Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

111 atau tanggapan individu yang didapatkan dari teman atau lingkungan sosialnya akan berpengaruh terhadap bagaimana individu tersebut memandang dirinya sendiri. Pernyataan tersebut memberikan kemungkinan bahwa siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta memiliki pergaulan dan perkembangan sosial yang baik, sehingga siswa mampu menerima aspek sosialnya dengan baik dan menyebabkan citra diri siswa berada pada kategori tinggi. Berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi citra diri tersebut maka citra diri pengguna jejaring sosial instagram selain diukur melalui intensitas penggunaannya, ada hal lain yang dapat diukur untuk mengetahui hubungan atau pengaruhnya penggunaan jejaring sosial instagram terhadap citra diri seperti faktor komunikasi antar pribadi, keterbukaan diri, narsistic disorder, komentar positif, persepsi, keyakinan, komunikasi, teman-teman sebaya, keadaan keluarga, sikap mendidik orang tua, dan perkembangan sosial. Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan variabel yang dapat mengukur citra diri pengguna jejaring sosial instagram selain faktor intensitas, karena seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa kemungkinan ada responden yang intensitas penggunaan media jejaring sosialnya rendah akan tetapi memiliki citra diri yang tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa citra diri ditinjau dari intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta tergolong tinggi. Citra diri siswa berada pada kategori tinggi dengan perolehan persentase sebesar 62 62 siswa, serta 112 intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram pada siswa juga berada pada kategori tinggi dengan perolehan persentase sebesar 76 76 siswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta intensitas penggunaan instagram berada pada kategori tinggi dan siswa juga memiliki citra diri yang tinggi. Citra diri siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta berada pada kategori tinggi menunjukkan siswa memiliki citra diri yang positif. Citra diri merupakan bagian dari konsep diri yang berkaitan dengan penerimaan terhadap dirinya baik secara fisik, psikologis, ataupun sosial. Siswa yang memiliki citra diri positif berarti menghargai dirinya sendiri apa adanya baik fisik, psisik, atau sosial Endra K. Prihadhi, 2009:49. Citra diri yang positif akan membawa kepada kebahagiaan, kesuksesan, dan kepuasan hidup sedangkan citra diri yang negatif akan menyebabkan kegagalan yang tetap, kacaunya pemikiran-pemikiran, kebiasaan-kebiasaan, dan perilaku yang tidak tepat Seyed dan Farhad, 2014:136. Siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta mampu menghargai fisik dirinya secara baik, hal ini dibuktikan dengan perolehan data pada aspek fisik yaitu sebanyak 67 berada pada kategori tinggi siswa mampu menggambarkan, memahami, dan menerima bentuk serta kondisi tubuh, selanjutnya sebanyak 50 siswa berada pada kategori sangat tinggi sangat mampu menggambarkan, memahami, dan menerima barang atau benda kepemilikan yang melekat. Aspek fisik ini menurut Jersield Fristy, 2012:5 disebut Perceptual Component yaitu image yang dimiliki seseorang mengenai 113 penampilan dirinya, terutama tubuh dan ekspresi yang diberikan pada orang lain, tercakup di dalamnya adalah attractiviness, appropriatiness yang berhubungan dengan daya tarik seseorang bagi orang lain. Siswa yang berada pada kategori sangat tinggi dalam halam menggambarkan, memahami, dan menerima bentuk serta kondisi tubuh, yaitu sebanyak 24 berarti siswa sangat mampu dalam hal membentuk image mengenai penampilan dirinya, siswa yang berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 8 berarti siswa cukup mampu menggambarkan, memahami, dan menerima bentuk tubuhnya sedangkan siswa yang berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 1 berarti siswa kurang mampu menggambarkan, memahami, dan menerima bentuk tubuhnya. Dalam hal menggambarkan, memahami, dan menerima barang atau benda kepemilikan yang melekat sebanyak 46 siswa berada pada kategori tinggi, hal tersebut berarti siswa mampu menggambarkan, memahami, dan menerima material self yang