34 metode sosiodrama akan diceritakan secara individu. Oleh sebab itu, dapat
dikatakan bahwa penerapan metode sosiodrama sesuai dengan perkembangan bahasa siswa kelas IV SD.
E. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain bahwa melalui penggunaan metode sosiodrama dapat meningkatkan
keterampilan berbicara. Berikut hasil penelitian yang telah dilakukan. Hesti Ratna Sari
dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Metode Sosiodrama Siswa Kelas VB SD Negeri Keputran I
Yogyakarta ”. Hasil penelitian setelah diterapkannya metode sosiodrama,
keterampilan berbicara
siswa mengalami
peningkatan. Peningkatan
keterampilan berbicara pada siklus I sebesar 7,38 dari kondisi awal 60,35 meningkat menjadi 67,73. Pada siklus II meningkat sebesar 16,17 dari kondisi
awal 60,35 meningkat menjadi 76,52. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Haryani dengan judul “Upaya
Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Motivasi Belajar Siswa dengan Metode Sosiodrama pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III B MI
Ma’arif Bego Tahun Ajaran 20132014”. Hasil penelitan yang diperoleh yaitu hasil belajar siswa berupa keterampilan berbicara mengalami peningkatan,
yaitu dari 55, 13 prasiklus menjadi 58, 29 pada siklus I, 73,47 pada siklus II, 79,29 pada siklus III. Sedangkan untuk angket motivasi belajar
35 siswa juga mengalami peningkatan yaitu, 58,06 pada prasiklus, 80,97 pada
siklus I, 83,72 pada siklus II, dan 88,42 pada siklus III. Penelitian di atas berfungsi untuk menguatkan kajian teori yang sudah
diuraikan sebelumnya. Kemudian penelitian tersebut menjadi acuan bagi peneliti untuk melaksanakan
penelitian dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Bercerita Bahasa Jawa dengan Metode Sosiodrama Kelas IV SD
Muhammadiyah Nglatihan Kulon Progo”.
F. Kerangka Pikir
Keterampilan bercerita Bahasa Jawa siswa kelas IV SD Muhammadiyah Nglatihan Kulon Progo masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Siswa
masih kesulitan bercerita Bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh basa. Kesulitan yang dialami siswa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
penggunaan metode yang belum sesuai dengan tujuan pembelajaran bercerita. Selama ini siswa dituntut untuk mendengarkan cerita dari guru, menulis cerita
atau menjawab pertanyaan sesuai cerita. Kurangnya kesempatan siswa dalam merasakan pengalaman bercerita mengakibatkan keterampilan bercerita Bahasa
Jawa masih rendah. Sehubungan dengan hal tersebut, peran guru adalah menentukan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran bercerita.
Guru perlu menerapkan metode pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa, salah satunya melalui penerapan metode sosiodrama. Metode
sosiodrama menghadirkan materi pembelajaran dalam bentuk drama. Dalam penelitian ini metode sosiodrama akan diterapkan dalam pembelajaran Bahasa
36 Jawa. Setiap siswa akan mendapat peran yang berbeda. Melalui peran yang
diperoleh, siswa akan belajar bagaimana berbicara dengan orang lain sesuai unggah-ungguh basa. Pengalaman nyata dalam menggunakan Bahasa Jawa
sesuai unggah-ungguh ini diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari termasuk ketika siswa bercerita, sehingga keterampilan siswa dalam
bercerita Bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh dapat meningkat.
G. Hipotesis Tindakan