Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
5 menjadi sebagian besar pengguna internet di Indonesia. Fenomena tersebut
dapat ditemui di kalangan remaja dimana setiap saat mereka selalu menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial, baik itu di mall,
tempat makan, tempat bermain atau nongkrong, bahkan di sekolah. Media sosial yang sedang populer di tengah remaja saat ini adalah
media sosial instagram. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Piper Jaffray Putri Sekar, 2014: 1 menunjukkan bahwa instagram lebih
populer daripada facebook dan twitter di kalangan remaja, dalam satu tahun aplikasi jejaring sosial instagram membuat rekor tertinggi dalam hal
pemakaian di kalangan remaja mengalahkan facebook sebesar 7. Tahun lalu persentase pemakaian facebook oleh remaja sekitar 34, dan tahun ini turun
menjadi 23, twitter juga mengalami penurunan dari 30 menjadi 27. Kepopuleran instagram juga diungkapkan oleh Harian Online Tempo
2014: 1 bahwa total pengguna yang melakukan login mencapai 300 juta perbulannya, sedangkan pengguna aktif perbulannya diklaim berjumlah 284
juta. Jumlah tersebut mengalami peningkatan signifikan, sebab pada 2013 pengguna aktif per bulannya hanya 150 juta. Kepopuleran media sosial
instagram juga terjadi di kalangan pelajar SMA di Kota Yogyakarta, bahkan mereka membentuk komunitas tersendiri yang bernama IggersSMAYk.
Komunitas tersebut terbentuk dari beberapa anak yang suka bermain instagram, lalu membentuk grup dan saling bertukar foto atau aktivitas.
Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital dan membagikannya ke
6 berbagai layanan jejaring sosial termasuk milik instagram sendiri Dan, 2010:
1. Menurut Daniel Kurniawan Salamon, 2013: 10 sistem sosial di dalam instagram adalah dengan menjadi pengikut akun pengguna lainnya, atau
memiliki pengikut instagram, dengan demikian komunikasi antara sesama pengguna instagram sendiri dapat terjalin dengan memberikan tanda suka dan
juga mengomentari foto-foto yang telah diunggah oleh pengguna lainnya. Pengikut juga menjadi salah satu unsur yang penting, dimana jumlah tanda
suka dari para pengikut sangat mempengaruhi apakah foto tersebut dapat menjadi sebuah foto yang populer atau tidak. Selain itu, instagram juga dapat
terkoneksi langsung dengan aplikasi sosial media yang lain seperti facebook dan twitter.
Kepopuleran situs jejaring sosial harus dipergunakan secara cerdas untuk membangun self image citra diri maupun interaksi yang sehat Yudit
dan Appril, 2011: 3. Sejalan dengan pendapat tersebut, Amalia Puspita Hardiani 2010: 3 menyebutkan bahwa jejaring sosial salah satunya facebook
dijadikan sebagai media penggambaran diri individu, melalui fasilitas yang diberikan oleh jejaring sosial tersebut remaja bisa menyimpan atau mengubah
foto-foto pribadi, catatan pribadi, status pribadi dan yang bisa dikomentari oleh sesama pengguna, dengan demikian remaja bisa menampilkan
keberadaan dirinya. Aktivitas tersebut dapat dijadikan tanda bahwa pengguna ingin mengungkapkan siapa dirinya dan apa yang remaja tersebut bayangkan
terhadap dirinya. Cara seseorang memandang dirinya sendiri dalam psikologi disebut citra diri Maltz, 1992: 6.
7 Selanjutnya menurut penelitian yang dilakukan oleh Soraya
Mehdizadeh di Universitas New York, Toronto menunjukkan bahwa jejaring sosial paling banyak digunakan oleh orang yang narsis dan orang yang
memiliki citra diri rendah Tri Listyawati, 2012: 6. Pemilik akun menggunakan jejaring sosial sebagai sarana untuk mempromosikan dirinya
kepada orang lain. Citra diri merupakan unsur penting untuk menunjukkan siapa diri individu itu sebenarnya Pipit Yuliani, 2013: 1. Citra diri individu
terbentuk dari perjalanan pengalaman masa lalu, keberhasilan dan kegagalan, pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana orang lain telah menilainya
secara objektif. Senada dengan pendapat Pipit menurut Seyed dan Farhad 2014: 136
citra diri merupakan hasil dari pengalaman, pembelajaran, pemikiran, ilusi dan halusinasi tentang diri dan kejadian-kejadian di dalam pikiran khususnya
dalam kehidupan manusia. Citra diri dapat menjadi negatif dan positif. Citra diri yang negatif akan menyebabkan kegagalan yang tetap, kacaunya
pemikiran-pemikiran, kebiasaan-kebiasaan, dan perilaku yang tidak tepat. Citra diri yang positif akan membawa kepada kebahagiaan, kesuksesan, dan
kepuasan hidup. Lebih lanjut Pipit Yuliani 2013: 1 menyatakan bahwa citra diri adalah
gambaran individu mengenai penampilan fisik dan perasaan yang menyertainya baik dalam bagian-bagian tubuhnya maupun terhadap
keseluruhan tubuh berdasarkan penilaiannya sendiri. Penampilan adalah bentuk citra diri yang terpancar dan sarana komunikasi dengan orang lain.
