Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5 menjadi sebagian besar pengguna internet di Indonesia. Fenomena tersebut dapat ditemui di kalangan remaja dimana setiap saat mereka selalu menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial, baik itu di mall, tempat makan, tempat bermain atau nongkrong, bahkan di sekolah. Media sosial yang sedang populer di tengah remaja saat ini adalah media sosial instagram. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Piper Jaffray Putri Sekar, 2014: 1 menunjukkan bahwa instagram lebih populer daripada facebook dan twitter di kalangan remaja, dalam satu tahun aplikasi jejaring sosial instagram membuat rekor tertinggi dalam hal pemakaian di kalangan remaja mengalahkan facebook sebesar 7. Tahun lalu persentase pemakaian facebook oleh remaja sekitar 34, dan tahun ini turun menjadi 23, twitter juga mengalami penurunan dari 30 menjadi 27. Kepopuleran instagram juga diungkapkan oleh Harian Online Tempo 2014: 1 bahwa total pengguna yang melakukan login mencapai 300 juta perbulannya, sedangkan pengguna aktif perbulannya diklaim berjumlah 284 juta. Jumlah tersebut mengalami peningkatan signifikan, sebab pada 2013 pengguna aktif per bulannya hanya 150 juta. Kepopuleran media sosial instagram juga terjadi di kalangan pelajar SMA di Kota Yogyakarta, bahkan mereka membentuk komunitas tersendiri yang bernama IggersSMAYk. Komunitas tersebut terbentuk dari beberapa anak yang suka bermain instagram, lalu membentuk grup dan saling bertukar foto atau aktivitas. Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital dan membagikannya ke 6 berbagai layanan jejaring sosial termasuk milik instagram sendiri Dan, 2010: 1. Menurut Daniel Kurniawan Salamon, 2013: 10 sistem sosial di dalam instagram adalah dengan menjadi pengikut akun pengguna lainnya, atau memiliki pengikut instagram, dengan demikian komunikasi antara sesama pengguna instagram sendiri dapat terjalin dengan memberikan tanda suka dan juga mengomentari foto-foto yang telah diunggah oleh pengguna lainnya. Pengikut juga menjadi salah satu unsur yang penting, dimana jumlah tanda suka dari para pengikut sangat mempengaruhi apakah foto tersebut dapat menjadi sebuah foto yang populer atau tidak. Selain itu, instagram juga dapat terkoneksi langsung dengan aplikasi sosial media yang lain seperti facebook dan twitter. Kepopuleran situs jejaring sosial harus dipergunakan secara cerdas untuk membangun self image citra diri maupun interaksi yang sehat Yudit dan Appril, 2011: 3. Sejalan dengan pendapat tersebut, Amalia Puspita Hardiani 2010: 3 menyebutkan bahwa jejaring sosial salah satunya facebook dijadikan sebagai media penggambaran diri individu, melalui fasilitas yang diberikan oleh jejaring sosial tersebut remaja bisa menyimpan atau mengubah foto-foto pribadi, catatan pribadi, status pribadi dan yang bisa dikomentari oleh sesama pengguna, dengan demikian remaja bisa menampilkan keberadaan dirinya. Aktivitas tersebut dapat dijadikan tanda bahwa pengguna ingin mengungkapkan siapa dirinya dan apa yang remaja tersebut bayangkan terhadap dirinya. Cara seseorang memandang dirinya sendiri dalam psikologi disebut citra diri Maltz, 1992: 6. 7 Selanjutnya menurut penelitian yang dilakukan oleh Soraya Mehdizadeh di Universitas New York, Toronto menunjukkan bahwa jejaring sosial paling banyak digunakan oleh orang yang narsis dan orang yang memiliki citra diri rendah Tri Listyawati, 2012: 6. Pemilik akun menggunakan jejaring sosial sebagai sarana untuk mempromosikan dirinya kepada orang lain. Citra diri merupakan unsur penting untuk menunjukkan siapa diri individu itu sebenarnya Pipit Yuliani, 2013: 1. Citra diri individu terbentuk dari perjalanan pengalaman masa lalu, keberhasilan dan kegagalan, pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana orang lain telah menilainya secara objektif. Senada dengan pendapat Pipit menurut Seyed dan Farhad 2014: 136 citra diri merupakan hasil dari pengalaman, pembelajaran, pemikiran, ilusi dan halusinasi tentang diri dan kejadian-kejadian di dalam pikiran khususnya dalam kehidupan manusia. Citra diri dapat menjadi negatif dan positif. Citra diri yang negatif akan menyebabkan kegagalan yang tetap, kacaunya pemikiran-pemikiran, kebiasaan-kebiasaan, dan perilaku yang tidak tepat. Citra diri yang positif akan membawa kepada kebahagiaan, kesuksesan, dan kepuasan hidup. Lebih lanjut Pipit Yuliani 2013: 1 menyatakan bahwa citra diri adalah gambaran individu mengenai penampilan fisik dan perasaan yang menyertainya baik dalam bagian-bagian tubuhnya maupun terhadap keseluruhan tubuh berdasarkan penilaiannya