

3. Perkembangan kognitif, yaitu membedakan bunyi, huruf, menghubungkan kata dan makna.

Rubin (Ahmad Rofi’uddin 1998:57 - 61) mengemukakan bahwa pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran yang didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak. Kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca antara lain sebagai berikut.


(52)

38 1. Peningkatan Ucapan

Pada kegiatan ini difokuskan pada peningkatan kemampuan anak mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Anak yang mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi - bunyi tertentu anak menghadapi kesulitan dalam membaca. Bunyi-bunyi yang sulit diucapkan anak bunyi tersebut perlu dilatih secara terpisah.

2. Kesadaran Fonemik ( Bunyi)

Pada kegiatan ini difokuskan untuk menyadarkan anak bahwa kata dibentuk oleh fonem atau bunyi yang membedakan makna.

3. Hubungan antara Bunyi – huruf

Syarat utama untuk dapat membaca adalah mengetahui tentang hubungan Bunyi-bunyi. Anak yang mengalami kesulitan dalam hal hubungan bunyi-huruf maka pengajaranya secara terpisah.

4. Membedakan Bunyi - bunyi

Membedakan bunyi-bunyi merupakan kemampuan yang penting dalam pemerolehan bahasa, khususnya membaca.

5. Kemampuan Mengingat

Kemampuan mengingat yang dimaksud lebih mengarah pada kemampuan untuk menilai apakah dua bunyi atau lebih itu sama atau berbeda. 6. Membedakan huruf

Membedakan huruf adalah kemampuan membedakan huruf-huruf (lambang bunyi). Jika anak masih kesulitan membedakan huruf, maka anak belum siap membaca.


(53)

39 7. Orientasi dari Kiri ke Kanan

Anak perlu disadarkan bahwa kegiatan membaca dalam bahasa indonesia menggunakan sistem dari kiri kekanan. Kesadaran ini perlu ditanamkan pada anak “kidal”

8. Keterampilan Pemahaman

Anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan kognitifnya juga mengalami kesulitan dalam membaca, sebab membaca pada dasarnya merupakan kegiatan berpikir. Perlu disadari bahwa kegiatan pemahaman tidak harus menunggu sampai lancar membaca.

9. Penguasaan Kosa Kata

Pengenalan kata merupakan proses yang melibatkan kemampuan mengidentifikasi simbol tulisan, mengucapkan dan menghubungkan dengan makna Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996:51) menyatakan bahwa materi yang diajarkan dalam membaca permulaan adalah:

a. Lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana.

b. Huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai dengan 14 huruf),

c. Kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah dikenal), misalnya: toko, ubi, boneka, mata, tamu.

d. Lafal dan intonasi kata yang sudah dikenal dan kata baru (huruf yang diperkenalkan 10 sampai 20 huruf).


(54)

40

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengajaran membaca harus didasarkan pada kebutuhan dan mempertimbangkan kemampuan anak agar pembelajaran membaca dapat terlaksana dengan apa yang diharapkan.

e. Prinsip -Prinsip Pembelajaran Membaca Anak Taman Kanak - Kanak Prinsip pembelajaran membaca yang dimaksud adalah prinsip pembelajaran untuk menimbulkan kebiasaan dan minat membaca pada anak usia dini. Prinsip ini perlu untuk diketahui agar dapat mengajarkan kegiatan membaca sesuai dengan tahap perkembangannya, terutama bagi tingkat dasar, yaitu agar anak dapat memperoleh pengalaman belajar yang baik dan menyenangkan dalam membaca tingkat dasar. Santrock (2002:364) yang menyatakan bahwa pembelajaran membaca seharusnya paralel dengan pembelajaran bahasa alami anak.