ada pada dirinya, sedangkan siswa yang berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 4 berarti siswa cukup mampu dalam hal menggambarkan, memahami, dan menerima barang atau benda kepemilikan yang melekat. Barang atau benda kepemilikan yang melekat tersebut menyangkut pakaian, perhiasan, atau aksesoris yang digunakan, dan fasilitas yang dimiliki. Dalam hal aspek psikis siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta juga mampu menghargai psikisnya secara baik, hal ini dapat dilihat bahwa sebanyak 49 siswa berada pada kategori sangat tinggi yang berarti sangat mampu menggambarkan, memahami, dan menerima kemampuan atau 114 kecakapan diri dan sebanyak 64 siswa berada pada kategori tinggi yang berarti mampu menggambarkan, memahami, dan menerima kekurangan atau keterbatasan diri. Menurut Jersield Fristy, 2012:5 aspek psikis disebut conseptual component yaitu konsepsi seseorang mengenai karakteristik dirinya. Siswa yang memiliki kemampuan menggambarkan, memahami, dan menerima kekurangan atau keterbatasan dirinya dengan baik berarti memiliki sumber penilaian baik yang mempengaruhi pencapaian pemahaman akan citra diri. Sumber penilaian tersebut adalah introspeksi, proses mempersepsi diri, dan atribusi kausal atau mencari tahu alasan dibalik perilaku Brown dalam Amalia Puspita, 2010:38. Siswa yang berada pada kategori tinggi dalam hal menggambarkan, memahami, dan menerima kemampuan atau kecakapan diri yaitu sebanyak 46 berarti siswa mampu menggambarkan, memahami, dan menerima kemampuan atau kecakapan dirinya dengan baik, dan sebanyak 5 siswa yang berada pada kategori sedang berarti siswa dinyatakan cukup mampu dalam menggambarkan, memahami, dan menerima kemampuan atau kecakapan dirinya. Kemampuan atau kecakapan diri tersebut meliputi kemampuan mengontrol diri, kemampuan menentukan bakat minat, kemampuan berpikir positif dan tenang dalam menghadapi masalah, serta kemampuan menyadari prestasi atau keahlian yang dimiliki. Dalam hal menggambarkan, memahami, dan menerima kekurangan atau keterbatasan diri, siswa yang berada pada kategori sangat tinggi yaitu sebanyak 16 siswa berarti siswa tersebut sangat mampu menggambarkan, memahami, dan 115 menerima kekurangan atau keterbatasan dirinya, lalu siswa yang berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 19 berarti siswa cukup mampu, dan siswa yang berada pada kategori rendah yaitu 1 berarti siswa kurang mampu dalam menggambarkan, memahami, dan menerima kekurangan atau keterbatasan dirinya. Kekurangan dan keterbatasan diri tersebut meliputi kemampuan siswa untuk menggambarkan kekurangan dirinya, serta perasaan menerima kekurangan diri. Siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta juga memiliki penilaian dan penghargaan yang baik untuk aspek sosial, hal ini dapat dilihat bahwa sebanyak 65 siswa berada pada kategori sangat tinggi yang berarti sangat mampu menggambarkan, memahami, dan menerima pikiran serta perasaan dari orang lain dan sebanyak 56 siswa berada pada kategori tinggi yang berarti mampu menggambarkan, memahami, dan menerima pengenalan, status, dan tanggapan yang didapatkan dari orang lain. Aspek sosial merupakan pengenalan atau tanggapan yang didapatkan individu dari teman atau orang lain James dalam Norma Lulusiana, 2008:10. Salah satu sumber masukan untuk mencapai pemahaman akan citra diri adalah masukan dari lingkungan sosial, siswa yang memiliki penilaian dan penghargaan yang baik dalam aspek sosial berarti siswa tersebut melakukan perbandingan sosial yang baik seperti siswa membandingkan dirinya dengan siswa atau orang lain dengan adil, dan siswa melakukan reflected apraisal penilaian yang tercerminkan secara baik, reflected apraisal adalah pengetahuan akan diri 116 individu tercapai dengan cara melihat tanggapan orang lain terhadap perilaku individu Brown dalam Amalia Puspita Hardiani, 2010:38. Siswa yang berada pada kategori tinggi dalam menggambarkan, memahami, dan menerima pikiran serta perasaan dari orang lain yaitu sebanyak 35 berarti bahwa siswa tersebut mampu menggambarkan, memahami, dan menerima pikiran serta perasaan dari orang lain. Pikiran serta perasaan dari orang lain tersebut meliputi perasaan ketika dikritik