LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Berdasarkan undang-undang tersebut, kurikulum pendidikan dasar dan menengah salah satunya wajib memuat bahasa Indonesia. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tingkat SDMI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP meliputi: 1 berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan; 2 menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; 3 memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; 4 menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; 5 menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; serta 6 menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia Depdiknas 2006:120. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yaitu agar peserta didik mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dengan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional republik Indonesia pasal 1 ayat 1 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran meliputi Rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi SK, kompetensi dasar KD, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Penilaian hasil pembelajaran ini dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik dan terpogram dengan menggunakan tes maupun non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, portofolio dan penilaian diri. Pengawasan proses pembelajaran dilakasanakan dengan pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan diberikan tindak lanjut atas proses pembelajaran tersebut. Kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara lisantulisan sangat penting bagi perkembangan otak siswa terutama perkembangan linguistiknya. Aktivitas menuangkan sesuatu dalam bentuk tulisan merupakan suatu bentuk perwujudan kemampuan dan keterampilan berbahasa paling akhir yang dikuasai siswa setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca Iskandarwassid 2013:248. Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan informasi secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya Dalman 2015:3. Menulis memudahkan siswa untuk berfikir kritis, memudahkan siswa merasakan hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman, dan menjelaskan pikiran-pikiran Tarigan 2008:22. Akan tetapi berdasarkan pada realita yang ada, keterampilan menulis yang dimiliki setiap individu cenderung paling rendah apabila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Berdasarkan kurikulum KTSP, salah satu pembelajaran bahasa di sekolah adalah menulis karangan. Menulis karangan merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus di kuasai oleh siswa SD, khususnya kelas IV. Adapun tujuan akhir dalam pembelajaran menulis adalah siswa dapat menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan huruf besar, tanda titik, tanda koma dan lain- lain. Dalman 2015:86 mengungkapkan bahwa menulis karangan adalah proses pengungkapan gagaan, ide, angan-angan dan perasaan yang disampaikan melalui unsur-unsur bahasa kata, kelompok kata, kalimat, paragraf dan wacana yang utuh dalam bentuk tulisan. Namun pada kenyataanya Indonesia merupakan negara tingkat literasinya sangat rendah. Kondisi ini sejalan dengan peryataan Ismail Abidin 2015:190 bahwa bangsa Indonesia masih rabun dalam membaca dan lumpuh dalam menulis. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Programme for International Student Assessment PISA yang menyebutkan bahwa budaya literasi masyarakat Indonesia pada tahun 2012 berada pada peringkat 63 dari 65 negara. Statistik UNESCO 2012 juga menyebutkan indek minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Literasi dan minat baca pada siswa Indonesia yang rendah, berdampak pada kemampuan siswa yang rendah. Pembelajaran menulis sampai saat ini masih menjadi bahan penelitian yang digemari. Kondisi ini sejalan dengan kenyataan bahwa pembelajaran menulis masih menyisakan sejumlah masalah serius. Salah satu masalah serius tersebut rendahnya kemampuan siswa dalam menulis. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis sejak tingkat sekolah dasar masih memperhatinkan. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis disebabkan beberapa faktor salah satunya yaitu rendahnya peran guru dalam membina siswa agar terampil menulis Abidin 2013:190. Permasalahan pembelajaran bahasa Indonesia juga terjadi di SDN Bintoro 04 dan Katonsari 02. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan data dokumen menunjukkan pembelajaran bahasa Indonesia terutama pada keterampilan menulis karangan narasi masih perlu peningkatan. Ditemukan beberapa masalah yang teridentifikasi sebagai berikut: 1 pembelajaran belum dikaitkan dengan situasi dunia nyata dan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa belum dapat membangun sendiri pemahamannya terhadap materi pembelajaran; 2 rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia belum tercapai secara maksimal; 3 hasil tulisan siswa kurang optimal karena siswa kesulitan dalam menemukan gagasan, topik, atau tema tertentu dengan baik, siswa kurang menemukan ide-ide dalam membuat karangan; 4 pembedaharaan kata yang dimiliki siswa masih sedikit; 5 pemanfaatan media pembelajaran kurang optimal, serta kurangnya pemodelan yang berkaitan dengan materi ajar,dan 6 penilaian baru meliputi aspek kognitif, guru belum melakukan penilaian terhadap keterampilan siswa. Hasil ini relevan dengan hasil ulangan akhir semester 1 UAS mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN Bintoro 04 sebanyak 42,85 siswa mendapatkan nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal KKM, sebanyak 57,14 siswa mendapatkan nilai dibawah KKM, pada SD Kalikondang 4 sebanyak 48,48 yang mendapatkan nilai diatas KKM, dan sebanyak 51,51 mendapatkan nilai dibawah KKM, dan pada SD Katonsari 02 sebanyak 53,33 mendapatkkan nilai diatas KKM, dan sebanyak 46,66 mendapatkan nilai dibawah KKM. KKM pada SD kelas IV yaitu: 70. Nilai tertinggi yang dicapai oleh siswa adalah 88. Sedangkan nilai terendah 45. Selain itu sebanyak 60 siswa kurang tertarik pada pembelajaran sastra, sehingga kemampuan menulis karangan narasi kurang optimal. Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran menulis di kelas IV SDN Bintoro 04 dan Katonsari 02 membuat guru ragu pada metode yang digunakan pada sehari-hari. Guru perlu mengganti dengan model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk menentukan ide-ide dan memilih kosakata yang akan dituangkan ke dalam tulisan dan menjadi sebuah karangan yang utuh. Bertolak pada permasalahan tersebut model pembelajaran kontekstual atau CTL berbantuan media video animasi merupakan salah satu model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pembelajaran konstektual selaras dengan kondisi siswa yang belum mampu menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan kegiatan sehari hari atau kehidupan nyata yang telah dialaminya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian pembelajaran konstektual menurut Rusman 2014:187 yaitu usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkan dengan kehidupan nyata. Penerapan pembelajaran CTL berbantuan media video animasi akan melibatkan siswa secara aktif sehingga mampu mengembangkan kemampuan alami siswa secara penuh dan siswa tertarik untuk mengungkapkan ide dan gagasan setelah mengamati video animasi yang telah di tayangkan. Pembelajaran CTL mampu memberikan pemikiran sesuai kenyataan sehingga siswa tidak berfikir abstrak. Pembelajaran menulis karangan narasi dengan model CTL akan memberikan dorongan kepada siswa dalam mengembangkan dan menuangkan gagasan,ide-ide melalui tulisan sesuai dengan pengalaman siswa. Hal ini selaras dengan karakteristik siswa usia 7-12 tahun. Menurut Piaget dalam Izzaty, dkk. 2008: 105 yaitu menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah- masalah aktual, anak mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret. Model CTL memiliki kelebihan diantaranya: 1 pembelajaran konstektual dapat menekankan aktivitas berfikir siswa secara penuh, baik fisik, maupun mental; 2 pembelajaran konstektual dapat menjadikan siswa belajar bukan dengan menghafal, melainkan proses berpengalaman dalam kehidupan nyata; 3 kelas dalam konstektual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, melainkan sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka dilapangan Shoimin 2014:44. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CTL dapat membuat siswa lebih aktif dalam memompa kemampuan diri. Model pembelajaran CTL adalah suatu proses pembelajaran yang menghadirkan kehidupan dunia nyata kedalam kelas. Dalam pembelajaran konstektual mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari siswa. Selain menggunakan model CTL peneliti juga akan menggunakan media berupa video animasi untuk mendukung model CTL. Dalam animasi cerita disampaikan dengan gambar bergerak, sehingga penyampaiannya lebih jelas. Dan menjadikan siswa menjadi lebih tertarik dan dapat memunculkan ide-ide yang akan dibuat karangan. Penelitian yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sigit Widigdo Prayogo, Basyirun Winarno Dwi Raharjo pada tahun 2012 yang berjudul ―Keefektifan Penggunaan Media Animasi Macromedia Flash Pada Materi Kompresor‖ penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Keefektifan peningkatan prestasi belajar dengan penggunaan media animasi macromedia flash. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penerapan media pembelajaran berbasis animasi macromedia flash terdapat efektif dalam meningkatkan hasil belajar materi kompresor. Hal ini memberikan bukti bahwa penerapan media pembelajaran berbasis animasi macromedia flash dapat meningkatkan hasil belajar materi komposer. Selain itu, terdapat penelitian yang dilakukan oleh Hudson dan Wishler dengan judul ―Contextual Teaching and Leraning for Practicioners‖ menyatakan bahwa CTL memiliki kelebihan yang mampu membantu siswa membangun pengetahuan mereka sendiri dengan cara membimbing mereka melalui skenario dimana mereka diwajibkan untuk secara aktif mengeksplorasi konten untuk mencapai tujuan, memecahkan masalah, menyelesaikan sebuah proyek, atau menjawab pertayaan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji tentang ―Keefektifan Model CTL terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Siswa SD Kelas IV Gugus Sunan Ampel Demak ‖.

1.2 PEMBATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan pendekatan contextual teaching and learning terhadap keterampilan menulis surat pada siswa kelas iv SDN Cikarang Kota 04

0 9 0

KEEFEKTIFAN MEDIA GAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV SDN GUGUS NYAI AGENG SERANG TUGU SEMARANG

1 12 190

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD

0 4 15

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SD KELAS TINGGI.

0 2 11

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING Meningkatkan Ketrampikan Menulis Karangan Narasi MElalui Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas V SD Negeri Angg

0 1 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS IVA SEKOLAH DASAR NEGERI GEDONGKIWO YOGYAKARTA.

0 0 143

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DI KELAS V SD NEGERI 3 GRENGGENG KARANGANYAR KEBUMEN.

0 1 203

KEEFEKTIFAN MODEL THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI SISWA SD KELAS IV

1 4 62

KEEFEKTIFAN MODEL CONCEPT SENTENCE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS IV SD GUGUS NUSA MAYONG JEPARA

3 8 75

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING DI SEKOLAH DASAR

0 0 13