Materi yang diberikan untuk pembelajaran membaca sebaiknya utuh dan bermakna. Artinya, anak-anak sebaiknya diberikan materi dalam bentuk lengkap, seperti cerita-cerita dan puisi-puisi, sehingga anak dapat belajar memahami fungsi komunikatif bahasa. Pembelajaran membaca seharusnya diintegrasikan dengan subjek dan keahlian lainnya seperti ilmu pengetahuan alam, studi-studi sosial, dan materi membaca seharusnya terpusat pada pengetahuan sehari-hari.

Mallquist (Ahmad Susanto 2011:89) menyatakan bahwa pembelajaran membaca di Taman Kanak-kanak harus benar-benar dilaksanakan dengan sistematis, artinya sesuai dengan kebutuhan, minat, perkembangan dan karakteristik anak. Proses pembelajaran, alat-alat permainan (media pembelajaran) yang digunakan, harus diperhatikan, dan lingkungan belajar yang kondusif. Hal


(55)

41

ini sangat penting, sebab bila anak mengalami kegagalan pada periode ini, akan berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa anak, baik keterampilan ekspresif maupun reseptif.

Dalam mengajarkan membaca harus memperhatikan prinsip pembelajaran anak usia dini. Torrey (Ahmad Susanto 2011:89) menyatakan bahwa prinsip pembelajaran membaca untuk anak usia dini yaitu, membuat anak agar anak tertarik dalam kegiatan membaca, sehingga kegiatan ini menjadi kegiatan yang menyenangkan. Jika anak sudah memiliki rasa senang membaca, akan lebih mudah untuk dibimbing dalam kegiatan belajar membaca lebih tepatnya lagi jika anak sudah ditanamkan sejak dini, sehingga kegiatan membaca bukan menjadi suatu beban, melainkan suatu kebutuhan.

Dari pendapat diatas prinsip pembelajaran belajar membaca yang dimaksud adalah membiasakan anak membaca sejak dini, dengan materi yang bermakna serta terpusat pada pengetahuan sehari-hari sehingga anak lebih mudah untuk memahaminya, kegiatan membaca yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan minat yang sesuai dengan karateristik anak, maka anak lebih mudah untuk dibimbing untuk kegiatan membaca yang selanjutnya.

C.Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan di Taman Kanak-kanak Penilaian dilakukan untuk mengetahui nilai dari semua pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan.Harun Rasyid, Mansyur dan,Suratno(2009: 12),mengemukakan bahwa penilaian merupakan usaha-usaha yang dilakukan guru maupun anakdalam pembelajaran yang sudah dilakukan, hasil daripenilaian


(56)

42

tersebut dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk melakukan perubahan aktivitas belajar mengajar yang lebih baik dari sebelumnya.

Anita Yus (2005:31),menambahkan bahwa penilaian khususnya di Taman Kanak-kanaklebih banyak digunakan untuk mendeskripsikan ketercapaian perkembangan anak, dengan demikian penilaian dapat digunakan untuk mengetahui dan menetapkan aspek-aspek perkembangan yang telah dicapai dan aspek-aspek perkembangan yang belum dicapai oleh anak dalam kurun waktu tertentu. Ketercapaian perkembangan dapat dinyatakan dalam bentuk huruf, angka,dan deskripsi. Aspek perkembangan bahasa dalam indikator kemampuan membaca yang diteliti dalam penelitian ini yaitukemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem yang sama, dan kemampuan membaca kata.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa penilaian kemampuan membaca permulaan pada anak adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui ketercapaian aspek-aspek perkembangan bahasa yang dinyatakan dalam “(nama huruf-bunyi)”, “menggabungkan huruf menjadi suku kata” dan “menggabungkan suku kata menjadi kata”. Dalam penelitian ini istilah yang digunakan dalam penilaiankemampuan membaca permulaan yakniBB (Belum Berkembang), MB (Mulai Berkembang), BSH (Berkembang Sesuai Harapan), BSB (Berkembang Sangat Baik).