dan dikomentari orang lain, cara berpikir ketika dipandang tidak sesuai dengan pemikiran orang lain misal kurang cantik atau tampan, serta bagaimana siswa menggambarkan ucapan, pendapat, dan perilaku orang lain terhadap dirinya. Dalam hal menggambarkan, memahami, dan menerima pengenalan, status, dan tanggapan yang didapatkan dari orang lain siswa yang berada pada kategori sangat tinggi yaitu sebanyak 38 berarti siswa sangat mampu menggambarkan, memahami, dan menerima pengenalan, status dan tanggapan dari orang lain terhadap dirinya, lalu siswa yang berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 5 berarti siswa dinyatakan cukup mampu, sedangkan siswa yang berada pada kategori rendah yaitu 1 berarti siswa dinyatakan kurang mampu. Pengenalan, status, dan tanggapan yang didapatkan dari orang lain tersebut meliputi bagaimana siswa memandang orang lain menggambarkan diri siswa sendiri, status yang diberikan oleh orang lain, serta tanggapan yang diperoleh siswa dari orang lain. Siswa yang memiliki citra diri tinggi atau sangat tinggi akan lebih percaya diri, mampu menghargai dirinya sendiri dengan baik, cenderung 117 mudah membuka diri, merasa senang akan dirinya dan merasa yakin bahwa dirinya mampu menghadapi berbagai situasi yang dijumpai dalam pergaulan hidup. Sebaliknya, siswa yang memiliki citra diri sedang, rendah, atau sangat rendah cenderung kurang percaya diri, kurang mampu menghargai dirinya sendiri, cenderung tertutup, sulit dalam berbicara dengan orang lain, merasa tidak aman, merasa tidak berharga dan tidak mampu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Endra K. Prihadhi 2009:49 yang menyebutkan bahwa siswa yang memiliki citra diri positif berarti menghargai dirinya sendiri apa adanya baik fisik, psisik, atau sosial. Citra diri yang positif akan membawa kepada kebahagiaan, kesuksesan, dan kepuasan hidup sedangkan citra diri yang negatif akan menyebabkan kegagalan yang tetap, kacaunya pemikiran- pemikiran, kebiasaan-kebiasaan, dan perilaku yang tidak tepat Seyed dan Farhad, 2014:136. Citra diri yang dimiliki siswa akan berdampak pula pada kehidupan siswa sebagai seorang remaja. Siswa diharapkan memiliki citra diri yang tinggi atau positif agar mampu memenuhi tugas-tugas perkembangan remaja dalam berbagai aspek, seperti aspek akademik, pribadi, sosial, dan karir. Indikator berhasilnya pencapaian tugas perkembangan tersebut adalah siswa memiliki rasa percaya diri yang positif, mampu mengarahkan diri, menerima penampilan dirinya, memiliki cita-cita atau rencana hidup yang realistis, mampu berkomunikasi dan menjalin interaksi dengan siapa saja, berani mengemukakan pendapat, mampu menghadapi masalah dan mengatasi kegagalan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Syamsu Yusuf 2014:96 118 bahwa remaja merupakan periode perkembangan ke arah otonomi kemandirian atau independensi pribadi, untuk mencapai aspek tersebut remaja harus dapat menerima keadaan fisiknya dan memanfaatkannya secara efektif, mencapai kemandirian emosional, memilih dan mempersiapkan pekerjaan, mencapai jaminan kemandirian ekonomi, mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga, serta mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang perlu bagi kompetensi sebagai warga negara. Pengguna instagram tidak hanya terbatas pada kalangan orang dewasa saja, para remaja juga telah memanfaatkan jejaring sosial instagram sebagai sarana komunikasi. Jejaring sosial instagram dijadikan sebagai media penggambaran diri individu, melalui fasilitas yang diberikan oleh jejaring sosial instagram tersebut remaja dapat menyimpan atau mengubah foto-foto pribadi, catatan pribadi, status pribadi dan yang bisa dikomentari oleh sesama pengguna, dengan demkian remaja bisa menampilkan keberadaan dirinya. Karakteristik remaja sebagai masa mencari identitas membuat remaja cenderung untuk menunjukkan siapa diri dan peranannya dalam kehidupan bermasyarakat, serta berusaha untuk memberikan citra seperti yang diinginkan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Andi Mappiare Maret Tri Kisworo, 2011: 15-18 yang menyebutkan bahwa salah satu karakteristik remaja adalah citra diri, sikap dan pendapat lebih realistis. Remaja sering memandang dirinya lebih tinggi ataupun lebih rendah dari keadaan yang sesungguhnya. Akibat yang sangat positif dari keadaan remaja akhir seperti itu adalah timbulnya perasaan puas, dan menjauhkan remaja dari rasa kecewa. 