sendiri. Penampilan adalah bentuk citra diri yang terpancar dan sarana komunikasi dengan orang lain. 8 Remaja banyak yang menampilkan fisik, bagian-bagian tubuhnya, dan kegiatan-kegiatannya dalam bentuk foto dan menampilkan perasaannya dalam bentuk kata-kata yang tertuang dalam media sosial instagram. Perilaku remaja tersebut didasari karena mereka ingin membentuk dan menampilkan citra dirinya kepada orang lain. Pendapat tersebut diperkuat oleh Peg Streep Anonim, 2013: 1 yang menyebutkan bahwa remaja menjadikan media sosial sebagai penumbuh citra positif mereka. Remaja akan cenderung memberikan kesan yang baik saat di media sosial. Foto yang ditampilkan secara langsung maupun tidak langsung akan dibaca atau dilihat oleh pengguna yang lain. Komentar, tanggapan, maupun pernyataan suka akan diberikan sebagai bentuk apresiasi terhadap status atau foto yang ditampilkan. Tanggapan yang positif akan berdampak baik pada remaja, sebaliknya tanggapan negatif akan berdampak tidak baik pada remaja. Pernyataan tersebut didukung oleh Kent A Tri Listyawati, 2012: 6 menyebutkan bahwa pemilik akun yang secara konstan memposting gambar dan update terhadap aktivitas, sebenarnya mencari tanggapan ataupun komentar terhadap apapun yang mereka posting. Penelitian yang dilakukan oleh Ilkido KOPACZ 2011: 304 yang berjudul “Say Lovely Things about Me so I Know I am Like That”. The Role of Positive Photo Comments Posted on Social Networking Websites in the Development of The Self Image menunjukkan hasil bahwa komentar yang positif terhadap foto yang ditampilkan di jejaring sosial dapat meningkatkan dan mengembangkan citra diri dan harga diri perempuan pengguna jejaring sosial tersebut. 9 Berdasarkan pernyataan Kent A dan penelitian yang dilakukan oleh Ilkido KOPACZ dapat disimpulkan bahwa pengguna aktif jejaring sosial menampilkan atau memposting gambar atau foto dan update terhadap aktivitas, tujuannya adalah mencari tanggapan atau komentar terhadap sesuatu yang pengguna posting, apabila tanggapan tersebut positif maka akan memberikan dampak atau pengaruh yang positif bagi citra diri dan harga dirinya. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan jejaring sosial dilakukan oleh Tri Listyawati 2012: 1 untuk mengukur tingkat persentase narcisistic personality disorder pada siswa pengguna facebook di kota Yogyakarta menunjukkan hasil bahwa siswa di kota Yogyakarta tingkat persentase narcisistic personality disorder- nya berada pada kategori tinggi yaitu 51,4 . Salah satu faktor yang menyebabkan narsistik adalah konsep diri Pradana, 2008: 39. Konsep diri merupakan evaluasi individu mengenai diri sendiri, penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh orang yang bersangkutan. Citra diri merupakan bagian dari konsep diri Hana Afradhila dan Yeniar Indriana, 2015: 3. Salah satu aspek citra diri adalah social self yaitu pengenalan atau tanggapan individu yang didapatkan dari teman atau lingkungan sosialnya akan berpengaruh terhadap bagaimana individu tersebut memandang dirinya sendiri. Pengaruh pendapat teman atau lingkungan sosial terhadap bagaimana individu memandang dirinya sendiri juga dialami oleh individu ketika memasuki usia atau masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang berbeda 10 dari masa-masa perkembangan manusia lainnya. Masa remaja tidak dapat dikatakan sebagai masa anak-anak, tetapi juga tidak dapat dikatakan sebagai masa dewasa. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa masa remaja merupakan masa yang penting bagi manusia sebagai pencarian dan pembentukan identitas dirinya. Menurut Syamsu Yusuf 2011: 198 dalam perkembangan sosial moral, remaja memasuki masa dimana muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis atau rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya. Perilaku remaja untuk memenuhi kepuasan psikologis atau rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tersebut berkaitan dengan citra diri. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Holden 2005: 95 yang menyatakan bahwa secara alamiah, citra diri tentu saja mencari apa yang menguntungkan bagi dirinya sendiri. Hal yang menguntungkan tersebut adalah kepuasan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain. Citra diri dapat dibangun oleh remaja melaui internet atau media sosial. Remaja sudah tidak asing lagi dalam penggunaan internet untuk bermain media sosial, terutama remaja di daerah perkotaan. Infrastruktur jaringan internet yang memadai serta fasilitas yang dimiliki memudahkan remaja kota dalam mengakses internet. Hal ini didukung oleh sebuah survey Aditya, 2014: 2 yang menyebutkan bahwa ada kesenjangan digital antara anak 11 perkotaan dan pedesaan. Di daerah perkotaan 87 anak dan remaja menggunakan internet sedangkan di daerah pedesaan hanya 13 anak dan remaja yang menggunakan internet. Kemudahan akses internet juga dinikmati oleh siswa SMA N 9 Yogyakarta kelas XI. SMA N 9 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah menengah atas yang terletak di Kota Yogyakarta dan masuk dalam wilayah perkotaan karena dekat dengan berbagai fasilitas umum seperti rumah sakit, perguruan tinggi, hotel, restoran atau tempat-tempat makan berkelas hingga pusat perbelanjaan seperti Galeria dan Jogja Phone Market. Menurut Guru Bimbingan dan Konseling SMA N 9 Yogyakarta, secara taraf ekonomi, siswa kelas XI berada dalam taraf yang merata, tidak dapat dikatakan seluruhnya menengah ke atas, akan tetapi secara tingkat konsumtivitas terutama konsumsi teknologi hampir seluruh siswa SMA N 9 Yogyakarta kelas XI bersaing untuk memiliki teknologi yang canggih seperti handphone android, tablet, ataupun laptop. Konsumtivitas tersebut berdampak pada budaya hedonisme siswa. Penggunaan handphone android yang tinggi di kalangan siswa SMA N 9 Yogyakarta Kelas XI membuat siswa juga tidak terlepas dari pengaruh media sosial. Berdasarkan observasi yang dilakukan tanggal 11 Mei 2015, media sosial yang saat ini tengah populer di kalangan siswa SMA N 9 Yogyakarta adalah media sosial instagram. Wawancara singkat yang dilakukan terhadap beberapa siswa diketahui bahwa media sosial instagram memungkinkan siswa untuk mengenal dan mengetahui teman-teman dekatnya, bahkan siswa SMA N 9 Yogyakarta membentuk koneksi saling follow, 12 selain itu siswa juga dapat berperilaku narsis dengan cara memperbaharui atau memposting foto-foto baik foto sendiri, foto ketika jalan-jalan, kegiatan yang tengah dilakukan, foto barang-barang yang dimiliki berupa aksesoris, pakaian, gadget, dan lain sebagainya. Siswa mengatakan apabila foto yang mereka posting tersebut mendapat tanggapan atau komentar yang positif, perasaan mereka menjadi senang dan merasa diperhatikan oleh pengguna lainnya sehingga siswa merasa percaya diri berhubungan dengan teman-teman yang lain karena siswa menganggap apabila sudah aktif di instagram berarti siswa tidak ketinggalan jaman dan selalu update. Penggunaan instagram bagi siswa tidak hanya terpusat pada individu penggunanya tetapi juga pada sosok atau tokoh yang populer, melalui instagram para siswa merekomendasikan teman-temannya untuk mengikuti ajang Pelajar Jogja Cantik dan Pelajar Jogja Ganteng pada sebuah komunitas instagram pelajar Kota Yogyakarta. Fasilitas Wi-Fi yang diberikan sekolah secara terbuka dan dapat diakses kapan saja serta penggunaan smarthphone yang tinggi menjadikan siswa selalu bermain media sosial terutama instagram yang sedang populer tanpa menyaring hal-hal yang baik dan buruk sebagai akibatnya. Pengetahuan tentang penggunaan media sosial yang baik untuk membangun citra diri bagi siswa sangat perlu untuk diketahui. Seperti yang diungkapkan oleh Keke Mahardika 2015: 2 bahwa penggunaan media sosial instagram tentu membawa kemudahan bagi siswa untuk membangun komunikasi dan menampilkan dirinya kepada orang lain, akan tetapi instagram juga membawa 13 dampak negatif seperti krisis percaya diri, persaingan kehidupan mewah, dan tidak mau menatap realita dan kenyataan. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui citra diri siswa SMA N 9 Yogyakarta kelas XI ditinjau dari intensitas penggunaan media sosial instagram. Ketertarikan tersebut juga didasari bahwa belum terdapat penelitian yang mengungkan citra diri ditinjau dari intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram. Penelitian ini juga berusaha untuk mengetahui bagaimana citra diri siswa apakah tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah atau sangat rendah dan seberapa besar intensitas penggunaan media sosial instagram di kalangan siswa, serta bagaimana hubungan antara intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram dengan citra diri. Citra diri merupakan komponen dari bimbingan dan konseling pribadi. Siswa diharapkan memiliki citra diri yang positif sehingga kepribadian, kesehatan mental, dan komunikasi interpersonal dapat terbentuk secara optimal. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan bagi dunia Bimbingan dan Konseling, yang nantinya dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan Konseling atau konselor di SMA N 9 Yogyakarta untuk menentukan jenis layanan yang tepat kepada remaja atau siswa yang menggunakan media sosial instagram sebagai tempat untuk menampilkan atau membentuk citra diri. 14