(57)

43 E.Kemampuan Membaca Permulaan

a. Pengertian Kemampuan Membaca Permulaan

Initial reading atau membaca permulaan merupakan tahap kedua dalam membaca menurut Mercer (dalam Mulyono Abdurrahman, 2002: 201). Pada tahap ini anak belajar mengenal fenom dan menggabungkan (blending) fenom menjadi suku kata atau kata (Samsunuwiyati Mar’at, 2005: 80). Syafi’i (dalam Farida Rahim, 2008: 2) menjelaskan bahwa penekanan membaca permulaan merupakan proses perseptual yang mempunyai arti pengenalan korespondensi atau hubungan rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Ngalim Purwanto dan Jeniah Alim (1997: 35) menyebutkan huruf konsonan yang harus dapat dilafalkan dengan benar untuk membaca permulaan adalah b, d, k, l, m, p, s, dan t.

Huruf-huruf ini kemudian ditambah dengan huruf-huruf vokal sehingga menjadi a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, dan u. Menurut Munawir Yusuf (2005: 162) pada tingkat awal membaca, anak belajar menguasai huruf vokal dan konsonan serta bunyinya. Anak belajar bahwa huruf I memberikan suara /i/, dan huruf b memberikan suara/be/, dan sebagainya. Selanjutnya anak mulai menggabungkan bunyi /b/ dengan /i/ menjadi /bi/, bunyi /n/ dengan /a/ menjadi /na/, dan seterusnya. Baru kemudian anak mampu menggabungkan suku kata menjadi kata, misalnya /bi/ dengan /ru/ menjadi /biru/.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun pada lingkup perkembangan keaksaraan yaitu menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal, mengenal suara huruf awal dari nama


(58)

benda-44

benda yang ada disekitarnya, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal yang sama, memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf, membaca nama sendiri, dan menuliskan nama sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca permulaan adalah kemampuan anak (pembaca awal) dalam penguasaan kode alfabetik seperti menghafal huruf vokal dan konsonan, mengenal fenom, dan menggabungkan fenom menjadi suku kata atau kata.

a. Karakteristik Membaca Anak 5-6 Tahun

Rubin dalam Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi yang dikutip oleh Ratna Arini Dewi (2012: 17), mengatakan pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran yang didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak. Anak usia TK sudah mampu mengikuti kegiatan-kegiatan pengajaran membaca seperti di bawah ini, yaitu:

1. Peningkatan Ucapan

Pada kegiatan ini difokuskan pada peningkatan kemampuan anak mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Anak yang mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi tertentu perlu dilatih secara terpisah.

2. Kesadaran Fonemik (Bunyi)

Pada kegiatan ini difokuskan untuk menyadarkan anak bahwa kata dibentuk oleh fonem atau bunyi yang membedakan.

3. Hubungan antara Bunyi-huruf

Syarat utama untuk dapat membaca adalah mengetahui tentang hubungan bunyi-bunyi. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu dengan menghubungkan tulisan


(1)

209

Instrumen Penilaian Membaca Permulaan Siklus II pertemuan 2 Menggabungkan Huruf menjadi Suku Kata

Keterangan : Keterangan rentang skor

b-d = ba,bi,bu,be,bo,ca,ci,cu,ce,co,da,di,du,de,do Skor 1 = 1-22suku kata f-h = fa,fi,fu,fe,fo,ga,gi,gu,ge,go,ha,hi,hu,he,ho Skor 2 = 23-44 suku kata j-l = ja,ji,ju,je,jo,ka,ki,ku,ke,ko,la,li,lu,le,lo Skor 3 = 45-67 suku kata Skor 4 = 68-90 suku kata