119 Pengaruh pendapat teman atau lingkungan sosial terhadap bagaimana individu memandang dirinya sendiri juga dialami oleh individu ketika memasuki usia atau masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang berbeda dari masa-masa perkembangan manusia lainnya. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa masa remaja merupakan masa yang penting bagi manusia sebagai pencarian dan pembentukan identitas dirinya. Menurut Syamsu Yusuf 2011: 198 dalam perkembangan sosial moral, remaja memasuki masa dimana muncul dorongan untuk melakukan perbuatan- perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis atau rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya. Intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram yang tinggi pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta menunjukkan bahwa siswa memiliki minat tinggi dan tujuan yang tetap dalam menggunakan instagram, minat dan tujuan tersebut seperti minat untuk berinteraksi dengan orang lain melalui instagram, selain itu siswa juga merasa senang menggunakan instagram, tahu dan paham bagaimana cara menggunakan fitur, konten, serta aplikasi instagram. Hal tersebut dapat dilihat bahwa sebanyak 62 siswa berada pada kategori tinggi memiliki attention perhatian yang tinggi dalam menggunakan jejaring sosial instagram, attention perhatian masuk dalam kualitas penggunaan jejaring sosial instagram, siswa memiliki perhatian pada instagram sehingga siswa dapat menikmati aktivitas saat 120 mengakses instagram, menjalin hubungan dengan orang lain, dan menggunakan layanan yang terdapat dalam instagram. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Qomariyah Yanica, 2014: 83 yang menyatakan bahwa intensitas mengakses situs media sosial adalah berapa lama dan seringnya responden menggunakan media sosial dengan berbagai tujuan atau motivasi. Siswa yang memiliki attention perhatian sangat tinggi yaitu sebanyak 25 berarti dalam menggunakan instagram siswa memiliki perhatian yang sangat kuat, sangat menikmati dalam mengakses instagram, menjalin hubungan dengan orang lain melalui instagram secara intens, dan sangat tertarik menggunakan layanan instagram sedangkan siswa yang memiliki attention perhatian sedang yaitu sebanyak 13 siswa berarti siswa memiliki perhatian dan ketertarikan yang cukup dalam menggunakan instagram, cukup menikmati instagram, serta menjalin hubungan dengan orang lain melalui instagram secara cukup. Dalam hal comprehention penghayatan siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta juga berada pada penghayatan yang tinggi dalam penggunaan instagram, yaitu sebanyak 64 siswa. Menurut Del Barico Yanica, 2014: 83- 84 Comprehention pengahayatan adalah bagaimana pengguna jejaring sosial melakukan pemahaman dan penyerapan informasi sehingga dalam hal ini siswa mampu memahami, menikmati pengalaman untuk memenuhi dan menyimpan informasi, dan pengalaman tersebut diperoleh sebagai pengetahuan individu. Siswa yang memiliki comprehention penghayatan yang sangat tinggi yaitu sebanyak 29 berarti siswa tersebut menghayati 121 instagram dengan sangat baik, mampu memahami fitur, konten, aplikasi instagram dengan sangat baik, sehingga mampu menikmati pengalaman untuk memenuhi dan menyimpan informasi dari penggunaan instagram dengan sangat baik pula, sebaliknya siswa yang comprehention penghayatan berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 6 berarti siswa cukup menghayati dalam menggunakan instagram, pengalaman menikmati instagram juga cukup, serta cukup mampu memahami fitur, konten, atau aplikasi instagram sedangkan siswa yang berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 1 berarti siswa kurang penghayatannya dalam menggunakan instagram, kurang menikmati, dan kurang mampu memenuhi dan menyimpan informasi penggunaan instagram. Durasi atau lamanya siswa dalam mengakses instagram juga sangat tinggi, hal ini terbukti dengan perolehan data untuk aspek durasi yang meliputi lamanya