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dari penelitian ini adalah: 1. Siswa memiliki tingkat konsumtivitas yang tinggi dalam hal penggunaan teknologi canggih seperti smarthphone. Tingkat konsumtivitas yang tinggi berdampak pada budaya konsumerisme dan hedonisme siswa. 2. Siswa berperilaku narsis di media jejaring sosial instagram dengan menampilkan foto pribadi, foto jalan-jalan, foto kegiatan atau acara, hingga foto barang pribadi seperti gadget, aksesoris, dan sebagainya. 3. Belum diketahui citra diri ditinjau dari intensitas penggunaan media sosial instagram pada siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta.

C. Batasan Masalah

Dari beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, batasan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahui citra diri ditinjau dari intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram pada siswa Kelas XI SMA N 9 Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana citra diri siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta? 15 2. Bagaimana intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta? 3. Bagaimana hubungan antara intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram dengan citra diri pada siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui profil citra diri siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta. 2. Mengetahui profil intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram pada siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta. 3. Mengetahui hubungan antara intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram dengan citra diri pada siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat penelitian secara teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmu di bidang BK yang berkaitan dengan perkembangan individu remaja SMA. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah informasi, wawasan bagi peneliti, guru BK dan pembaca tentang citra diri ditinjau dari intensitas penggunaan media sosial instagram. 16 2. Manfaat penelitian secara praktis: a. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh remaja siswa SMA N 9 Yogyakarta sebagai bahan informasi dan evaluasi diri. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan Konseling SMA N 9 Yogyakarta dalam memberikan layanan yang tepat bagi siswa untuk mengembangkan citra diri dan untuk memberikan pengarahan bagaimana penggunaan media sosial yang benar.

G. Batasan Istilah

1. Citra diri adalah konsepsi atau penilaian seseorang mengenai orang macam apakah dirinya. Citra diri merupakan bagian dari konsep diri yang berkaitan dengan penerimaan terhadap dirinya baik secara fisik, psikologis, ataupun sosial. Citra diri terbentuk karena pengalaman masa lalu, lingkungan, baik keluarga, masyarakat atau pergaulan. 2. Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial termasuk milik instagram sendiri. 3. Intensitas penggunaan media sosial instagram adalah kekuatan suatu tingkah laku atau pengalaman dalam menggunakan media sosial instagram. 17