No Nama b-d f-h j-l Jumlah suku kata Skor

1 Rasyid 14 12 10 36 2

2 Wira 28 20 20 68 4

3 Bagus 20 10 6 36 2

4 Cherly 28 22 22 72 4

5 Chilla 18 18 15 51 3

6 Jeni 18 14 14 46 3

7 Eka 14 14 10 38 2

8 Hanifah 28 20 20 68 4

9 Ibra 15 15 15 45 3

10 Isma 28 22 20 70 4

11 Jesika 15 15 15 45 3

12 Kenes 28 28 20 76 4

13 Khaira 15 15 10 40 2

14 Risti 24 20 15 59 3

15 Naysheila 28 28 20 76 4

16 Aga 14 10 10 44 2

17 Salsa 20 20 20 60 3

18 Didi 25 20 20 65 3

19 Yakub 20 22 10 52 3

20 Zacky 28 24 20 72 4

21 Kamila 20 10 10 38 2

Jumlah Total 1157 64


(2)

210

Instrumen Penilaian Membaca Permulaan Siklus II pertemuan 3 Menggabungkan Huruf menjadi Suku Kata

Keterangan : Keterangan rentang skor

b-d = ba,bi,bu,be,bo,ca,ci,cu,ce,co,da,di,du,de,do Skor 1 = 1-22suku kata f-h = fa,fi,fu,fe,fo,ga,gi,gu,ge,go,ha,hi,hu,he,ho Skor 2 = 23-44 suku kata j-l = ja,ji,ju,je,jo,ka,ki,ku,ke,ko,la,li,lu,le,lo Skor 3 = 45-67 suku kata

Skor 4 = 68-90 suku kata

No Nama b-d f-h j-l Jumlah suku kata Skor

1 Rasyid 15 15 15 45 3

2 Wira 28 22 20 70 4

3 Bagus 28 10 10 48 3

4 Cherly 30 28 28 86 4

5 Chilla 20 18 15 53 3

6 Jeni 20 18 14 52 3

7 Eka 14 14 12 40 2

8 Hanifah 30 22 22 74 4

9 Ibra 30 20 20 70 4

10 Isma 28 22 22 72 4

11 Jesika 18 16 15 49 3

12 Kenes 30 28 22 80 4

13 Khaira 20 15 10 45 3

14 Risti 24 22 15 61 3

15 Naysheila 30 28 28 86 4

16 Aga 14 10 10 44 2

17 Salsa 30 22 22 74 4

18 Didi 25 20 20 65 3

19 Yakub 20 22 10 52 3

20 Zacky 30 26 26 82 4

21 Kamila 20 15 15 50 3

Jumlah Total 1298 70


(3)

211

Instrumen Penilaian Membaca Permulaan Siklus I pertemuan 1 Menggabungkan Suku Kata menjadi Kata

Keterangan : Keterangan rentang skor

b-d = bibi,babi,bobo,bobi,buba,cobu,cabi,boca,cuci,cabe,dadu,budi,bodi,dada,dodi,beda Skor 1 = 1-92 kata f-h = defi,fida,fobi,dafa,dafi,fabe,gaga,gagu,gigi,goda,gado,guci,haha,hihi,hoho,hobi,haci Skor 2 = 93-184 j-l = jaga,juga,jago,jadi,kuku,kuda,kaki,kudu,kaca,lobi,lugu,laci,laki Skor 3 = 185-226 m-p = meja,mama,muda,malu,madu,nama,noni,noda,pipi,papi,pipa,paku Skor 4 = 227-368 q-s = qiqi,hoqi,ciqi,malu,poqa,rabu,raja,rusa,roma,susu,sapi,sore

t-w = tiga,tali,topi,vena,visa,vila,wati,bawa,kiwi,dewi,jawa x-y = xixi,xero,xena,yoyo,saya,layu,bayu,zoro,zona,zaza,zaki