waktu mengakses instagram setiap hari dan setiap minggu sebesar 63 63 siswa. Durasi merupakan kuantitas penggunaan media jejaring sosial instagram berkaitan dengan jumlah waktu dalam menggunakan instagram. Durasi adalah lamanya pengguna dalam menjalankan perilakunya, dalam hal ini perilaku menggunakan instagram. Siswa yang memiliki durasi sangat tinggi tersebut berarti siswa sangat lama dalam menjalankan perilakunya, misalnya siswa yang mengakses instagram dapat menghabiskan 1-2 jam setiap harinya, sedangkan siswa yang memiliki durasi pada kategori tinggi yaitu sebanyak 32 berarti lama menggunakan instagram, dan siswa 122 yang memiliki durasi pada kategori sedang yaitu sebanyak 5 berarti siswa cukup lama dalam menggunakan instagram. Siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta juga memiliki frekuensi yang tinggi dalam penggunaan instagram yaitu sebesar 49 49 siswa, aspek frekuensi tersebut meliputi seringnya siswa menggunakan instagram dihitung baik setiap waktunya, setiap hari, dan setiap minggu. Siswa yang berada pada kategori sangat tinggi tersebut berarti siswa sering membuka dan mengakses instagram setiap waktu, misalkan setiap 1 jam sekali membuka instagram, setiap hari dan dimana saja mengakses instagram. Siswa yang berada pada kategori sangat tinggi yaitu sebanyak 18 berarti siswa sangat sering membuka dan mengakses instagram, sedangkan siswa yang berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 31 berarti siswa cukup sering membuka dan mengkases instagram, dan siswa yang berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 2 berarti siswa kurang sering dalam membuka dan mengakses instagram. Siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta dalam hal penggunaan media jejaring sosial instagram secara umum disebut pengguna sedang medium user, hal tersebut dapat dilihat dari perolehan data yaitu sebanyak 90 siswa berada pada kategori medium user dengan rentang skor antara 8 – 11, sedangkan untuk pengguna berat atau disebut heavy user ditempati oleh 5 siswa, dan untuk pengguna ringan light user juga ditempati oleh 5 siswa. Penggolongan tersebut didasarkan pada skor aspek durasi, karena durasi merupakan lamanya siswa dalam menggunakan jejaring sosial 123 instagram, meliputi waktu setiap hari dan setiap minggu yang dihitung dengan berapa jam penggunaannya. Heavy user atau pengguna berat merupakan siswa yang mengakses instagram lebih dari 40 jam per bulan, medium user atau pengguna sedang merupakan siswa yang mengakses instagram antara 10 jam sampai 40 jam per bulan, sedangkan light user atau pengguna sedang merupakan siswa yang mengakses instagram kurang dari 10 jam per bulan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan The Graphic, Visualization, dan Usability Center, The Georgia Institute of Technology Yanica, 2014:83 yang menggolongkan pengguna situs jejaring sosial atau media sosial menjadi tiga kategori yaitu Heavy user atau pengguna berat merupakan siswa yang mengakses instagram lebih dari 40 jam per bulan, medium user atau pengguna sedang merupakan siswa yang mengakses instagram antara 10 jam sampai 40 jam per bulan, sedangkan light user atau pengguna sedang merupakan siswa yang mengakses instagram kurang dari 10 jam per bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa citra diri siswa semakin tinggi dikarenakan intensitas penggunaan media jejaring sosial instagramnya juga tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil korelasi antara intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram dengan citra diri yang memberikan hasil bahwa keduanya berkorelasi positif yaitu apabila intensitas penggunaan instagram semakin tinggi maka citra diri juga semakin tinggi sebaliknya intensitas penggunaan jejaring sosial semakin rendah maka citra diri juga semakin rendah. Sisi positif dari temuan tersebut menunjukkan 124 bahwa siswa membangun citra dirinya melalui media jejaring sosial instagram. