15
daerah, sesuai prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta potensi dan keanekaragaman antar daerah.
2.1.3.2 Desentralisasi Fiskal
Desentralisasi merupakan sebuah instrumen untuk mencapai salah satu tujuan bernegara, terutama memberikan pelayanan publik yang lebih baik dan menciptakan
proses pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis. “Desentralisasi fiskal merupakan salah satu komponen utama dari otonomi daerah. Desentralisasi fiskal
dapat diartikan sebagai suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintah yang lebih tinggi kepada pemerintah yang lebih rendah, untuk mendukung fungsi atau
tugas pemerintah dan pelayanan publik sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan.” Agustina, 2011. Desentralisasi menurut Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah adalah penyerahan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas
otonomi. Dengan desentralisasi, akan terwujud pelimpahan wewenangan kepada tingkat pemerintahan yang lebih rendah untuk melakukan pembelanjaan, kewenangan
untuk memungut pajak, terbentuknya dewan yang dipilih oleh rakyat, kepala daerah yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan adanya bantuan dalam
bentuk transfer dari pemerintah pusat. Dalam konteks negara berkembang, sedikitnya ada tiga alasan utama mengapa
sebagian besar negara berkembang menganggap penting untuk mengaplikasikan densetralisasi fiskal, yaitu untuk menciptakan efisiensi penyelenggaraan administrasi
16
pemerintahan, untuk memperluas otonomi daerah dan pada beberapa kasus sebagai strategi untuk mengatasi instabilitaspolitik.
Iskandar 2012 mengatakan “pada dasarnya pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal
mengandung tiga misi utama, yaitu: 1.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat;
2. Menciptakan efesiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya
daerah; dan 3.
Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat publik untuk berpartisipasi dalam pembangunan.”
2.1.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan anggaran sebagai taksiran mengenai penerimaan dan pengeluaran kas yg diharapkan untuk periode yg akan
datang. Darwanto dan Kartikasari 2007, dalam Iskandar 2012 mengatakan “tujuan utama proses penyusunan anggaran adalah menerjemahkan perencanaan keuangan
pemerintah yang terdiri dari perencanaan input dan output dalam satuan keuangan.” Pasal 1 Ayat 8 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
menjelaskan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terdiri atas:
1. Anggaran pendapatan, terdiri atas :
a. Pendapatan Asli Daerah, yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah dan penerimaan lain-lain;
17
b. Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
Umum dan Dana Alokasi Khusus; dan c.
Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat. 2.
Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah.
3. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali danatau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
2.1.5 Pendapatan Asli Daerah
Pengertian Pendapatan Asli Daerah di dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Lebih
lanjut, dalam Pasal 6 Undang-Undang yang sama disebutkan Pendapatan Asli Daerah bersumber dari:
1. Pajak daerah;
2. Retribusi daerah;
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.