No Nama b-d f-h j-l m-p q-s t-w x-z Jumlah kata Skor

1 Rasyid 20 20 12 20 16 16 - 104 2

2 Wira 20 20 16 16 16 12 - 100 2

3 Bagus 20 16 12 12 12 12 12 96 2

4 Cherly 28 28 28 28 24 24 28 188 3

5 Chilla 20 16 16 16 16 16 - 100 2

6 Jeni 24 20 16 16 12 12 - 100 2

7 Eka 20 16 12 12 12 12 12 96 2

8 Hanifah 28 24 24 28 28 28 28 188 3

9 Ibra 28 28 28 28 24 24 28 188 3

10 Isma 20 16 12 12 12 12 12 96 2

11 Jesika 20 12 12 12 12 8 - 76 1

12 Kenes 28 28 28 28 24 24 28 188 3

13 Khaira 20 20 20 4 4 4 - 72 1

14 Risti 20 20 16 16 16 12 - 100 2

15 Naysheila 32 28 28 28 28 28 28 200 3

16 Aga 20 20 16 16 16 12 - 100 2

17 Salsa 20 20 16 16 16 16 - 104 2

18 Didi 28 24 24 28 28 28 28 188 3

19 Yakub 20 16 12 12 12 12 12 96 2

20 Zacky 28 24 24 28 28 28 28 188 3

21 Kamila 20 20 20 4 4 4 - 72 1

Jumlah Total 2640 46


(4)

212

Instrumen Penilaian Membaca Permulaan Siklus II pertemuan 1 Menggabungkan Suku Kata menjadi Kata

Keterangan : Keterangan rentang skor

b-d = bibi,babi,bobo,bobi,buba,cobu,cabi,boca,cuci,cabe,dadu,budi,bodi,dada,dodi,beda Skor 1 = 1-46 kata f-h = defi,fida,fobi,dafa,dafi,fabe,gaga,gagu,gigi,goda,gado,guci,haha,hihi,hoho,hobi,haci Skor 2 = 47-92 j-l = jaga,juga,jago,jadi,kuku,kuda,kaki,kudu,kaca,lobi,lugu,laci,laki Skor 3 = 93-138

Skor 4 = 139-184

No Nama b-d f-h j-l Jumlah kata Skor

1 Rasyid 20 20 12 52 2

2 Wira 36 36 36 108 3

3 Bagus 20 12 12 92 2

4 Cherly 40 32 32 104 3

5 Chilla 20 16 16 52 2

6 Jeni 24 20 16 60 2

7 Eka 20 16 12 48 2

8 Hanifah 32 32 32 96 3

9 Ibra 32 32 32 96 3

10 Isma 36 32 32 100 3

11 Jesika 20 12 12 92 2

12 Kenes 40 36 32 108 3

13 Khaira 20 16 12 48 2

14 Risti 20 20 16 56 3

15 Naysheila 44 36 32 112 3

16 Aga 20 20 16 56 2

17 Salsa 36 32 32 100 3

18 Didi 32 32 32 96 3

19 Yakub 20 16 12 48 2

20 Zacky 40 32 32 104 3

21 Kamila 20 16 12 48 2

Jumlah Total 1508 53


(5)

213

Instrumen Penilaian Membaca Permulaan Siklus II pertemuan 2 Menggabungkan Suku Kata menjadi Kata

Keterangan : Keterangan rentang skor

b-d = bibi,babi,bobo,bobi,buba,cobu,cabi,boca,cuci,cabe,dadu,budi,bodi,dada,dodi,beda Skor 1 = 1-46 kata f-h = defi,fida,fobi,dafa,dafi,fabe,gaga,gagu,gigi,goda,gado,guci,haha,hihi,hoho,hobi,haci Skor 2 = 47-92 j-l = jaga,juga,jago,jadi,kuku,kuda,kaki,kudu,kaca,lobi,lugu,laci,laki Skor 3 = 93-138

Skor 4 = 139-184

No Nama b-d f-h j-l Jumlah kata Skor

1 Rasyid 32 32 32 96 3

2 Wira 48 48 44 140 4

3 Bagus 20 12 12 92 2

4 Cherly 52 48 48 148 4

5 Chilla 32 32 32 96 3

6 Jeni 24 20 16 60 2

7 Eka 20 16 12 48 2

8 Hanifah 52 44 44 140 4

9 Ibra 32 32 32 96 3

10 Isma 36 32 32 100 3

11 Jesika 20 12 12 92 2

12 Kenes 40 36 32 108 3

13 Khaira 20 20 12 52 2

14 Risti 36 32 32 100 3

15 Naysheila 52 44 44 140 4

16 Aga 24 24 16 64 2

17 Salsa 36 32 32 100 3

18 Didi 32 32 32 96 3

19 Yakub 24 24 12 60 2

20 Zacky 40 36 32 108 3

21 Kamila 20 20 12 52 2

Jumlah Total 1988 59


(6)