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Yudit Oktaria dan Appril Harefa 2011:3 bahwa kepopuleran situs jejaring sosial dalam hal ini adalah instagram harus dipergunakan secara cerdas untuk membangun self image citra diri maupun interaksi yang sehat. Instagram selain digunakan siswa untuk membangun citra diri, ada sisi lain yang memungkinkan bahwa siswa membangun citra diri hanya terfokus dengan menggunakan instagram saja, padahal citra diri dapat dibangun tidak hanya melalui media jejaring sosial instagram. Kemungkinan tersebut berpengaruh pada komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi diperlukan remaja guna menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya, dalam hal ini adalah lingkungan sosial sekolah dan pertemanan. Komunikasi antar pribadi siswa sangat dipengaruhi oleh citra diri siswa. Citra diri yang berkaitan dengan penerimaan diri akan berpengaruh dengan bagaimana siswa berkomunikasi di media jejaring sosial instagram. Apabila citra diri siswa tinggi maka siswa akan mengembangkan keakraban yang lebih baik, sebaliknya apabila citra diri siswa rendah maka siswa akan mengembangkan rasa iri, pengekangan diri, serta terlalu berusaha menyenangkan hati orang lain. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Holden 2005: 91-95 yang menyebutkan bahwa Citra diri sangat mempengaruhi cara seseorang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Hubungan seseorang dengan orang lain pada dasarnya merupakan perpanjangan dari hubungan seseorang dengan dirinya sendiri. Penerimaan diri yang buruk bisa menjadi 125 penyebab tingkat kemandirian yang tidak sehat, kompetisi, rasa iri, pengekangan diri, terlalu berusaha menyenangkan hati orang lain, dan penyiksaan diri, sebaliknya penerimaan diri yang positif bisa membantu mengembangkan keakraban yang lebih baik, keramahan dan kesuksesan secara menyeluruh. Dalam hal ini intensitas siswa dalam menggunakan jejaring sosial instagram yang tinggi dapat membentuk dan mengembangkan citra diri siswa, tidak menutup kemungkinan bahwa siswa memberi tampilan citra diri yang tinggi karena menggunakan instagram, maka perlu dicari kembali bagaimana citra diri siswa sebenarnya apabila tanpa menggunakan instagram. Sesuai dengan hasil dari sumbangan efektif intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram terhadap citra diri pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta yakni sebesar 8,9, artinya persentase sisanya yakni sebesar 91,1 citra diri dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain tersebut bisa dipengaruhi oleh komunikasi antar pribadi, keterbukaan diri, narsistic disorder, komentar positif, persepsi, keyakinan, komunikasi, teman-teman sebaya, keadaan keluarga, sikap mendidik orang tua, dan perkembangan sosial. Berdasarkan dari beberapa pemaparan sebelumnya maka diperlukan upaya untuk membangun dan mengembangkan citra diri siswa tanpa tergantung atau terfokus pada penggunaan media jejaring sosial instagram saja. Guru Bimbingan dan Konseling dalam hal ini berperan penting untuk mengarahkan siswa yang intensitas penggunaan instagramnya tinggi dengan 126 tujuan membangun dan mengembangkan citra diri, bahwa citra diri yang baik sebenarnya bisa dibangun dengan komunikasi antar pribadi dan pergaulan yang baik dengan siapa saja, serta juga dapat dikembangkan dan dibangun melalui keterampilan sosial social skill dan penyesuaian diri. Menurut Renita Mulyaningtyas dan Yusup Purnomo 2007:62 keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting ketika seseorang sudah menginjak masa remaja. Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan-keterampilan sosial akan menyebabkan remaja sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif misalnya asosial atau antisosial. Guru Bimbingan dan Konseling juga dapat berperan memberikan bimbingan tentang bagaimana menggunakan instagram secara bijak agar tidak cenderung kecanduan dan melalaikan tugas-tugas belajar, selain itu guru Bimbingan dan Konseling dapat memberikan layanan kepada siswa yang memiliki citra diri rendah karena tidak menggunakan media jejaring sosial instagram secara intens. Layanan tersebut dapat berupa bimbingan yang berbentuk bimbingan kelompok, permainan, sosiodrama, konseling individual maupun konseling kelompok. Isi atau materi dari layanan tersebut dapat berupa penerimaan diri, meningkatkan keterampilan sosial, konsep diri, dan materi tentang self image atau citra diri itu sendiri. 127

