46
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Analisis data secara deskriptif kuantitatif
digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dari tes keterampilan bercerita Bahasa Jawa. Sedangkan analisis data secara deskriptif kualitatif digunakan
untuk mendeskripsikan data yang diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti.
1. Teknik Analisis Data Secara Deskriptif Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan informasi yang muncul di lapangan yang dapat ditampilkan dalam bentuk angka. Data kuantitatif yang terkumpul dari
penelitian ini berupa nilai tes keterampilan bercerita Bahasa Jawa dalam setiap siklus. Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data kuantitatif
adalah sebagai berikut. a.
Menentukan nilai berdasarkan skor yang diperoleh setiap siswa. Adapun untuk mencari nilai digunakan rumus berikut Purwanto, 2010: 207.
b. Hasil perhitungan kemudian dikategorikan melalui kriteria ketuntasan
belajar siswa yang dikelompokkan dalam dua kategori yaitu tuntas dan tidak tuntas. Kriteria ketuntasan adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Kriteria Ketuntasan Minimal Bahasa Jawa Kriteria Ketuntasan
Kualifikasi
≥ 72 Tuntas
72 Tidak Tuntas
Sumber: KKM Bahasa Jawa SD Muhammdiyah Nglatihan Kulon Progo
47 c.
Menghitung ketuntasan belajar secara klasikal dan penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk persentase. Adapun untuk mencari
persentase menurut Burhan Nurgiyantoro 2005:361 digunakan rumus berikut.
2. Teknik Analisis Data Secara Deskriptif Kualitatif
Data kualitatif merupakan semua informasi yang diperoleh dari hasil observasi. Setelah hasil observasi terkumpul, maka langkah selanjutnya
dalam proses penelitian adalah menganalisis data. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan tahapan analisis data kualitatif sesuai dengan
penjelasan Wina Sanjaya 2009: 106 sebagai berikut. 1.
Reduksi Data Data yang diperoleh dari lapangan ditulis dalam bentuk uraian yang
terinci. Laporan tersebut harus direduksi terlebih dahulu, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, yang difokuskan pada hal-hal penting, dicari
temapola untuk memudahkan. Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang tajam dan akurat tentang hasil pengamatan di lapangan,
dimana dapat dicari kembali bila peneliti memerlukannya. 2.
Display Data Dalam langkah ini, peneliti mendeskripsikan data yang bisa
dilakukan dalam bentuk naratif, membentuk grafik, atau menyusunnya dalam tabel. Bertujuan memudahkan peneliti dalam memberikan
gambaran keseluruhan data yang diperoleh dan juga memudahkan dalam
48 mengambil kesimpulan atau menentukan tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya. 3.
Mengambil Kesimpulan Analisis data dilakukan sepanjang proses pelaksanaan tindakan.
Mengambil kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik pada akhir
siklus I, kekesimpulan terevisi pada akhir siklus II dan seterusnya, dan kesimpulan terakhir pada akhir siklus terakhir. Kesimpulan yang pertama
sampai dengan terakhir saling terkait dan kesimpulan pertama sebagai pijakan.
I. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Penelitian dengan menerapkan metode sosiodrama ini dikatakan berhasil meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Jawa pada siswa kelas IV SD
Muhammadiyah Nglatihan Kulon Progo, apabila ≥75 dari jumlah siswa
mendapatkan nilai di atas KKM 72-100. KKM ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan kompetensi dasar menceritakan upacara
adat, daya dukung sekolah dan kemampuan guru, serta dengan mempertimbangkan kemampuan siswa.
49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Prasiklus
Sebagai langkah awal, peneliti melakukan pengamatan pembelajaran di kelas IV SD Muhammadiyah Nglatihan pada hari Kamis, 7 Januari 2016.
Berdasarkan pengamatan tersebut, ditemukan suatu permasalahan dalam pembelajaran bercerita Bahasa Jawa. Dalam proses pembelajaran, guru
menyampaikan materi upacara adat Sekaten hanya melalui metode ceramah. Setelah itu guru memberi tugas kepada siswa untuk bercerita secara individu
mengenai materi tersebut. Siswa cenderung merasa takut dan kesulitan untuk bercerita. Siswa justru melakukan aksi saling tunjuk saat guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bercerita di depan kelas. Hal tersebut terjadi karena siswa belum sepenuhnya memahami materi. Oleh
sebab itu perlu dikembangkan pembelajaran yang efektif untuk membuat siswa lebih paham, sehingga keterampilan siswa dalam bercerita semakin
meningkat. Berdasarkan data awal yang diperoleh, dapat diketahui bahwa
keterampilan bercerita siswa masih rendah. Hal tersebut dapat diketahui dari tes keterampilan bercerita Bahasa Jawa yang dilakukan di kelas IV. Tes
prasiklus ini diikuti oleh seluruh siswa kelas IV SD Muhammadiyah Nglatihan yang berjumlah 12 siswa. Dari hasil tes, siswa yang dinyatakan
tuntas belajar sebanyak 2 siswa 16,67, sedangkan siswa yang belum