Penyebaran Kebencian Terhadap Jemaat HKBP Filadelfi a

58 Ustadz yang memimpin aksi penolakan gereja menyampaikan ujaran kebencian dihadapan aparat pemda dan kepolisian. Di muka umum ia mengatakan: “..yang saya sangat sayang, mereka HKBP Filadelfi a tidak meng- hargai pemerintah. Adanya pemerintah buat apa. Bangsat dia tuh. Ga menghargai orang pemerintahan. Sudah melecehkan pemerin- tah. Pemerintah harus bertindak. Saya akan tetap menolak orang ini. Undang dari Vatikan noh, dari Amerika, jemaat lu bawa sini. Mau berantem sama gua hayo. Udah jangan dikasih ampun. Pemer- intah sendiri harus dihargai. Lu bangsa apa lu. BUBAR UDAH BU- BAR,”. Seorang anak dari Ustadz tersebut juga menyebarkan ke- bencian di depan massa penolak dengan menyatakan: “Palti Panjaitan lu siap kalo besok masih kebaktian. Besok kalo masih kebaktian, KITA HABISIN SAJA. KITA HAJAR KEBAK- TIANNYA. KITA HABISIN. Palti Panjaitan, pala lu, orang nomor satu, GUA HABISIN LU. Untuk besok gua pasti, GUA SERING NYEMBELIH.” Aksi penyebaran kebencian tersebut mendorong aksi in- toleransi dan kekerasan yang semakin menjadi-jadi pada minggu- minggu berikutnya 28 . Perkataan “habisin saja..” berdampak poten- si kuat terjadinya kekerasan terhadap orangsekelompok orang khususnya warga Jemaat Filadelfi a Tambun Bekasi, dan jikapun kekerasannya tidak terjadi, aparat penegak hukum harus tetap melakukan penegakan hukum terhadap ujaran kebencian tersebut 3. Penyebaran Kebencian Terhadap Jema’ah Aliran Syi’ah 3.1 Ujaran Kebencian pada 21 Mei 2012 Seorang tokoh masyarakat, di dalam salah satu video di youtube tertanggal 21 Mei 2012, mengatakan : “silahkan kalo ada di suatu daerah, ada masuk syiah. USIR DARI TEMPAT ITU, SURUH PINDAH KE TEMPAT LAIN. Jangan hanya 28 Id. Penyebaran Kebencian Atas Dasar Agama, 2012 59 Tajul Muluk saja, bukan hanya Tajul Muluk saja diusir dari tempat itu. Habib yang masuk SYIAH USIR DARI TEMPAT ITU KARENA DIA MENGOTORI DAN MENJATUHKAN DATUK-DATUKNYA”. Pernyataan tersebut dilakukan di depan peserta Perayaan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW di Desa Jaluak Sepuluh Kota Bang- kalan Madura, 21 Mei 2012. Ada relasi kuat antara pidato tokoh masyarakat tersebut dan kejadian kekerasan dan diskriminasi terhadap warga Syiah di Sampang Madura 26 Agustus 2012. Hal ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut : a. Perkataan “usir dari tempat itu, suruh pindah ke tempat lain” dan “Syiah usir dari tempat itu karena dia mengotori dan men- jatuhkan datuk-datuknya” bisa dikualifi kasikan ujaran keben- cian yang berdampak diskriminasi. Perkataan usir bertendensi ada perlakuan berbeda dengan warga negara yang lainnya. Menurut pasal 1 huruf ketiga Undang-Undang Hak-Hak Aza- si Manusia HAM Nomor 391999 menjelaskan diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan atau pengucilan yang langsung atau tidak langsung didasarkan atas pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golon- gan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyak- inan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan HAM dan kebebasan dasar baik di dalam kehidupan baik bidang poli- tik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lain- nya. b. Perkataan “usir…” tersebut mengakibatkan ada pembatasan dan pengucilan untuk warga Syiah yang berakibat menggang- gu pemenuhan HAM warga Syiah secara kolektif terutama di Pulau Madura. c. Perkataan “usir…” bertendensi kekerasan, perkataan “usir” bermakna verbal kekerasan. Pasca ujaran kebencian tersebut, pada tanggal 26 Agustus 2012 terjadi kekerasan berupa penyerangan dan kekerasan, dan diskriminasi terhadap warga Syiah di Karang Gayam Omben Ka-