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari dalam pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari adanya hambatan atau keterbatasan yang dialami peneliti yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peneliti hanya membuktikan citra diri ditinjau dari intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram hanya pada kelas XI, karena pada waktu observasi peneliti diarahkan ke kelas X yang merupakan pengguna instagram terbanyak dan pada saat penelitian siswa sudah naik ke kelas XI, dan kelas XII tidak dapat dijadikan subjek penelitian dikarenakan kelas XII tidak diperbolehkan menjadi subjek penelitian oleh pihak sekolah. 2. Peneliti hanya melihat citra diri dari sisi penggunaan instagram, padahal kemungkinan siswa juga memiliki atau menggunakan jejaring sosial instagram lain seperti facebook, line, dan lain sebagainya. 3. Peneliti kurang memperhatikan faktor lain yang mempengaruhi citra diri sehingga penelitian ini hanya meninjau citra diri dari intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram, padahal kemungkinan tedapat siswa yang mempunyai citra diri yang tinggi atau positif tanpa menggunakan media jejaring sosial instagram. 128

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai citra diri ditinjau dari intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram dengan citra diri pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil perhitungan analisis uji korelasi yang menunjukkan Koefisien korelasi r xy antara intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram dengan citra diri sebesar 0,298 dengan taraf signifikansi 0,03. Hubungan yang positif dan signifikan menujukkan bahwa semakin tinggi intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram maka semakin tinggi pula citra diri siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta, demikian juga sebaliknya semakin rendah intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram maka semakin rendah pula citra diri siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta. Citra diri siswa pengguna media jejaring sosial instagram tergolong tinggi, yaitu sebanyak 62 siswa 62 siswa berada pada kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta mampu menggambarkan, memahami, dan menerima aspek fisik, psikis, dan sosialnya dengan baik. Siswa yang memiliki citra diri tinggi berarti menghargai dirinya sendiri apa adanya baik fisik, psisik, atau sosial. Citra diri 129 yang tinggi akan membawa kepada kebahagiaan, kesuksesan, dan kepuasan hidup. Intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta tergolong tinggi, yaitu sebanyak 76 siswa 76 siswa berada pada kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa memiliki minat tinggi dan tujuan yang tetap dalam menggunakan instagram, minat dan tujuan tersebut seperti minat untuk berinteraksi dengan orang lain melalui instagram, selain itu siswa juga merasa senang menggunakan instagram, tahu dan paham bagaimana cara menggunakan fitur, konten, serta aplikasi instagram, dan siswa juga memiliki durasi dan frekuensi yang tinggi dalam penggunaan instagram. Berdasarkan durasi siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta tergolong ke dalam medium user pengguna sedang yaitu siswa yang menggunakan instagram antara 10 – 40 jam setiap bulannya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, saran yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pihak Sekolah Kaitannya dengan hasil penelitian yang diperoleh, diharapkan pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah mengatur kuota atau batasan wi-fi yang ada di sekolah karena setiap kelas terhubung dengan wi-fi dan wi-fi bisa diakses kapan saja dan di mana saja di setiap sudut sekolah. Hal tersebut mengingat intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram 130 yang tinggi di kalangan siswa. Misalkan, pada jam pelajaran akses jejaring sosial di tutup terlebih dahulu tetapi ketika sudah jam istirahat akses untuk jejaring sosial bisa dibuka dan dinikmati oleh siswa. 2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Guru bimbingan dan konseling diharapkan mampu mengoptimalkan perannya kembali untuk membimbing dan mengarahkan siswa bagaimana menggunakan jejaring sosial instagram secara bijak, mengembangkan citra diri siswa untuk perkembangan optimal siswa, meningkatkan citra diri siswa yang masih sedang atau rendah, dan membimbing membangun citra diri yang baik. Selain itu guru BK juga diharapkan dapat membimbing siswa bagaimana memiliki dan membangun citra diri yang baik tanpa tergantung dengan media jejaring sosial. Bimbingan dan arahan tersebut dapat melalui bimbingan klasikal, permainan, sosiodrama, konseling, dan lain sebagainya. 3. Bagi Siswa Siswa diharapkan selalu mampu mengontrol penggunaan jejaring sosial instagram, menggunakan instagram secara bijak dan apa adanya, memanfaatkan instagram tidak hanya untuk memposting foto atau video pribadi, bisa untuk mengikuti dan mencari informasi yang bermanfaat, berwirausaha, dan lain sebagainya. Siswa juga diharapkan mampu membangun citra diri yang baik kepada siapa saja, menerima keadaan fisik, psikis, dan sosialnya dengan baik. 131 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti citra diri dan intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram, dapat memperhatikan faktor lain seperti komunikasi antar pribadi, keterbukaan diri self disclosure, narsistic disorder, tingkat kecemasan apabila tidak menggunakan instagram, komunikasi interpersonal, eksistensi diri, prokrastinasi akademik, cyber crime, peran lingkungan, percaya diri, persaingan kehidupan, kecanduan instagram, persepsi, pengembangan subjek penelitian, dan hasilnya bisa diuji kembali guna pengembangan ilmu pengetahuan. Selain itu peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode kualitatif agar mendapatkan data yang lebih mendalam mengenai citra diri ditinjau dari intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram.

