Sumardin TappayyaShalat Bersiul 2005 KASUS PENODAAN AGAMA
29
2005
19
. Persoalan muncul ketika Kepala Desa Tubbi mengirimkan
surat yang ditujukan kepada Bupati Polewali Mandar dan ditem- buskan kepada Camat Tutar, Ka.Pol Tutar, Ka. Pos Ramil Tutar
dan KUA Kecamatan Tutar. Surat tersebut berisi tentang laporan adanya ajaran agama yang bertentangan dengan ajaran agama Is-
lam. Surat ini ditindaklanjuti oleh Kepala Dinas Kesatuan Bangsa KESBANG Polewali Mandar sebagai salah satu unsur Komunitas
Intelejen Daerah KOMINDA Kabupaten Polewali Mandar deng- an mengeluarkan surat kepada Sumardin untuk menghentikan
ajarannya. Menurut LBH Makassar, pemicu munculnya kasus didu- ga adalah sengketa tanah adat antara Sumardin dengan pemerin-
tah setempat tempat tanah adat berada. Sumardin pernah diminta oleh TNI, Kejaksaan dan pemerintah setempat untuk meninggal-
kan tanah adatnya.
Pada tanggal 12 Januari 2006 pukul 22.00 Wita sebanyak 40 aparat Polres Polewali Mandar bersama dengan beberapa pega-
wai Departemen Agama Polewali Mandar dan Camat Campalagian mendatangi rumah dan melakukan penangkapan terhadap Sumar-
din dan beberapa muridnya dengan tuduhan penodaan agama. Sumardin mencoba menjawab dan menjelaskan tentang keyaki-
nan yang dianutnya. Namun tidak dihiraukan dan memaksa mem- bawa Sumardin dan 3 muridnya ke Polres Polewali Mandar dan
melakukan pemeriksaan.
Atas hasil pemeriksaan penyidik Polres Polewali Mandar, pengurus MUI Polewali Mandar mengeluarkan surat yang me-
nyatakan bahwa ajaran keselamatan yang pokok ajarannya Allah berbeda dengan Rabbuka, tidak mengakui Nabi Muhammad seba-
gai Nabi, melakukan Shalat Bersiul, dan istri gaib adalah sesat dan menyesatkan. Untuk menutupi kelemahan sangkaan penodaan
atau penistaan agama Pasal 156a KUHP penyidik mengembang- kan penyidikan ke arah pemilikan senjata tajam. Penyidik meng-
geledah dan menyita barang-barang Sumardin seperti parang dan
19
Abdul Azis, Shalat Bersiul; Sebuah Keyakinan Yang Teradili,LBH Makassar,2007
30
tombak. Menurut kuasa hukum Sumardin, istilah “Rabbuka” dan
Shalat Bersiul yang menjadi materi sangkaan penodaan terhadap agama terjadi karena adanya perbedaan interpretasi dan paradig-
ma antara Sumardin dengan aparat penyidik Polres Mandar, MUI dan Departemen Agama Polewali Mandar. Sumardin dan Kitab La-
duni menggunakan pendekatan tassawuf yang dalam tradisi epis- temologi Islam dikenal sebagai tradisi irfani direct experinces yak-
ni epistemologi lewat intuisi yang diperoleh dari pengalaman batin yang mendalam, fi tri yang tidak terdeteksi oleh logika dan tidak
terungkapkan oleh bahasa. Sedangkan aparat lebih menekankan pada pendekatan syariat atau fi qih, yang tertuang dalam bentuk
ritual yang rasional dan empiris. Sedangkan ritual pelaksanaan shalat khusus yang dilakukan dengan bersiul yang oleh Sumardin
dibagi atas Shalat Nur, Shalat Hayat, Shalat Fitrah dan Shalat Sir dengan jumlah rakaat 4, 5, 7 dan 8 merupakan ritual diluar shalat
wajib dan dilakukan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Lewat ritual shalat bersiul, Sumardin merasakan kenikmatan ter-
tinggi karena merasa lebih dekat dengan Allah
20
. Majelis Hakim PN Polewali Mandar menyatakan Sumardin
terbukti melakukan penodaan agama dan menjatuhkan pidana penjara 6 bulan masa percobaan 1 tahun. Sementara untuk kasus
pemilikan senjata tajam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Darurat No.12 Tahun 1951 dinyatakan tidak terbukti.