Ujaran Kebencian pada 7 Juni 2012

61

3.3 Ujaran Kebencian Dalam Wawancara Tokoh Ulama

Di dalam salah satu wawancara tentang Syiah, seorang tokoh ulama menyatakan hal sebagai berikut : Kalau ada orang sakit kanker, tangannya kena kanker sampai sikut. Dokter bilang ini harus dipotong, KALAU TIDAK DIPO- TONG INI MENUAR KEMANA-MANA. Apa itu dokter itu kena ham? Iya kan? jelas tidak. Karena itu, untuk menyelamatkan anggota yang lain dari tangan ini. Wawancara tersebut, secara jelas ulama tersebut ingin me- negasikan kelompok Syah di Jawa Timur dengan menganalogikan Syiah seperti penyakit kanker yang membahayakan eksitensi po- pulasi mayoritas Suni di Jawa Timur. Pernyataan ini merupakan diskriminasi khususnya terhadap kelompok Syiah di Jawa Timur.

4. Condoning

Praktik penyebaran kebencian yang berujung pada aksi in- toleransi dan kekerasan berbasiskan agama, terkadang dimaklumi oleh pejabat negara condoning. Pejabat negara semestinya ber- sikap lebih menghormati segala agama ataupun keyakinan yang ada dan eksis di masyarakat, bahkan pejabat negara berkewajiban memberikan jaminan dan perlindungan bagi setiap warga negara untuk menjalankan agama dan kepercayaannya. Contoh berikut adalah tindakan seorang pejabat yang da- pat dikategorikan sebagai condoning. Ia mengatakan dalam se- buah forum resmi dalam rangka memberikan tanggapan terhadap keberadaan Jamaah Ahamdiyah. “Ahmadiyah harus dihentikan karena bertentangan dengan ajaran pokok agama Islam. Kalau harus dihentikan, kan tidak boleh lagi lanjutkan aktivitas-aktivitasnya” dan juga “Ah- madiyah telah menyulut amarah masyarakat karena masih terus melanjutkan aktivitasnya. Namun, kondisi itu masih bisa diredam kepolisian. Ajaran Ahmadiyah membuat ban- yak umat Islam merasa ajaran Islam dihina dan dinistakan. Lagipula, lanjutnya, ajaran ini sudah dilarang di sejumlah negara.” Serta “Kalau enggak segera ambil keputusan tegas, 62 potensi konfl ik akan ter-maintain dan meningkat serta bisa menimbulkan konfl ik sosial. Dengan demikian, menurut saya, Ahmadiyah harus dibubarkan,” 29 . Perkataan “Ahmadiyah harus dihentikan…” bertendensi mendorong kekerasang dan diskriminasi. Orang yang mendengar pidato pejabat negara tersebut akan berpikir “pejabat negara saja sudah ngomong harus menghentikan Ahmadiyah, apalagi warga biasa” dan ini mendorong kekerasan. Kemudian juga, perkataan “Ahmadiyah harus dihentikan..” bertendensi diskriminasi berupa adanya perlakukan yang “khusus”terhadap Ahmadiyah karena aktivitas-aktivitas. Tanpa menilai apakah aktivitas-aktivitas Ah- madiyah itu bermuatan kekerasanpaksaan atau tidak. Namun demikian, ada atau tidak adanya dampak pidato pejabat negara tersebut, aparat penegak hukum harus melakukan penegakan hu- kum terhadap kasus ini. Di dalam konteks kekerasan sebagai dampak dari condon- ing tersebut, pernyataan pejabat negara telah memicu kekerasan dan diskriminasi terhadap Ahmadiyah hampir di seluruh Indone- sia seperti kasus penyerangan dan kekerasan terhadap Ahmadiyah di Desa Cikeusik Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Februari 2011. Pasal 156 KUHP dam pasal 28 ayat 2 UU ITE tidak bisa menjangkau ujaran kebencian yang dilakukan oleh pejabat negara condoning. Aturan-aturan tersebut hanya lebih spesifi k mengatur warga negara saja tidak mengenal status sosialnya. Sebenarnya, pejabat negara yang justru seharusnya melindungi seluruh warga negara, dan seharusnya ancaman hukuman untuk penjabat negara tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan warga negara biasa. Baik pasal 156 KUHP maupun pasal 28 ayat 2 UU ITE tidak mem- bedakan ujaran kebencian yang dilakukan oleh pejabat negara dan warga negara. 29 dikutip dari www.voa-islam.com