Piutang Pembiayaan Konsumen Consolidated FS with Indep Auditors
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 538 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan r.
Aset Tetap dan Aset Sewa Guna Usaha
i. Aset Tetap dan Perangkat Lunak Aset tetap, kecuali tanah, dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan penyisihan penurunan nilai. Biaya perolehan termasuk biaya penggantian bagian aset tetap saat biaya tersebut terjadi, jika memenuhi kriteria pengakuan aset tetap.
Selanjutnya, pada saat inspeksi yang signifikan dilakukan, biaya inspeksi itu diakui ke dalam jumlah tercatat carrying amount aset tetap sebagai suatu penggantian jika memenuhi
kriteria pengakuan. Semua biaya pemeliharaan dan perbaikan yang tidak memenuhi kriteria pengakuan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian pada saat terjadinya.
Perangkat lunak diakui sebagai aset tidak berwujud.
Penyusutan dan amortisasi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus selama umur manfaat ekonomis aset tetap yang diestimasi sebagai berikut:
Tahun
Bangunan 20
Perlengkapan, peralatan kantor, komputer dan kendaraan bermotor 4-5
Perangkat lunak 5
Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya.
Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap dihitung sebagai perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan dan jumlah tercatat dari aset tetap
dimasukkan dalam laporan laba rugi konsolidasian pada tahun berjalan aset tetap tersebut dihentikan pengakuannya.
Pada setiap akhir tahun buku, nilai residu, umur manfaat ekonomis dan metode penyusutan dikaji ulang dan jika tidak sesuai dengan keadaan akan disesuaikan secara prospektif.
Aset tetap dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan dan disajikan sebagai bagian dari aset tetap. Ketika aset dalam penyelesaian telah selesai dan siap digunakan,
akumulasi biaya perolehan direklasifikasikan ke akun aset tetap yang sebenarnya.
Sesuai dengan PSAK 16 “Aset Tetap” dan ISAK 25 “Hak Atas Tanah”, biaya perolehan hak atas tanah dalam bentuk hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai diakui sebagai
aset tetap. Biaya perolehan tersebut merupakan biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk memperoleh hak atas tanah tersebut termasuk biaya pengurusan legal hak
atas tanah ketika tanah diperoleh pertama kali.
Hak atas tanah dalam bentuk hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai tidak disusutkan, kecuali terdapat bukti yang mengindikasikan bahwa perpanjangan atau
pembaruan hak atas tanah tersebut kemungkinan besar atau pasti tidak diperoleh.
PSAK 48 Revisi 2009 tentang “Penurunan Nilai Aset” mensyaratkan bahwa nilai tercatat aset tetap dikaji ulang setiap tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian untuk menilai
apakah aset tetap tersebut nilai tercatatnya lebih tinggi dari jumlah yang dapat diperoleh kembali recoverable amount dari aset tetap tersebut. Jika nilai tercatat aset tetap melebihi
taksiran jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset tetap tersebut, nilai tercatat aset tetap harus diturunkan menjadi nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset tetap tersebut.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 539 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan r.
Aset Tetap dan Aset Sewa Guna Usaha lanjutan
i. Aset Tetap dan Perangkat Lunak lanjutan Bank Mandiri menerapkan PSAK No. 16 Revisi 2007 tentang “Aset Tetap”. Bank Mandiri
dan Entitas Anak memilih model biaya dan seluruh saldo nilai revaluasi aset yang masih dimiliki pada saat penerapan pertama kali PSAK No. 16 Revisi 2007, yang disajikan
sebagai bagian dari ekuitas dalam laporan posisi keuangan konsolidasian sebesar Rp3.046.936, telah direklasifikasi ke saldo laba konsolidasian yang sudah ditentukan
penggunaannya pada tahun 2008.
ii. Aset Sewa Guna Usaha Bank Mandiri menerapkan PSAK 30 Revisi 2011 tentang Sewa, yang berlaku efektif
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012. Berdasarkan PSAK 30 Revisi 2011, penentuan apakah suatu perjanjian merupakan perjanjian sewa atau perjanjian yang
mengandung sewa didasarkan atas substansi perjanjian pada tanggal awal sewa dan apakah pemenuhan perjanjian tergantung pada penggunaan suatu aset dan perjanjian
tersebut memberikan suatu hak untuk menggunakan aset tersebut. Menurut PSAK ini, sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan aset, diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan. Selanjutnya, suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi, jika sewa tidak mengalihkan secara substansi seluruh
risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.
Berdasarkan PSAK 30 Revisi 2011, dalam sewa pembiayaan, Bank dan Entitas Anak mengakui aset dan liabilitas dalam laporan posisi keuangan konsolidasian pada awal masa
sewa, sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Pembayaran sewa dipisahkan antara
bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan liabilitas sewa. Beban keuangan dialokasikan pada setiap periode selama masa sewa, sehingga
menghasilkan tingkat suku bunga periodik yang konstan atas saldo liabilitas. Beban keuangan dicatat dalam laporan laba rugi konsolidasian. Aset sewa guna usaha disajikan
sebagai bagian aset tetap disusutkan selama jangka waktu yang lebih pendek antara umur manfaat aset sewa guna usaha dan periode masa sewa, jika tidak ada kepastian yang
memadai bahwa Bank akan mendapatkan hak kepemilikan pada akhir masa sewa.
Dalam sewa operasi, Bank mengakui pembayaran sewa sebagai beban dengan dasar garis lurus straight-line basis selama masa sewa.
Jika suatu perjanjian sewa mengandung elemen tanah dan bangunan, maka Bank menilai klasifikasi dari setiap elemen tersebut sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi secara
terpisah.