23 orang lain pada dasarnya merupakan perpanjangan dari hubungan
seseorang dengan dirinya sendiri. Penerimaan diri yang buruk bisa menjadi penyebab tingkat kemandirian yang tidak sehat, kompetisi,
rasa iri, pengekangan diri, terlalu berusaha menyenangkan hati orang lain, dan penyiksaan diri, sebaliknya penerimaan diri yang positif bisa
membantu mengembangkan keakraban yang lebih baik, keramahan dan kesuksesan secara menyeluruh.
e. Jalinan citra diri dan perilaku
Peran yang diambil seseorang dalam hubungannya dengan orang lain sangat dipengaruhi oleh cara pandangnya terhadap dirinya
sendiri. Citra diri merupakan penasihat internal yang membimbing seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan. Citra diri
menimbang setiap situasi dan menyarankan seseorang mengambil suatu tindakan atau tidak bertindak. Secara alamiah, citra diri tentu saja
mencari apa yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, dengan kata lain seseorang tidak selalu bertindak atau berperilaku dalam cara yang
benar-benar autentik karena citra diri mencoba melindungi dirinya sendiri.
Berdasarkan pendapat Holden tersebut dapat disimpulkan bahwa ada jalinan atau hubungan citra diri dengan persepsi, keyakinan, isi
pikiran, komunikasi dan perilaku seseorang bahwa citra diri dapat dipengaruhi oleh persepsi, keyakinan, isi pikiran, komunikasi dan perilaku
24 atau juga sebaliknya bahwa persepsi, keyakinan, isi pikiran, komunikasi,
dan perilaku seseorang dapat mempengaruhi citra dirinya.
4. Aspek Citra Diri
Menurut Rogers dalam Norma Lulusiana, 2008:9 mengatakan bahwa pengaruh dan penilaian lingkungan sangat besar pengaruhnya
terhadap terbentuknya citra diri, tetapi prosesnya sama sekali tidak pasif. Menurut Rogers, setiap manusia secara sadar atau tidak sadar akan terus
menerus menyaring dan memilih hal mana yang dianggapnya penting dan bermakna untuk diinternalisasikan dan hal mana yang diabaikan karena
dianggap tidak bermakna bagi dirinya. James dalam Norma Lulusiana, 2008:10
mengatakan dasar
komponen citra diri ada tiga, yaitu:
a. Material self. Terdiri dari material possesion, dimana tubuh menjadi
bagian terpenting dalam diri individu sedangkan pakaian menjadi nomor dua.
b. Social self. Bagaimana pengenalan atau tanggapan yang didapatkan
individu dari teman atau orang lain. c.
Spiritual self. Lebih mengarah kepada bagian terdalam dari diri individu sebagai subjek, dimana kemampuan-kemampuan serta
kecakapan-kecakapan psikologis merupakan bagian yang paling menentukan dari diri individu.
Selanjutnya menurut Jersild dalam Fristy, 2012:5 terdapat tiga komponen citra diri, yaitu:
25 a.
Perceptual Component Komponen ini merupakan image yang dimiliki seseorang
mengenai penampilan dirinya, terutama tubuh dan ekspresi yang diberikan pada orang lain. Tercakup di dalamnya adalah attractiviness,
appropriatiness yang berhubungan dengan daya tarik seseorang bagi
orang lain. Hal ini dapat dicontohkan oleh seseorang yang memiliki wajah cantik atau tampan, sehingga seseorang tersebut disukai oleh
orang lain. Komponen ini disebut sebagai Physical Self Image. b.
Conseptual Component Merupakan konsepsi seseorang mengenai karakteristik dirinya,
misalnya kemampuan, kekurangan dan keterbatasan dirinya. Komponen ini disebut sebagai Psychological Self Image.
c. Attitudional Component
Merupakan pikiran dan perasaan seseorang mengenai dirinya, status dan pandangan terhadap orang lain. Komponen ini disebut
sebagai Social Self Image. Senada dengan pendapat Jersield tersebut, Brown dalam Amalia
Puspita Hardiani, 2010:38 mengungkapkan bahwa ada tiga aspek dalam pengetahuan diri sendiri berkaitan dengan proses mencapai kesimpulan
akan adanya citra diri. Tiga aspek tersebut adalah: a.
Dunia fisik physical word Realitas fisik dapat memberikan suatu arti yang mana kita
dapat belajar mengenai diri kita sendiri. Sumber pengetahuan dari