Dokumen yang terkait

IDENTITAS DIRI REMAJA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 PEMALANG DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

1 7 140

HUBUNGAN INTENSITAS MENGAKSES SITUS JEJARING SOSIAL PADA INTERAKSI LANGSUNG SISWA SMA HUBUNGAN INTENSITAS MENGAKSES SITUS JEJARING SOSIAL PADA INTERAKSI LANGSUNG SISWA SMA DITINJAU DARI TINGKAT EKONOMI SISWA Studi pada siswa di SMA Pangudi Luhur Yogyakar

0 4 13

PENDAHULUAN HUBUNGAN INTENSITAS MENGAKSES SITUS JEJARING SOSIAL PADA INTERAKSI LANGSUNG SISWA SMA DITINJAU DARI TINGKAT EKONOMI SISWA Studi pada siswa di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

0 4 43

PENUTUP HUBUNGAN INTENSITAS MENGAKSES SITUS JEJARING SOSIAL PADA INTERAKSI LANGSUNG SISWA SMA DITINJAU DARI TINGKAT EKONOMI SISWA Studi pada siswa di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

0 4 23

PENGARUH CITRA TUBUH TERHADAP KEYAKINAN KEMAMPUAN DIRI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 9 YOGYAKARTA.

0 1 126

KEJENUHAN (BURNOUT) BELAJAR DITINJAU DARI TINGKAT KESEPIAN DAN KONTROL DIRI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 9 YOGYAKARTA.

2 5 170

KORELASI ANTARA KEBUTUHAN AFILIASI DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN INTENSITAS MENGGUNAKAN JEJARING SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA.

25 85 230

MEDIA SOSIAL INSTAGRAM SEBAGAI PANGGUNG PRESENTASI DIRI PADA SISWA SMA NEGERI 2 KARANGANYAR

0 0 15

PERILAKU PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL TWITTER PADA MAHASISWA DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI - Unika Repository

0 0 17

PENGARUH PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL INSTAGRAM DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA KELAS XI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA

0 0 140