30 4.
Kelompok pemeran drama membuat skenario sederhana dan melakukan latihan, sedangkan kelompok pengamat mempersiapkan tata panggung
kemudian mencermati lembar pengamatan pemeran drama yang dibagikan guru.
5. Kelompok pemeran drama melakukan pementasan dan kelompok
pengamat drama mengamati pementasan drama kemudian mengisi lembar pengamatan pemeran drama.
6. Siswa dan guru melakukan diskusi tentang penampilan kelompok
pemeran drama, serta kesalahan bahasa yang terjadi selama pementasan drama.
7. Siswa dan guru mengambil kesimpulan tentang pembelajaran sosiodrama
yang telah dilakukan. Langkah-langkah pembelajaran sosiodrama tersebut kemudian
dijadikan landasan untuk menyusun lembar observasi aktivitas siswa.
C. Keterkaitan Metode Sosiodrama dengan Keterampilan Bercerita Bahasa
Jawa
Belajar bahasa tidak hanya mementingkan teori bahasa, tetapi juga praktik sehari-hari yang luwes terhadap perubahan karena lingkungan. Sebab
berbahasa hanya berdasarkan teori dan teknik berbahasa, hanya menimbulkan kesan yang kaku dan sulit Titik W.S. dkk.,: 2003. Senada dengan pendapat
tersebut, Henry Guntur Tarigan 1987 juga mengungkapkan bahwa keterampilan berbicara hanya dapat diperoleh dengan jalan praktik dan banyak
latihan. Keterampilan bercerita merupakan salah satu bentuk tugas
31 keterampilan berbicara. Sesuai pernyataan di atas agar siswa mampu bercerita
dengan baik yang dibutuhkan bukanlah penjelasan teori oleh guru saja, akan tetapi siswa juga harus mendapat kesempatan untuk praktik dan latihan
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam berbagai bentuk kegiatan.
Metode sosiodrama adalah salah satu metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk praktik dan latihan menggunakan Bahasa Jawa
dalam berbagai konteks berbahasa. Dalam penerapan metode ini siswa akan praktik menggunakan Bahasa Jawa ketika bermain peran, berdiskusi, bertanya
kepada guru maupun teman, serta mengungkapkan pendapat. Adakalanya siswa mengalami kesulitan untuk bercerita karena masih
asing maupun belum paham apa yang akan diceritakan. Sesuai dengan yang disebutkan oleh Salleh Abbas 2006 bahwa siswa akan mengalami kesulitan
dalam bercerita tentang sesuatu karena apa yang akan diceritakan tidak berada dekat dengan diri siswa. Oleh karena itu, agar siswa tidak asing dengan apa
yang diceritakan guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang mendekatkan siswa dengan kondisi yang sebenarnya. Salah satu cara agar
siswa lebih konkret memperoleh pengalaman yaitu melalui drama Wina Sanjaya, 2009. Siswa akan memperoleh pengalaman dari situasi yang
diciptakan melalui drama atau sosiodrama. Walaupun siswa tidak mengalami secara langsung terhadap suatu kejadian, namun siswa akan mendapatkan
kesan melalui drama yang dibuat mendekati kondisi yang sebenarnya.
32 Selain itu salah satu kelebihan metode sosiodrama menurut Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain 2006 adalah untuk membina bahasa lisan yang digunakan siswa agar menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang
lain. Apabila bahasa lisan yang digunakan dalam metode ini adalah Bahasa Jawa maka Bahasa Jawa yang digunakan siswa akan semakin baik termasuk
ketika bercerita. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa metode
sosiodrama dapat memberi kesempatan siswa untuk praktik dan latihan menggunakan Bahasa Jawa serta dapat mendekatkan hal atau peristiwa yang
akan diceritakan dengan diri siswa. Jadi, dengan menggunakan metode sosiodrama keterampilan bercerita Bahasa Jawa siswa akan meningkat.
D. Karakteristik Perkembangan Bahasa Siswa Kelas IV SD