8 Remaja banyak yang menampilkan fisik, bagian-bagian tubuhnya, dan
kegiatan-kegiatannya dalam bentuk foto dan menampilkan perasaannya dalam bentuk kata-kata yang tertuang dalam media sosial instagram. Perilaku remaja
tersebut didasari karena mereka ingin membentuk dan menampilkan citra dirinya kepada orang lain. Pendapat tersebut diperkuat oleh Peg Streep
Anonim, 2013: 1 yang menyebutkan bahwa remaja menjadikan media sosial sebagai penumbuh citra positif mereka. Remaja akan cenderung memberikan
kesan yang baik saat di media sosial. Foto yang ditampilkan secara langsung maupun tidak langsung akan
dibaca atau dilihat oleh pengguna yang lain. Komentar, tanggapan, maupun pernyataan suka akan diberikan sebagai bentuk apresiasi terhadap status atau
foto yang ditampilkan. Tanggapan yang positif akan berdampak baik pada remaja, sebaliknya tanggapan negatif akan berdampak tidak baik pada remaja.
Pernyataan tersebut didukung oleh Kent A Tri Listyawati, 2012: 6 menyebutkan bahwa pemilik akun yang secara konstan memposting gambar
dan update terhadap aktivitas, sebenarnya mencari tanggapan ataupun komentar terhadap apapun yang mereka posting. Penelitian yang dilakukan
oleh Ilkido KOPACZ 2011: 304 yang berjudul “Say Lovely Things about Me so I Know I am Like That”. The Role of Positive Photo Comments Posted on
Social Networking Websites in the Development of The Self Image menunjukkan hasil bahwa komentar yang positif terhadap foto yang
ditampilkan di jejaring sosial dapat meningkatkan dan mengembangkan citra diri dan harga diri perempuan pengguna jejaring sosial tersebut.
9 Berdasarkan pernyataan Kent A dan penelitian yang dilakukan oleh
Ilkido KOPACZ dapat disimpulkan bahwa pengguna aktif jejaring sosial menampilkan atau memposting gambar atau foto dan update terhadap
aktivitas, tujuannya adalah mencari tanggapan atau komentar terhadap sesuatu yang pengguna posting, apabila tanggapan tersebut positif maka akan
memberikan dampak atau pengaruh yang positif bagi citra diri dan harga dirinya.
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan jejaring sosial dilakukan oleh Tri Listyawati 2012: 1 untuk mengukur tingkat persentase narcisistic
personality disorder pada siswa pengguna facebook di kota Yogyakarta
menunjukkan hasil bahwa siswa di kota Yogyakarta tingkat persentase narcisistic personality disorder-
nya berada pada kategori tinggi yaitu 51,4 . Salah satu faktor yang menyebabkan narsistik adalah konsep diri Pradana,
2008: 39. Konsep diri merupakan evaluasi individu mengenai diri sendiri, penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh orang yang bersangkutan.
Citra diri merupakan bagian dari konsep diri Hana Afradhila dan Yeniar Indriana, 2015: 3. Salah satu aspek citra diri adalah social self yaitu
pengenalan atau tanggapan individu yang didapatkan dari teman atau lingkungan sosialnya akan berpengaruh terhadap bagaimana individu tersebut
memandang dirinya sendiri. Pengaruh pendapat teman atau lingkungan sosial terhadap bagaimana
individu memandang dirinya sendiri juga dialami oleh individu ketika memasuki usia atau masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang berbeda
10 dari masa-masa perkembangan manusia lainnya. Masa remaja tidak dapat
dikatakan sebagai masa anak-anak, tetapi juga tidak dapat dikatakan sebagai masa dewasa. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa masa remaja
merupakan masa yang penting bagi manusia sebagai pencarian dan pembentukan identitas dirinya. Menurut Syamsu Yusuf 2011: 198 dalam
perkembangan sosial moral, remaja memasuki masa dimana muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain.
Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis atau rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari
orang lain tentang perbuatannya. Perilaku remaja untuk memenuhi kepuasan psikologis atau rasa puas
dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tersebut berkaitan dengan citra diri. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat
Holden 2005: 95 yang menyatakan bahwa secara alamiah, citra diri tentu saja mencari apa yang menguntungkan bagi dirinya sendiri. Hal yang
menguntungkan tersebut adalah kepuasan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain.
Citra diri dapat dibangun oleh remaja melaui internet atau media sosial. Remaja sudah tidak asing lagi dalam penggunaan internet untuk bermain
media sosial, terutama remaja di daerah perkotaan. Infrastruktur jaringan internet yang memadai serta fasilitas yang dimiliki memudahkan remaja kota
dalam mengakses internet. Hal ini didukung oleh sebuah survey Aditya, 2014: 2 yang menyebutkan bahwa ada kesenjangan digital antara anak
11 perkotaan dan pedesaan. Di daerah perkotaan 87 anak dan remaja
menggunakan internet sedangkan di daerah pedesaan hanya 13 anak dan remaja yang menggunakan internet.
