Rus’an, Artikel Islam Agama yang Gagal 2005
25
2005. Tulisan Rus’an berisikan kritiknya terhadap fungsi agama
dalam kehidupan manusia. Dalam tulisannya ia menyoroti kondisi bangsa Indonesia yang dinyatakannya sebagai bangsa Muslim ter-
besar di muka bumi tetapi juga bangsa yang paling terkorup, fon- dasi moral yang rapuh merupakan sebab utama mengapa setelah
sekian lama kita merdeka, budaya korupsi, penyelewengan dan se- bangsanya, tampaknya juga belum mencapai titik jenuh. Ia meni-
lai kehidupan umat beragama –islam- berbanding terbalik antara ajaran dan realitas sehari-hari. Pelaksanaan ibadah hanya terbatas
pada simbol, yang menurutnya cara beragama semacam ini tidak akan melahirkan masyarakat yang penuh kasih sayang. Sebalik-
nya, kebencian, iri hati dan fi tnah, serta segala penyakit hati masih
tetap berlangsung. Untuk memperkuat argumennya, ia mengutip ucapan Karl Marx bahwa ‘agama merupakan candu bagi masya-
rakat’, yang menyebabkan terjadinya penindasan, eksploitasi ke- las dan lebih jauh lagi penyebab munculnya imajinasi-imajinasi
non produktif. Pernyataan Marx tersebut didalam catatan tubuh dikutipnya dari tulisan Vladimir Lenin tahun 1905.
Selanjutnya ia menyerukan kepada semua elit bangsa dan elit agama untuk melihat bagaimana tokoh yang kekuasaannya be-
sar akhirnya tumbang karena meremehkan penderitaan rakyat. Mengutip Jalaluddin Rahmat ia menggambarkan watak seperti
Fir’aun adalah penguasa yang korup, penindas yang selalu merasa benar sendiri, tonggak sistem kezaliman dan kemusyrikan. Ha-
man mewakili kelompok teknokrat, ilmuwan yang menunjang tirani dengan melacurkan ilmu. Qarun adalah cerminan kaum
kapitalis, pemilik sumber kekayaan yang dengan rakus mengisap seluruh kekayaan massa. Bal’am melambangkan kaum ruhaniyun
kaum agamawan, tokoh-tokoh agama yang menggunakan agama untuk melegitimasikan kekuasaan yang korup dan meninabobokan
rakyat. Akhirnya gabungan elit ini hancur karena tidak peka ter- hadap nurani rakyat kecil, tidak mau mendengarkan kebenaran,
dan tidak ingin menegakkan keadilan. Dan pada paragraf terakhir ia menulis secara retoris; “Dengan melihat realitas yang terjadi seperti
yang digambarkan di atas, kita harus memutuskan apakah agama masih
26
memiliki makna bagi kehidupan manusia di masa kini? Bila jawabannya tidak, maka itulah agama yang gagal.”
16
Akibat tulisan tersebut, Radar Sulteng menuai kecaman dan kritik. Diantaranya, Komunitas Muslim Kota Palu meminta
harian kelompok media Jawa Pos Group itu untuk berhenti terbit. Karena maraknya protes, Radar Sulteng akhirnya memutuskan
tidak terbit selama 3 hari sejak, sebagai bentuk permohonan maaf mereka atas penerbitan artikel tersebut. Komunitas Muslim Kota
Palu selain menuntut penutupan Radar Sulteng, mereka meminta aparat penegak hukum segera menangkap oknum yang menghina
umat Islam dan menghukumnya. Hukuman yang diminta tidak saja karena penodaan agama tetapi juga pasal penyebaran faham
atheisme.
Redaksi Sulteng menyampaikan permohonan maaf kepa- da umat Muslim dan khalayak atas kehilafan ini, dengan menu-
runkannya dalam menerbitan dua kali berturut-turut. Sedangkan Rus’an menyatakan bahwa tulisan tersebut sekedar kritik. Terha-
dap perilaku elit yang jauh dari nilai-nilai agama Islam. Ia tak ber- niat sedikit pun menistakan agama, namun, jika menyakiti pera-
sa-an umat, ia meminta maaf. Ru’an ditetapkan sebagai tersangka dengan tuduhan melakukan penodaan agama. Tidak terdapat in-
formasi vonis yang dijatuhkan kepada Rus’an.