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Citra Diri

1. Pengertian Citra Diri

Citra diri adalah konsepsi kita sendiri mengenai orang macam apakah diri kita. Citra diri merupakan produk dari pengalaman masa lalu, beserta sukses dan kegagalannya, penghinaan, dan kemenangannya serta cara orang lain bereaksi terhadap diri kita, terutama dalam masa kecil kita Maltz, 1992: 3. Lebih lanjut Maltz menjelaskan bahwa semua tindakan dan emosi manusia konsisten dengan citra dirinya. Manusia akan bertindak sesuai dengan macam pribadi yang menurut pikirannya sendiri. Citra diri adalah batu fondasi untuk seluruh kepribadian Maltz, 1992: 6. Citra diri menurut Maltz adalah konsepsi seseorang mengenai dirinya sendiri. Senada dengan pendapat Maltz tersebut, Heri Wibowo 2007: 82 menyatakan bahwa citra diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri atau bagaimana seseorang menggambarkan dirinya sendiri. Citra diri itulah yang membedakan seorang manusia dengan manusia yang lain, yaitu bagaimana ia memandang dirinya sendiri. Pandangan tersebut bervariasi antara satu orang dengan orang yang lainnya, ada orang yang berpandangan sangat baik, optimis, dan positif terhadap dirinya, namun ada juga yang menganggap dirinya rendah dan tidak berguna. 18 Schiffman Kanuk dalam Hana Afradhila dan Yeniar Indriana, 2015:3 menyatakan bahwa melalui interaksi yang dilakukan dengan orang lain, individu mampu mengembangkan citra dirinya. Citra diri merupakan bagian dari konsep diri yang berkaitan dengan penerimaan terhadap dirinya baik secara fisik, psikologis, ataupun sosial. Citra diri dapat diwujudkan dalam perilaku yang diasosiasikan dengan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Citra diri berarti penggambaran tentang kondisi diri yang merupakan hasil akumulasi gambaran yang manusia ciptakan dan telah terpatri dalam otak bawah sadarnya. Menurut Endra K. Prihadhi 2009:49 citra diri erat kaitannya dengan self-esteem atau seberapa tinggi seorang manusia menghargai, menilai, dan menghormati dirinya sendiri. Manusia semakin menghargai dirinya sendiri maka itu berarti manusia tersebut memiliki citra diri yang positif, begitu juga sebaliknya, jika manusia kurang menghargai dirinya sendiri apa adanya, berarti manusia tersebut termasuk orang yang memiliki citra diri buruk. Citra diri yang buruk biasanya terbentuk dari lingkungan mulai dari keluarga, pergaulan, dan masyarakat Endra K. Prihadhi, 2009: 50.. Kata-kata, label, komentar, ataupun stereotype negatif yang dilekatkan pada diri manusia, akan memberikan pengaruh kepada manusia tersebut yaitu menjadi tidak percaya diri. Selain itu juga citra diri yang buruk disebabkan terjadinya perbedaan antara citra diri ideal dengan citra diri realitas. Pelajar yang memiliki citra ideal sebagai orang yang memiliki

Dokumen yang terkait

IDENTITAS DIRI REMAJA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 PEMALANG DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

1 7 140

HUBUNGAN INTENSITAS MENGAKSES SITUS JEJARING SOSIAL PADA INTERAKSI LANGSUNG SISWA SMA HUBUNGAN INTENSITAS MENGAKSES SITUS JEJARING SOSIAL PADA INTERAKSI LANGSUNG SISWA SMA DITINJAU DARI TINGKAT EKONOMI SISWA Studi pada siswa di SMA Pangudi Luhur Yogyakar

0 4 13

PENDAHULUAN HUBUNGAN INTENSITAS MENGAKSES SITUS JEJARING SOSIAL PADA INTERAKSI LANGSUNG SISWA SMA DITINJAU DARI TINGKAT EKONOMI SISWA Studi pada siswa di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

0 4 43

PENUTUP HUBUNGAN INTENSITAS MENGAKSES SITUS JEJARING SOSIAL PADA INTERAKSI LANGSUNG SISWA SMA DITINJAU DARI TINGKAT EKONOMI SISWA Studi pada siswa di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

0 4 23

PENGARUH CITRA TUBUH TERHADAP KEYAKINAN KEMAMPUAN DIRI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 9 YOGYAKARTA.

0 1 126

KEJENUHAN (BURNOUT) BELAJAR DITINJAU DARI TINGKAT KESEPIAN DAN KONTROL DIRI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 9 YOGYAKARTA.

2 5 170

KORELASI ANTARA KEBUTUHAN AFILIASI DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN INTENSITAS MENGGUNAKAN JEJARING SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA.

25 85 230

MEDIA SOSIAL INSTAGRAM SEBAGAI PANGGUNG PRESENTASI DIRI PADA SISWA SMA NEGERI 2 KARANGANYAR

0 0 15

PERILAKU PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL TWITTER PADA MAHASISWA DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI - Unika Repository

0 0 17

PENGARUH PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL INSTAGRAM DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA KELAS XI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA

0 0 140