Kemudahan akses internet juga dinikmati oleh siswa SMA N 9 Yogyakarta kelas XI. SMA N 9 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah
menengah atas yang terletak di Kota Yogyakarta dan masuk dalam wilayah perkotaan karena dekat dengan berbagai fasilitas umum seperti rumah sakit,
perguruan tinggi, hotel, restoran atau tempat-tempat makan berkelas hingga pusat perbelanjaan seperti Galeria dan Jogja Phone Market. Menurut Guru
Bimbingan dan Konseling SMA N 9 Yogyakarta, secara taraf ekonomi, siswa kelas XI berada dalam taraf yang merata, tidak dapat dikatakan seluruhnya
menengah ke atas, akan tetapi secara tingkat konsumtivitas terutama konsumsi teknologi hampir seluruh siswa SMA N 9 Yogyakarta kelas XI bersaing untuk
memiliki teknologi yang canggih seperti handphone android, tablet, ataupun laptop. Konsumtivitas tersebut berdampak pada budaya hedonisme siswa.
Penggunaan handphone android yang tinggi di kalangan siswa SMA N 9 Yogyakarta Kelas XI membuat siswa juga tidak terlepas dari pengaruh
media sosial. Berdasarkan observasi yang dilakukan tanggal 11 Mei 2015, media sosial yang saat ini tengah populer di kalangan siswa SMA N 9
Yogyakarta adalah media sosial instagram. Wawancara singkat yang dilakukan terhadap beberapa siswa diketahui bahwa media sosial instagram
memungkinkan siswa untuk mengenal dan mengetahui teman-teman dekatnya, bahkan siswa SMA N 9 Yogyakarta membentuk koneksi saling follow,
12 selain itu siswa juga dapat berperilaku narsis dengan cara memperbaharui atau
memposting foto-foto baik foto sendiri, foto ketika jalan-jalan, kegiatan yang tengah dilakukan, foto barang-barang yang dimiliki berupa aksesoris, pakaian,
gadget, dan lain sebagainya.
Siswa mengatakan apabila foto yang mereka posting tersebut mendapat tanggapan atau komentar yang positif, perasaan mereka menjadi senang dan
merasa diperhatikan oleh pengguna lainnya sehingga siswa merasa percaya diri berhubungan dengan teman-teman yang lain karena siswa menganggap
apabila sudah aktif di instagram berarti siswa tidak ketinggalan jaman dan selalu update. Penggunaan instagram bagi siswa tidak hanya terpusat pada
individu penggunanya tetapi juga pada sosok atau tokoh yang populer, melalui instagram para siswa merekomendasikan teman-temannya untuk mengikuti
ajang Pelajar Jogja Cantik dan Pelajar Jogja Ganteng pada sebuah komunitas instagram pelajar Kota Yogyakarta.
Fasilitas Wi-Fi yang diberikan sekolah secara terbuka dan dapat diakses kapan saja serta penggunaan smarthphone yang tinggi menjadikan siswa
selalu bermain media sosial terutama instagram yang sedang populer tanpa menyaring hal-hal yang baik dan buruk sebagai akibatnya. Pengetahuan
tentang penggunaan media sosial yang baik untuk membangun citra diri bagi siswa sangat perlu untuk diketahui. Seperti yang diungkapkan oleh Keke
Mahardika 2015: 2 bahwa penggunaan media sosial instagram tentu membawa kemudahan bagi siswa untuk membangun komunikasi dan
menampilkan dirinya kepada orang lain, akan tetapi instagram juga membawa
13 dampak negatif seperti krisis percaya diri, persaingan kehidupan mewah, dan
tidak mau menatap realita dan kenyataan. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk
mengetahui citra diri siswa SMA N 9 Yogyakarta kelas XI ditinjau dari intensitas penggunaan media sosial instagram. Ketertarikan tersebut juga
didasari bahwa belum terdapat penelitian yang mengungkan citra diri ditinjau dari intensitas penggunaan media jejaring sosial instagram. Penelitian ini juga
berusaha untuk mengetahui bagaimana citra diri siswa apakah tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah atau sangat rendah dan seberapa besar
intensitas penggunaan media sosial instagram di kalangan siswa, serta bagaimana hubungan antara intensitas penggunaan media jejaring sosial
instagram dengan citra diri. Citra diri merupakan komponen dari bimbingan dan konseling pribadi. Siswa diharapkan memiliki citra diri yang positif
sehingga kepribadian, kesehatan mental, dan komunikasi interpersonal dapat terbentuk secara optimal. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat
menambah khasanah keilmuan bagi dunia Bimbingan dan Konseling, yang nantinya dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan Konseling atau konselor
di SMA N 9 Yogyakarta untuk menentukan jenis layanan yang tepat kepada remaja atau siswa yang menggunakan media sosial instagram sebagai tempat
untuk menampilkan atau membentuk citra diri.
14