214

Instrumen Penilaian Membaca Permulaan Siklus II pertemuan 3 Menggabungkan Suku Kata menjadi Kata

Keterangan : Keterangan rentang skor

b-d = bibi,babi,bobo,bobi,buba,cobu,cabi,boca,cuci,cabe,dadu,budi,bodi,dada,dodi,beda Skor 1 = 1-46 kata f-h = defi,fida,fobi,dafa,dafi,fabe,gaga,gagu,gigi,goda,gado,guci,haha,hihi,hoho,hobi,haci Skor 2 = 47-92 j-l = jaga,juga,jago,jadi,kuku,kuda,kaki,kudu,kaca,lobi,lugu,laci,laki Skor 3 = 93-138

Skor 4 = 139-184

No Nama b-d f-h j-l Jumlah kata Skor

1 Rasyid 32 32 32 96 3

2 Wira 48 48 44 140 4

3 Bagus 20 12 12 92 2

4 Cherly 52 48 48 148 4

5 Chilla 32 32 32 96 3

6 Jeni 24 20 16 60 2

7 Eka 20 16 12 48 2

8 Hanifah 52 44 44 140 4

9 Ibra 32 32 32 96 3

10 Isma 36 32 32 100 3

11 Jesika 32 32 32 96 3

12 Kenes 40 36 32 108 3

13 Khaira 32 32 32 96 3

14 Risti 36 32 32 100 3

15 Naysheila 52 44 44 140 4

16 Aga 24 24 16 64 2

17 Salsa 36 32 32 100 3

18 Didi 32 32 32 96 3

19 Yakub 32 32 32 96 3

20 Zacky 64 48 32 144 4

21 Kamila 32 32 32 96 3

Jumlah Total 2080 62


Dokumen yang terkait

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Yahya Pondok Gede Bekasi Tahun Pelajaran 2015/2016

2 6 104

KONTRIBUSI MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERNYANYI ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK TUNAS BANGSA KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA.

0 4 27

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI MEDIA KARTU KATA DI TK IBUNDA KECAMATAN HAMPARAN PERAK TAHUN AJARAN 2013-2014.

0 2 22

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI KARTU HURUF PADA ANAK USIA Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Kartu Huruf Pada Anak Usia 5/6 Tahun TK Pertiwi IV Karangjati Blora Tahun Ajaran 2015/2016.

0 2 15

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK MELALUI MEDIA FLASH CARD DI KELOMPOK B TK Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Melalui Media Flash Card Di Kelompok B TK Aisyiyah, Gajahan, Pasar Kliwon, Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 17

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF HIJAIYAH PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Penerapan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Huruf Hijaiyah Pada Anak Usia 4-5 Tahun di BA Aisyiyah Tambakboyo Pedan Klaten Ta

0 0 14

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF HIJAIYAH PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Penerapan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Huruf Hijaiyah Pada Anak Usia 4-5 Tahun di BA Aisyiyah Tambakboyo Pedan Klaten Ta

0 1 11

PENDAHULUAN Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Audio Visual pada Anak Kelompok B TK ABA Dompyongan Jogonalan Klaten Tahun Ajaran 2011/2012.

0 2 7

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK KELOMPOK A MELALUI MEDIA Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Kelompok A Melalui Media Cerita Bergambar Di TK Pertiwi I Kalimacan Kalijambe Sragen Tahun Pembelajaran 2011/2012.

1 1 18

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Eksperimen di TK Mutiara Hati)

0 0 20